01

29.8K 1K 11
                                    

" Dek, jangan terlalu memilih" Ucap kakakku setelah tadi dia menjengukku di kamar kostku. Iya aku memang tinggal berjauhan dengan keluarga semenjak aku memutuskan untuk menerima tawaran bekerja di kampus tempat aku berkuliah dulu.

"Cutkak, apa yang kupilih sih! Ketika cutkak berkata seperti itu seolah aku sedang ikut reality show take me out dengan 30 lelaki yang menghidupkan lampu untukku" Candaku dengan ekspresi merengut.

Tapi yang kukatakan benar, orang lain bahkan kelabakan karena banyaknya pilihan sedangkan aku bingung!!!
Yah, bingung karena tak ada yang bisa kupilih.

"Lihatlah sepupu kita kak ima, sampai umurnya 32 dia masih sendiri" Sepertinya kakakku belum lelah berargumen. Dan sekarang dia melibatkan sepupuku untuk meyakinkanku.

"Cutkak, umurku saat ini 22 tahun. Baru selesai kuliah dan baru mencoba bekerja, ada banyak hal yang masih ingin aku pikirkan selain hanya jodoh dan menikah. Lagipun bukankah dulu cutkak juga menikah di usia 28 tahun? Berarti aku masih punya waktu sekitar... Euuu 6 tahun untuk bermunajat atau berpetualang setidaknya sebelum akhirnya memutuskan menjadi seorang istri seperti Cutkak" Ujarku sambil menunjukkan ke enam jariku.

"Huft...dek" Paras kakakku berubah sayu. Tidak! Apa aku melukai perasaannya dengan kata-kataku?

"Kamu kan tau sendiri mengapa cutkak menikah di usia segitu dek" Ini omongan serius, dan aku sungguh tidak bermaksud untuk itu.

Aku cukup tau, bagaimana kisah percintaannya dengan laki-laki itu. Ahh bagaimana mungkin aku begitu membenci bahkan untuk mengingatnya "mantan tunangan" kakakku yang bahkan meninggalkan kakakku ketika tanggal pernikahan sudah ditetapkan hanya untuk kembali pada mantan kekasihnya. Ahh aku pusing jika berurusan dengan kata mantan mantan ini.

"Dek, kapan pulang kerumah jenguk bunda?" Suara lembut cutkak memutus lamunanku yang berkelena ke gurun sahara. Tapi beruntung pertanyaannya mengalihkan perdebatan tentang jodoh tadi.

"InsyaAllah ujung minggu aku pulang cutkak, sudah kangen banget sama bunda dan yahanda".

Kakakku mengambil tasnya yang tadi diletakkan sembarang karena buru-buru ingin membicarakan tentang 'jangan terlalu memilih' itu tadi.
"Cutkak langsung pulang?"
"Iya, sampai ketemu ujung minggu yah. Hati-hati disini Assalamualaikum" Kakakku mencium pipiku sekilas dan bergegas menstarter motornya.

"Waalaikumussalam" Aku memandang kakakku yang semakin menjauh dan menghilang di perempatan jalan.

Apa sejauh ini aku menjadi adik yang durhaka. Ahh mungkin adik yang tidak 'Penurut' tepatnya.
Tapi bagaimana aku menuruti keinginannya yang bahkan aku sendiri tak mampu mewujudkannya.

Kakakku menanyakan jodohku, dan aku bahkan telah bertanya seribu kali sebelum pertanyaan itu ku dengar dari mulutnya.

JOD-OH!!! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang