RaB. 15 : Kemampuan Yang Hilang (LAST)

35 4 0
                                    

Kedatangan Ibu Syerin membuat Ezra sadar, bahwa saat ini dirinya yang bahkan tidak bisa dilihat oleh siapapun tidak akan berguna meski tetap berada di samping Syerin. Dengan berat hati, laki-laki itu memutuskan untuk kembali pulang pada tubuh asalnya.

Namun, saat kaki Ezra yang tidak berpijak pada tanah melangkah sejajar dengan Syerin. Langkahnya terhenti ketika mendengar gumaman samar. Begitupun dengan Ibu gadis itu yang mulai mendengar suara samar yang berasal dari anaknya.

"Aku ... tidak bisa melihat mereka."

Ibu Syerin mulai melihat ada yang aneh dengan anaknya. Bahu Syerin gemetar, matanya menyapu seluruh bagian ruangan yang bisa dijangkau oleh penglihatannya, seolah-olah ada suatu hal berharga yang telah hilang dari dirinya.

"Ada apa Syerin? Apa yang tidak bisa kamu lihat?"

Syerin menatap Ibunya yang kini memegang kedua bahunya. Air matanya perlahan menetes kembali. "Aku tidak bisa melihat 'mereka' lagi."

"Mereka? Maksudmu ... hantu? Syukurlah, bukankah selama ini kamu memang ingin menghilangkan kemampuan itu? Kamu sudah cukup menderita karenanya, Syerin, seharusnya kamu senang." Ibu Syerin tersenyum lega.

Ezra hanya bisa diam. Ia mengerti sekarang, itulah mengapa Syerin menolak untuk berteman dengan dia pada awalnya. Syerin menderita dengan kemampuannya itu.

Syerin tertunduk dan menggeleng. "Aku memang menginginkannya, tapi tidak untuk saat ini! Ada seseorang yang harus kulihat dan kudengar suaranya!"

"Syerin, cukup!" Cengkeraman pada bahu Syerin semakin kuat, gadis itu mendongak, terlihat kerutan pada dahi Ibunya. "Ibu rasa kamu sudah melangggar perintah Ibu untuk tidak berteman dengan mahluk halus. Lihat sekarang, kamu sudah seperti orang gila."

"Dia bukan hantu! Dia manusia!" seru Syerin lantang, iris coklatnya yang tajam membuat Ibunya sekaligus Ezra terkejut.

Sedetik kemudian, secara tiba-tiba gadis itu berdiri, kemudian berlari menuju kamarnya, mengambil jaket dan akhirnya melenggang pergi begitu saja menuju pintu keluar.

"Syerin!" panggil Ibunya sekaligus Ezra—yang tidak akan mungkin Syerin dengar.

Syerin menoleh ke belakang tanpa menghentikan langkahnya. "Ibu tidak perlu menyusulku! Aku berjanji akan pulang!"

Ibunya ingin menyusul, namun anaknya telah pergi terlalu jauh. Lain halnya dengan Ezra yang kini mengikuti gadis itu entah kemana.

Syerin terus berlari, menyerukan nama Ezra meskipun ia tidak bisa melihatnya. Penglihatan gadis itu sepi, tidak ada hantu-hantu yang menatapnya seperti dulu. Tidak, bukan tidak ada, mereka tidak terlihat. Ia tidak tahu, saat ini laki-laki yang ia panggil berada di belakangnya dan juga memanggil dirinya.

"Syerin! Kau tidak perlu gegabah seperti ini!" seru Ezra.

Tetap saja, Syerin tidak mendengar seruan itu. Mulutnya terus bergerak memanggil orang yang berada tepat di belakangnya. Gadis itu terus saja merasakan ada sesuatu yang menyentuh pundaknya, tapi setiap ia menoleh, dirinya tidak melihat yang menyentuhnya.

Syerin membisik pilu, "Ezra, aku tahu kau ada di dekatku. Tapi kenapa aku tidak bisa melihatmu?"

Ezra hanya bisa menahan sesak, percuma, Syerin tidak akan bisa melihatnya. Gadis itu bahkan hanya bisa merasakan bahwa Ezra menyentuh pundaknya, tidak lebih. Dan lagi, kini wujudnya sudah semakin memudar, ia sudah terlalu lama berada dalam wujud yang tidak semestinya.

"Aku akan menemuimu nanti di sekolah. Bersabarlah," bisik Ezra.

Ezra sudah bersiap untuk menyusuri benangnya dan kembali ke tubuh kasarnya. Akan tetapi, di tengah keadaan dimana ia akan menghilang dalam beberapa detik, laki-laki itu melihat sekelebat bayangan-bayangan hitam yang mengelilingi Syerin.

Rain and BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang