Erin
Dasar kurang ajar!
Aku menunggunya dengan penuh harapan. Banyak makanan-makanan enak sudah terbayang olehku. Tapi apa yang kudapat? Aku hanya makan angin sampai bel istitahat selesai! Perutku sudah benar-benar keroncongan, karena tidak bisa menahan rasa lapar ini lebih lama lagi, aku (yang adalah anak bak-baik) berlari menuju warteg di luar sekolah, aku mengorbankan jam pelajaran sejarah demi mengisi perutku. Daripada aku pingsan dan tidak fokus saat pelajaran yang akan berakhir dengan aku dapat nilai jelek, lebih baik aku pergi mengisi perutku di warteg (lagipula aku sudah sering bolos pelajaran, jadi santai aja).Sesampainya aku disana, aku langsung memesan makanan, "Bu! Pesen pecel lele sama es teh manis ya, dibayarnya nanti sama temen saya!"
"Yaampun Rin! Kamu bolos sekolah lagi ya! Kamu kan dulu anak baik-baik Rin, kenapa sekarang kamu jadi tukang bolos yang suka ngutang?!"
Si ibu warteg ini memang terlalu lebay, memangnya apa yang salah dengan diriku yang sekarang? Aku kan masih menjadi anak yang ramah, alim, polos, dan baik hati."Ih, ibu jangan ngomong begitu dong! Saya bukan tukang ngutang kok! Saya kan cuma minjem duit temen klo saya lagi kepepet, lagipula kali ini dia yang mau traktir, saya ngga maksa kok!"
"Ngutang sama minjem duit itu sama aja kali! Tapi ibu ngga yakin temen kamu mau traktir kamu dengan ikhlas, pasti kamu pelototin dia, klo ngga kamu ancem dia, iya kan?"
"Enak aja! Saya mah anak baik-baik bu, saya ngga suka bikin masalah. Beneran dia yang mau traktir kok!"
"Klo kamu anak baik-baik kamu ngga akan bolos sekolah. Lagian kamu baru aja berantem sama preman minggu lalu."
"Udah ah Bu! Saya udah laper nih! Nanti klo saya pingsan gimana?!"
"Iya, iya, ibu bikinin sekarang."
Si Ibu langsung pergi ke dapur untuk membuatkan pesananku. Aku heran, kenapa Ibu bilang aku bukan anak baik-baik hanya karena aku bertengkar dengan beberapa preman minggu lalu? Preman-preman itulah yang membuat masalah duluan. Minggu lalu aku sedang lapar-laparnya saat pergi kesini, aku sudah membayangkan makan pecel lele buatan Ibu warteg yang paling enak sambil duduk di tempat favoritku (satu-satunya meja yang berada didekat jendela). Sesampainya aku di warteg, aku melihat preman-preman itu sudah menduduki tempatku, aku langsung menghampiri mereka dan mengusir mereka, tapi mereka malah marah dan bertanya "memangnya nama lo tertulis dimeja ini hah?!", jelas aku langsung emosi dan adegan hajar menghajarpun terjadi, yang tentu saja dimenangkan olehku.Berhubung aku tidak ingin kejadian itu terulang lagi, aku menulis nama lengkapku di meja dan kursi itu besar-besar, sehingga lain kali aku tidak perlu cape-cape menghabiskan energiku untuk berkelahi dengan sekumpulan preman bodoh yang suka ngajak ribut.
"Ya ampun Erin! Kamu baru ibu tinggal sebentar aja udah coret-coret meja! Mending klo coretannya bagus, ini mah coretan nama kamu! Tulisanmu juga ngga ada bagus-bagusnya!"
Dasar Ibu warteg! Sudah jelas-jelas tulisanku berseni, malah dibilang ngga ada bagus-bagusnya!"Bu! Coretannya bagus kok! Apalagi tulisan tangannya! Lagian ya bu, saya cuma menghindari terjadinya kejadian yang sama dengan kejadian minggu lalu, makanya saya namain meja saya."
"Meja kamu? Memangnya kamu yang beli meja ini? Ini meja ibu kaliii."
"Terserah ibu deh! Pokoknya tulisannya jangan dihapus ya! Soalnya saya pake spidol permanen."
"Kalaupun ibu mau hapus juga ngga bisa kali Rin, orang kamu pake spidol permanen! Makanya jangan kebanyakan bolos Rin, otak kamu bego kan! Nih, pesenan mu."
"Sip! Makasih ya bu!"
Aku langsung menyantap pecel lele itu, hmmmm rasanya benar-benar enak! Aku menghabiskan makananku itu dalan sekejap, teh manisku juga langsung habis dalam beberapa tenggak.Aku langsung mengambil posisi dan siap untuk tidur, tapi kemudia aku melihat sesosok manusia yang sedang bersembunyi di semak-semak di luar jendela. Jaraknya lumayan jauh sehingga aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, tapi aku tau kalau itu adalah si salker yang selalu mengikutiku.
Aku langsung berlari keluar warteg menuju ke tempat si stalker, tapi saat aku sampai disana dia sudah tidak ada. Aku melihat tukang sapu yang sedang menyapu didekat sini, aku langsung menghampirinya.
"Heh! Lo yang barusan liatin gue ya!"
"Bukan non! Bapak dari tadi cuma fokus nyapu disini!"
Dasar kurang ajar! Jadi maksudnya sampah dan daun-daun kering dijalanan lebih menarik daripada aku!Bapak itu terlihat sangat ketakutan saat ini. Aku tidak mengerti, padahal kan aku tanya dengan cara baik-baik, jangan-jangan dia ini memang si stalker!
Aku sedang fokus melihat wajah Bapak tukang sapu yang ketakutan itu, saat aku mendengar seseorang memanggilku.
"Erin! Kamu ngapain lagi sih! Kerjaanmu kok nyari ribut terus sih Rin, sana balik ke sekolah! Mending kamu cari ilmu yang tinggi daripada cari ribut mulu!"
Ternyata itu suara si Ibu warteg!"Maaf bu! Erin ngga mau ikut aliran sesat! Kok ibu malah suruh-suruh Erin cari ilmu-ilmu gitu sih, kan itu berhubungan sama setan bu! Ngga baik!"
Ibu ini bagaimana sih! Dari dulu aku paling anti sama yang namanya ilmu hitam atau ilmu gaib, kenapa malah disuruh cari ilmu begituan!"Erin, erin, makanya jangan kebayakan makan micin nak! Udah sering bolos, sering makan micin juga! Otak kamu jadi bego Erin! Udah, lepasin bapak itu, kasian! Balik sana ke sekolah!"
"Iya bu!"
Aku langsung melepaskan bapak itu dan pergi kembali ke sekolah sambil bersungut-sungut.Kenapa sih Ibu warteg sering bilang otak aku bego? Padahal apa yang aku bilang kan bener!
Aku sedang berjalan di koridor sekolah dengan betenya, saat aku melihat orang yang barusan kabur dariku. Aku langsung menghampirinya, siap dengan seluruh ocehan yang akan aku berikan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Dark
Mystery / ThrillerHidup Erin yang tadinya tenang dan damai, seketika berubah. Erin merasa ada yang selalu memperhatikannya, bahkan saat dia sedang tidur. Erin dan teman-temannya mencoba mencari tau siapa yang selalu memperhatikan Erin.