chapter 8

53 5 68
                                    

Elvan

Aku benar-benar puas bisa membalas si satwa liar yang sudah berkali-kali membuatku salah tingkah.

Wajahnya benar-benar merah tadi, mungkin karena dia belum pernah dipermalukan seperti ini sebelumnya, aku jadi merasa lebih puas.

Tanpa kusadari para bawahanku melihat kearahku (gawat! Aku lupa kalau aku sedang di tengah-tengah penyelidikan!).

"Wah...tenyata inspektur Elvan sukanya yang begituan ya..."
Sial! Ini tidak seperti yang kalian kira!

"Apa maksudmu? Tidak mungkin aku suka dengan hewan liar seperti itu."

"Masa sih~ tapi dia manis juga loh!"
Manis?! Puih! Dia belum tau saja rasanya diganggu oleh Erin!

"Terserah kamu saja deh. Kamu belum tau saja, kalau tau kamu pasti menyesal pernah bilang dia manis."

"Hmmm, tapi dia tetep berhasil buat kamu terpesona. Iya kan?"

"Siapa bilang?!"

"Buktinya kamu bengong-bengong mikirin dia di tengah-tengah penyelidikan."

"Aku punya terlalu banyak hal penting untuk dipikirkan, tidak mungkin aku memikirkan dia."
Walaupun aku memang sedikit memikirkannya tadi, tapi tidak mungkin aku bilang begitu kan? Bisa-bisa bawahanku memikirkan yang tidak-tidak tentang aku.

Akupun melanjutkan penyelidikanku, tapi aku tidak menemukan petunjuk ataupun barang bukti. Pelakunya bekerja dengan sangat rapih, dia sama sekali tidak meninggalkan jejak, kasus kali ini benar-benar sulit untuk diselesaikan.

Erin memang bilang kalau aku butuh bantuan aku boleh memanggilnya... salah, aku HARUS memanggilnya. Tapi aku tidak mungkin meminta bantuannya, dia memang memiliki otak seperti penjahat tapi dia tidak sepintar penjahat yang satu ini, aku yakin kalau dia pelakunya dia pasti langsung ketahuan, bahkan polisi tidak diperlukan untuk menyelidiki kasus ini. Jadi intinya, memanggil Erin tidak akan mengubah apa-apa, yang ada dia hanya akan mempersulit penyelidikanku.

"Inpan Suparno!"
Cih! Kenapa dia harus datang disaat-saat seperti ini sih, udah kayak jelangkung aja datang ngga diundang, pulang ngga dianter. Dan sekarang seluruh bawahanku melihat ke arahku sambil senyum-senyum, anak ini sepertinya punya kekuatan untuk menyerap kebahagiaan seseorang.

"Apa? Kupikir kamu lagi asik main di warnet."

"Emang, tapi gue tiba-tiba merasa bosan. Emangnya inpan ngga kangen sama aku?"
Ugh! Aku harus tahan terhadap godaan iblis yang satu ini, aku tidak boleh lengah!

"Ga."

"Pendek tapi meyakitkan ya, gimana sih lo, masa ngga kangen sama gue, gue kan ngangenin."

"Ngangenin? Ngga salah denger aku? Kamu justru adalah orang yang ngga akan pernah aku kangenin."

"Masa sih inspektur?"
Bawahanku tiba-tiba menyambar pembicaraanku dengan Erin, dan bukannya berada di pihakku dia malah meledekku juga! Lihat saja nanti, kusuruh lari keliling lapangan 20 kali baru tau rasa!

"Kenapa emangnya? Inpan mikirin gue ya?"

"Iya nih, gara-gara dia ngelamun mikirin kamu penyelidikannya jadi ngga selesai-selesai."
Kenapa dia malah menyalahkanku? Penyelidikannya tidak selesai karena memang tidak ada petunjuk.

In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang