chapter 6

36 5 26
                                    

Erin

"Inpan!"
Aku berlari menghampiri inpan yang kelihatannya sudah lelah karena aku terus mengganggunya.

"Ada apa lagi?"
Kata si inpan dengan wajah tidak senang. Jadi maksudnya dia tidak senang melihatku?!

"Kok mukanya ngga seneng begitu sih? Aku kesini lagi ngga cari masalah kok."

"Klo kamu lagi ngga cari masalah ngapain kesini?"
Jadi maksudnya aku selalu mencari masalah? Jelas-jelas aku ini pembawa damai.

"Aku cuma mau minta nomor hp sama nama, karena dari awal ketemu kamu belum kasih tau nama kamu ke aku beb."
Si inpan tidak terlihat kaget lagi saat aku memanggilnya beb, padahal wajahnya benar-benar lucu saat sedang salah tingkah. Cih! Ini berarti aku harus cari cara baru.

"Sini aku masukin nomorku ke hp kamu."
Aku langsung memberikan hp ku kepadanya. Dia langsung memasukan nomornya ke dalam hp ku.

"Aku coba telepon ya, siapa tau nomornya palsu!"
Setelah aku menelpon ke nomor yang diberikan, hp yang ada di saku si inpan berbunyi.

"Oh, ngga palsu ternyata. Yaudah, simpen tuh nomor malaikat, siapa tau kamu butuh bantuan seorang malaikat sepertiku."

"Kalo kamu jadi malaikat dunia udah kiamat dari dulu."
Dasar inpan kurang ajar! Belum saja aku jelekin mukanya (tapi jangan deh, sayang).

"Terserah deh! Malaikat ngga perlu dengerin kata-kata dari para manusia berdosa! Sekarang jawab, nama kamu siapa?"

"Mau tau? Cium aku dulu dong beb."
Seketika wajahku memanas, kurasa wajahku benar-benar merah sekarang. Ugh! Memalukan.

"Ja-jangan bercanda ya! Ka-kayak lo mau aja dici-ci-cium sama gua!"
Aku bicara dengan terbata-bata. Sial! Baru pertama kali aku dipermalukan seperti ini.

"Mana mau aku dicium sama cewek liar kayak kamu. Itu cuma pembalasan aja karena kamu sering isengin aku."
Rasanya aku ingin pulang dan mengunci diri di kamar.

"Udahlah! Kasih tau aja nama lo sekarang!"

"Yaudah deh, namaku Elvan Suparno..."

"AHAHAHAHAHA! Suparno?! Kampungan banget!"

"Ketawain aja terus, pulang sana! Jangan ganggu lagi!"
Sialan! Aku diusir! Yaudah deh, yang penting aku sudah tau kalau nama belakangnya inpan kampungan!

Aku langsung pergi tanpa berakata apa-apa, aku sudah tidak sabar ingin pulang dan main ke warnet.

"Aduh!"
Karena terburu-buru aku menabrak seorang cewek.

"Erin! Hati-hati dong!"
Tiba-tiba Achil memarahiku dan langsung menghampiri cewek yang kutabrak tadi.

"Lo gapapa kan?"
Tanya Achil kepada cewek itu. Cih! Dasar sok perhatian! Setelah melihat wajahnya aku langsung tau kalau itu adalah Mathilda, cewek yang ditaksir oleh Achil.

"Yaelah Chil, gue nabraknya ngga keras-keras amat kok!"

"Gue tau kok, soalnya kalo lo nabrak dia dengan keras pasti dia udah patah tulang! Badan lo kan sekeras besi."
Enak saja bilang badanku yang fragile ini sekeras besi!

"Gu-gue gapapa kok, ma-makasih ya."
Kata Mathilda dengan wajah merah.

"Sama-sama, lain kali hati-hati ya."
Si Achil memberikan senyuman mautnya yang bisa membuat para cewek tergila-gila (tidak termasuk aku tentunya).

Aku jadi merasa seperti berada di dalam film-film romantis yang menjijikan dan mainstream banget.

Setelah Mathilhda pergi aku langsung mengajak Achil bicara.

"Eh Chil, denger ya, lain kali kalo mau godain cewek tuh jangan pake cara yang biasa-biasa aja! Jijik tau!"

"Setidaknya gue ngga panggil orang-orang pake beb! Itu sih lebih jijik lagi!"
Cih! Memang apa salahnya? Aku kan hanya bercanda.

"Terserah deh, gue lagi buru-buru."

"Buru-buru? Emang orang kayak lo ada urusan apa sampe buru-buru begitu?"

"Gue mau ke warnet, kalo ngga buru-buru ntar rame. Mau ikut ngga Chil?"

"Sori ya, gue ini orang sibuk ngga kayak lo!"
Halah! Paling dia sibuk ngurung diri di kamar! Entah apa yang dia lakukan di dalam kamar (lebih baik tidak usah dipikirkan).

"Yaudah, gue ajak Nathalie aja!"

"Lo kayak baru kenal Natahlie aja, murid teladan kayak dia mana mau diajak sama orang berandalan kayak lo main di warnet!"
Dia ada benarnya juga, setiap kali aku mengajak Natahalie main dia pasti sedang sibuk belajar. Tapi tidak ada salahnya mencoba kan? Siapa tau dia lagi stress dan butuh refreshing.
Aku langsung menelpon Nathalie.

"Halo beb, lo dimana? Masih di sekolah? Main ke warnet yuk! Gue lagi bosen nih...hah?! Mau?! Beneran?! Lo ngga lagi sakit kan? Yaudah deh, tunggu gue di gerbang sekolah ya, kita jalan bareng."
Hahaha! Akhirnya dia mau juga main ke warnet! Lihat saja nanti, dia pasti ketagihan!

"Tuh Chil, Nathalie aja yang murid teladan mau main ke warnet sama gue, masa lo ngga mau."

"Kan udah gue bilang, gue ini orang sibuk, ngga punya waktu buat main di warnet!"

"Banyak gaya lo Chil! Gue tau lo cuma akan ngurung diri di kamar melakukan suatu dosa! Lagian kalo gue bilang Mathilda sering pergi ke warnet lo juga bakal ikut."

"Emang Mathilda sering pergi ke warnet?"

"Lo ngga tau aja, setiap kali gue pergi ke warnet pasti ada dia."

"Hmmm, kayaknya gue ada sedikit waktu buat main ke warnet, ayo boy! Kita ke warnet!"
Kalau ada Mathilda saja, baru dia mau ikut.

Tapi kalau dipikir-pikir lagi, sepertinya aku sering melihat Mathilda (cewek dengan rambut pendek, tubuh yang ideal, dan kulit yang putih), bahkan di sekitar rumahku.

Jangan-jangan...

Rumahnya dekat denganku! Kalau memang benar, itu berarti aku bisa mengajak Achil bermain denganku kapanpun aku mau! Hahaha!

In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang