Masa Lalu Delfhyn : Ketua Rio

65 1 0
                                    

"Kamu jangan masuk!" Ikai menahan pintu masuk.

"Biarkan dia masuk Ikai, Ketua tidak sedang bicara lagi. Quint pingsan!" ucap Eller.

Aku kaget bukan kepalang. Sudah aku duga pasti dia syok.

"Tapi..." keluh Ikai.

Quint pasrah begitu saja. Tubuhnya tergeletak saat aku memasuki kamar. Sedangkan si dia hanya melihat Quint dengan tubuh terbaring di ranjang, membiarkan Quint yang pingsan karena ulahnya.

Sekujur tubuhnya dingin, wajahnya yang manis berubah menjadi pucat pasi.

"Kenapa kamu tetap saja biarkan dia bertemu denganmu? Quint menyukaimu," Eller menyusul masuk.

"Delfhyn..... sudah lama kita tidak berbicara," balas Rio padaku.

"Melihatmu saja aku merinding," aku marah padanya, bisa-bisanya dia menyapaku setelah apa yang ia berikan luka di hatiku.

Rantai muncul dari balik selimutnya, aku merasakan rantai itu melilit tangan, perut & kakiku, menyeretku untuk mendekat padanya. Tanganku lepas dari Quint, untungnya Eller segera menangkapnya.

Ikai datang. "Bawa dia ke kamar sebelah! kita tinggalkan dia bersama Ketua!"

Mereka meninggalkan aku bersama Ketua bodoh mereka.

"Aku ingin mendengarmu...... panggil aku kakak!" sekarang, rantai melilit juga leherku, mengangkatku tapat di atas tubuhnya. memaksa aku untuk melihatnya dengan jarak sangat dekat. Wajah kami hampir berciuman. Meringis, aku tutupkan mata. Dia membelai wajahku, yang membuat aku siaga membuka mata.

Tidak sudi aku harus memandangnya.

"Lihat aku! adikku, Delfhyn..."

Perlahan rantai melepaskanku diatas tubuhnya, dia memelukku seakan penuh kerinduan.

"Aku membencimu, saat itu, maupun sekarang..... Quint, jangan menyentuhnya lagi dengan tangan pucatmu itu, apabila kamu lakukan terpaksa aku harus ikut campur,"

"Maafkan aku ya? Karena aku telah menggigit Quint. Orang yang sangat kamu cintai," Rio mengelus lembut kepalaku.

"Kata maafmu percuma saja, tidak akan merubahnya menjadi seperti semula lagi,"

"Apa tujuanmu menyamar sebagai Adetra, dan datang ke sekolah kami?"

"Bukankah itu sudah jelas? Aku ingin memantau adikku,"

"Berhentilah berperilaku seolah-olah kamu adalah kakakku! Sial, aku tidak bisa bergerak! menjijikan, singkirkan tanganmu! Jangan sentuh aku!"

"hehehe... diamlah disini sebentar! aku akan coba mengingat saat pertama kita bertemu dulu,"

Entah kenapa mata terasa berat, aku rasa Rio memakai cara licik. Seharusnya aku tidak boleh lupa bahwa dia adalah Vampir.

Putih..... dimana ini? Siapa anak kecil yang menangis itu? Banyak orang yang lalu-lalang tapi tidak ada satu pun yang menatapnya....

Apakah itu aku? Memori lamaku?

Benar saja, dengan kemampuan Vampir anehnya, dia memperlihatkan memory lamaku saat pertama kali bertemu dengannya.

"Kenapa kamu menangis?"

Laki-laki itu. Bukankah dia Rio...

"Waaah! Kakimu terluka. Baiklah... ternyata berat juga kamu. Nah, sekarang berhentilah menangis aku akan membawamu pulang,"

Love to Live & DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang