Sial. Bagaimana aku bisa terlambat seperti ini. Oh Tuhan, adakah seseorang yang bisa menyelamatkanku? Apalagi yang bertugas menjaga gerbang itu Pak Imam. Mampuslah aku.
Tiba-tiba
" Woy ngapain lu?!" Ucap Rama mengagetkanku
"Astagfirullah ramaaaaa.. gue kan kaget jadinya"
" Hehe maaf, lu ngapain disini? Lu telat?"
" Jangan bilang kalo lo juga telat?"
"Ya elah , ja. Berarti kita sama sama telat hahaha"
Lalu
"Siapa disana? Kesini kamu!" Ucap pak Imam dari kejauhan.
'Bagaimana ini? Aku belum siap kalau dilahap oleh singa itu. Ya Allah tolong hamba-Mu ini Ya Allah. Hamba janji bakalan lebih rajin lagi belajar ya Allah'-batinku
Tiba tiba Rama menarik tanganku untuk ikut berlari bersamanya.
"Ramaaa.. ini mau kemana?"
"Udah kita lari aja dulu , itung itung lari dari singa ngamuk"
Aku tertawa. Entah apa yang lucu dari kegiatan berlari lari ini. Tapi aku merasakan ada sesuatu yang berbeda. Melihatku tertawa, Rama pun ikut tertawa.
" Lo lucu deh, kalo lagi ketawa" gumamnya tetap berlari
Setelah merasa jauh dari Pak Imam , kami memutuskan untuk berhenti berlari. Lelah, sungguh ini rasanya lebih dari sekedar senam pagi.
Namun, Dewi Fortuna tak berpihak pada kami. Dari kejauhan Ma'am Dewi sedang berjalan menuju kearah sini. Spontan melihat itu, Rama langsung menarikku kebelakang pohon yang ada didekat kami.
Astaga, kenapa kami jadi sedekat ini? Di.. di.. Dia tepat berada didepanku. Dan anehnya lagi kenapa jantung ini berdetak lebih kencang? Apakah ini faktor dari berlari? Semoga iya.
Namun perasaan aneh itu lebih berdesir saat ia lebih mendekat padaku. Tuhan tolong aku butuh oksigen.
" Rama , lo mau ngapain?" Bisikku
" shtt... diem entar ketahuan sama Ma'am. Kan bahaya"
Untunglah Ma'am tak melihat kami yang sedang bersembunyi dibelakang pohon ini. Setelah dirasa cukup aman, aku pun membuat jarak dari Rama . Akhirnya aku bisa bernafas.
" Lu kenapa?" Tanya Rama
"Gapapa"
Ia mendekatkan wajahnya ke arahku. "Beneran gapapa? Tapi kok mukanya jadi merah gitu ya?"
Oh astaga. Kenapa semburat merah itu harus datang sekarang. Apa yang terjadi padaku? Sungguh malu aku rasanya. Akupun segera memalingkan wajahku dari nya.
" Hahaha.. Lu cantik kok kalo lagi blushing gitu"
" Rama apaansih"
" Cieee baper ciee"
"Gj ish"
" Ciee Aja baper ciee"
Kemudian
"Woyy eq, dari mana lu? Jam segini baru nongol. Untung bu Irma belum dateng. Kalo udah , bakalan ketahuan deh lu abis dari mana" cerocos Sheren
" Udah ah , yang penting kan aku udah sampe dikelas dengan selamat"
" Ga selamat juga gapapa hahahaha"
" Tai lo"
Satu sisi
" Dari mana lu?"
"Mojok"
"Anjir beneran "
"Iya lah beneran"
"Sama siapa?"
"Yang satu lagi telat siapa?"
"Aja?"
"Nah itu tau hahaha"
" Lu suka sama dia?"
" Menurut lo?"
"Iya"
"Nah itu lo tau lagi ha ha ha"
Satria Pov
Benarkah dia abis berduaan sama Aja? Rama , teman sebangku. Tak tahu kah dia jika aku juga menyukai Aja. Tak tahu kah dia jika aku mulai menyukai Aja sejak pertama masuk kelas 9. Bagaimana dia bisa tahu. Aku saja tak pernah bercerita dengannya. Lalu bagaimana kisahku?
Aja Pov
Oh Tuhan , ada apa denganku ini? Mengapa hatiku berdetak lebih kencang saat berdua dengan Rama tadi. Dan mengapa juga semburat merah yang nakal itu tiba tiba datang. Sungguh aku malu sekali. Namun bolehkah aku bertanya Tuhan? Apakah ini juga bertanda akhir dari penantianku yang sia sia itu? Jika benar, aku bersyukur sekali. Karena aku akan menghilangkan rasaku pada si Beku itu tanpa adanya sakit hati. Tuhan , tunjukkan jalanmu padaku.
Rama Pov
Aku menyukai gadis itu.
Salam hangat dari author yang sayang kaliannnn.......
Ciwi ciwi (9^0^)9

KAMU SEDANG MEMBACA
FLASHBACK
Teen FictionPernah dengar bahwa cinta tak harus memiliki? Aku percaya itu. Bagiku cinta itu adalah bagaimana caramu mengikhlaskan kepergian seseorang dari hidupmu namun bukan dari hatimu. Dan inilah kisahku.