Assalamu'alaikum Ukhty sayang....
Kalian pada ngerasa nggak,Kalau baca tanpa ngevote bagai sayur tanpa garam kurang enak kurang sedap🎤🎵🎵🎵
Saya mah selow saja,
Di vote boleh....
Di kasih vote pun boleh 😜 hahaha....Ini aku dedikasikan untuk kalian semua terutama @JaliaMayasari @Alvie96 @TrianaMahendra07 @Santi_MA @Kasma2006 yang membuat saya jadi ingkar janji, harusnya kan besok updatenya, tapi karena kalian jadi update hari ini.... Hahaha
Pokoknya selalu utamakan membaca Al Qur'an ya My Ukhty...
***Ini hari pertama aku bekerja semenjak kembali dari ibadah umroh. Dan sudah dapat diprediksi, aku tidak bisa bekerja dengan tenang karena direcoki bermacam hal oleh tiga cungpret yang tetap tidak berubah walau tahun telah berganti.
Aku diminta menceritakan detail perjalanan umroh, mulai dari naik pesawat dibandara soekarno hatta sampai aku menginjakkan kaki di tanah air lagi, bayangkan bagaimana berbusanya mulutku ketika bercerita.
Benar-benar seperti sedang mengunyah sebungkus rinso isi lima kilogram." Terus dek pas di Jabal Rahmah adek doain kak Ira Supaya jodoh sama yang kayak Muzammil Hasballah nggak? " Ucap kak Ira antusias
" Eh kak, ingat anak suami dirumah... Tuh lagi yang diperut " Tunjuk kak Naura tepat di perut buncit kak Ira.
Kak Ira terlihat merengut" Dek, kalau nama kakak dan bang Radit ada ditulis gak di batu yang tempat adam dan hawa bertemu itu? " Kak Ratna tidak kalah antusias.
" Ini lagi..... Kalaupun namamu ditulis di jabal rahmah sebanyak novel habiburahman pun, kalau si Radit memang tidak berniat meminang, tetap aja pernikahan itu tidak akan jadi-jadi...! Yang harus kamu paksa itu si Radit biar jangan terus mencla mencle, bukan maksa Qilla buat nulis nama kalian disana! " Ini kalimat terkejam yang diucapkan kak Naura, walau aku rasa juga ada benarnya.
Kak Ratna sudah pacaran dengan mas Radit menjelang lima tahun. Lima tahun bukankah seperti kreditan motor! tapi belum ada niat buat hubungan lebih serius, yang bang Radit belum yakin lah, belum siap lah, kerjaan belum pas lah.
Kak Ira saja sudah hamil anak keduanya, yah walaupun anak pertamanya masih berusia 14 bulan." Kak, batu di jabal rahmah itu bukan untuk dicoret-coret. Yah walaupun banyak pengunjung lain melakukannya, tidak ada satu hadispun yang menjelaskan keutamaan berdoa tentang jodoh di jabal rahmah. Tugu itu didirikan sebagai pengingat sejarah, hanya sekarang banyak orang salah kaprah, tugu dicoret-coret sampai terlihat menghitam setengahnya. Tapi aku tetap mendoakan kakak-kakakku ini agar dijodohkan dengan orang yang baik menurut Allah, karena kadang pilihan kita sering kali salah " Aku memberikan senyum pada tiga sahabat terbaikku itu.
" Terimakasih dedek emeshku... " Pipiku masih saja menjadi sasaran kegemasan kak Ratna " Sepertinya doamu sudah dikabulkan, tadi aku lihat dokter Azzam sudah kembali mengajar. Mungkin ini yang terbaik menurut Allah dek " Aku hanya menanggapi dengan senyuman.
" Ternyata bukan cuman Radit yang mencla mencle, kamu juga Rat... Gak kalah mencla menclenya " Seloroh kak Naura.
" Iya benar... " Kak Ira memberi dukungan.
" Apaan sih, ini tuh namanya berbaik sangka! Husnuzhan... Rencana Allah siapa yang tau, ya kan dek " Aku kembali mengangguk, sahabat-sahabatku ini ada saja tingkah mereka.
Aku meletakkan kantong berisi kurma dan beberapa oleh-oleh yang aku bawa pulang " Ini aku bawa pulang Al qur'an buat kakak-kakak bertiga, biar kita lebih rajin baca Al qur'an dibanding baca status lambe turah " Ketiga sahabatku hanya nyengir.
" Terus ini pesenan kakak, celak sama henna " Aku tidak tahu mengapa kak Ratna begitu terobsesi dengan celak arab yang katanya membuatnya pesonanya lebih keluar.
" Ini peci untuk si kecil Arash " Aku sudah membayangkan bagaimana lucunya Arash anak kak Ira kalau memakai peci ini.
" Terus ini kerudung untuk kakak-kakakku yang cantik dan sholehah "
" Terimakasih lo dek, kami tidak minta ya dek! Tapi kalau sudah dikasih begini mana bisa nolak " Ucap kak Ira.
Kak Naura mengambil kurma yang kuletakkan di dasar kantong besar tadi " Ini buat kita juga dek? "
" yah... Hampir lupa, ada tiga kemasan kan? " tadi bunda memang sudah mengemasnya sebelum kubawa.
Kak Ratna memegang satu kemasan kurma " Air Zam-Zamnya mana dek? "
Kak Naura membeliakkan matanya seolah protes dengan pertanyaan kak Ratna." Oh... Tadi itu agak ribet bawanya, insyaAllah kapan-kapan ya Kak " Tadi aku memang berniat membawanya tapi, tapi bawaan lain saja sudah berat.
Kak Ratna mengangguk " Eh dek... Mana foto-foto pas disana? "
" Yah... Handphonenya gak kebawa kak, tadinya mau dibawa tapi.... " Kalimatku terintruksi dengan ucapan salam dan dorongan pintu depan kantor.
" Dokter.... Ayo sini gabung " Dengan cepatnya kak Ratna menarik kursi dan meletakkannya didepanku.
Dokter Azzam sudah duduk disana, disampingnya ada kak Ira dan Kak Ratna yang masih belum beranjak sejak tadi " Lama enggak kelihatan dokter, sudah selesai studinya? " Tanya kak Ira
"Alhamdulillah sudah "
" Oh Alhamdulillah... Senang bisa lihat dokter kembali " Sambung kak Ratna.
" Dokter terlihat berbeda yah " Perhatian Kak Ratna tidak lepas dari dokter Azzam sejak ia masuk.
" Berbeda? "
" Iya sekarang penampilannya terlihat lebih dewasa, yah... Aura kebapakannya sudah terlihat " Pujian kak Ratna menerbitkan senyum di wajah dokter Azzam.
" Ini dok, makan kurma dari bu Qilla, Oleh-oleh umroh " Dokter Azzam menerima kurma dari kak Ratna.
" Ini oleh-oleh dari sana semua ?" Tunjuknya pada oleh-oleh yang masih berserakan di mejaku.
" Iya dokter, bu Qilla memang sangat baik " Puji Kak Ira
Dokter Azzam mengangguk-angguk setuju " Bawa pulang apa saja? "
" Oooo banyak dokter " Kak Ratna kembali antusias " Ini ada Al Qur'an, kerudung, terus celak juga, henna juga, tuh ada peci juga untuk anak kak Ira "
Dokter Azzam kembali mengangguk - Angguk dan menyunggingkan senyum, pandangannya tearah padaku " Bawa pulang jodoh juga? "
Aku segera berdiri dari dudukku " Maaf, aku buru-buru shalat dhuhur "
Aku benar-benar harus menormalkan detak jantungku sekarang.***
Aku sedang menyiapkan makan siang, ada sayur bening, telur balado, ikan nila asam pedas dan ini yang sedang kusiapkan perkedel jagung.
Kalau hari minggu begini aku punya begitu banyak waktu memasak menekuni salah satu hobby ku.Ayah bunda dan sekeluarga baru saja pergi, karena mendadak tadi ada kabar bahwa saudara ayah ada yang meninggal. Aku harus menyelesaikan kegiatan memasakku, dan siang nanti ada hal yang harus aku selesaikan.
Aku mulai menata makanan di meja makan sambil menunggu matangnya perkedel terakhir yang masih di penggorengan.
Aku meletakkan mangkuk ikan nila asam pedas kesukaan ayah, aku sengaja memasaknya karena ayah yang minta malam tadi, tapi tidak mengapa ayah berjanji akan pulang cepat dan nanti gulai ini bisa dipanaskan jika ayah sudah pulang.Aku mengangkat perkedel yang sudah matang, baru akan menata perkedel terdengar bel rumah. Mengapa mereka pulang secepat ini? Apa ada yang tertinggal?
Kubuka pintu dan ..... " Sureprise.... kaget yah? Kami datang buat nagih air zam-zam " Selama dua belas detik tadi aku lupa caranya bernafas, kak Ira menatapku seksama.
" Dek... Kami tidak disuruh masuk? " Tanya kak Ratna, tak ada kata yang keluar dari mulutku, bagaimana mereka datang tanpa pemberitahuan begini?
" Eh dek... " Kak Ratna mengayun-ayunkan kelima jarinya di depan mataku.
" Siapa yang datang sayang? " Suara dibelakangku dan derap langkah yang semakin mendekat, kakiku seakan berubah menjadi jelly.
Pandangan kak Ratna dan Kak Ira beralih dari wajahku ke arah samping kananku, ke arah pemilik langkah yang sudah tepat berada dibelakangku.
" Dokter Azzam?! " Kalimat mereka serentak, sebelum kembali menatapku. Dan aku menatap mereka dengan pandangan yang seolah 'kak maafkan aku'
KAMU SEDANG MEMBACA
JOD-OH!!! (END)
Teen Fiction" Tidak kusangka ternyata laki-laki yang mendahului ku adalah sahabatku sendiri, aku bertemu dengannya di kantor imigrasi lima hari yang lalu dan dia memberikan undangan. Dan gilanya aku bersyukur bahwa laki-laki yang menikungku adalah Hamas, ketika...