Note:
Jikalau pekerjaan itu bergaji besar dan makan enak, jangan mengeluh!--kecuali dalam hati.Kei terbangun dengan sensasi berdenyut perih di dahinya. Refleks disentuhnya, dan menemukan tonjolan yang seharusnya tak ada di sana.
Dia mengerang. Benjol kan!
Akan tetapi benjol itu segera teralihkah manakala perhatian Kei tertuju sepenuhnya pada tempat dia berada. Sebuah ranjang king size, tiga lemari berukuran sedang dan tiga meja kursi. Dia terbangun di sebuah kamar yang entah milik siapa, hanya saja map berisi berkas yang dibawa Kei saat melamar kerja ada di salah satu mejanya, dan itu cukup membuat perasaan Kei lega. Barangkali dia tidak berada di tempat yang salah.
Kei beringsut kemudian, hendak mencari siapapun yang bisa menjelaskan tanya di kepalanya.
Pemandangan pertama yang menyambut Kei ketika keluar kamar adalah sebuah taman dengan beberapa tiang jemuran. Ia mengedarkan pandangan, selain kamar tempatnya tertidur tadi, ada dua kamar lain bersebelahan.
Di sudut lain, terhalang oleh semak begonia, terdapat sebuah gazebo yang menghadap ke kolam renang besar berair biru jernih. Beberapa pucuk palem terlihat di sekeliling kolam beserta puluhan tanaman lain yang beriak tersentuh sepoy angin. Rasanya adem dan nyaman. Serasa bukan di ibu kota yang langganan panas terik saja.
Kei mengingat-ingat dan menyadari dia masih berada di rumah mewah majikan barunya. Tempat ini pastilah kamar para pegawai dan halaman belakangnya.
Kei mengangguk-angguk. Yakin tebakannya benar.
Namun tak ada satu pun orang di sana selain dirinya, jadi Kei mulai melangkah dan segera menemukan sebuah pintu masuk ke dalam rumah. Pintu itu sudah terbuka, langsung berakses ke dapur yang menurut Kei besarnya setara dapur restoran atau mungkin hotel. Rapi, bersih, dengan peralatan masak yang lebih dari lengkap. Ada meja panjang di tengah area, dan di sana duduk dua orang wanita, salah satunya Mbok yang sebelumnya dilihat Kei tengah memegang piring.
"Sudah bangun Neng?" Simbok menyapa begitu menyadari kehadiran Kei.
"I.. Iya," sahut Kei, beringsut mendekat. Wanita satunya, yang sepertinya seusia Kei dengan kulit lebih gelap, cuma tersenyum, lalu kembali fokus pada rupa-rupa sayuran yang sedang diirisnya.
"Saya ketiduran ya Mbok?" Tanya Kei agak canggung.
"Iya tadi abis pingsan bablas." Si Mbok terkekeh lalu melanjutkan, "Neng ini mau jadi susternya Den Vee tho? Seragam sama keperluan susternya ada di kamar yang tadi. Nanti Neng tidur sama Simbok sama Esih. Bertiga."
"Keisha Mbok, nama saya Keisha. Panggil Kei aja jangan Neng!" Kei menyahut dan melemparkan senyum pada wanita yang disebut Esih.
"Wes tho udah kebiasaan. Mbok ini Sumirah, panggil aja Mbok Irah. Semua di sini panggil begitu, kalau ada apa-apa bilang Mbok aja ya Neng!"
Kei menganguk antusias. Setidaknya selain nyonya rumah dan lelaki bertopi Pikachu, orang-orang yang ditemuinya di rumah ini sangat ramah.
"Mbok, maaf kalau Vee itu--" Belum lagi Kei selesai dengan kalimatnya, suara kelontangan dan gedubragan terdengar keras berulang kali dari area dalam rumah. Sontak Mbok Irah, Esih, dan Kei berlari ke sumber bising.
Tempatnya cukup jauh dari dapur, tetapi kebisingan yang ditimbulkan oleh apapun itu di dalam sana kelewat keras sampai terdengar ke mana-mana.
"Den Vee! Aden ngapain di ruang kerja tuan? Nanti Simbok dimarahin nyonya Den.." Mbok Irah nyaris histeris manakala sampai di ruang sumber kebisingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumblevee (KTH)
FanfictionPrivate sebagian Part :) Lelaki itu, kata orang, adalah anak berusia 6 tahun yang terperangkap di tubuh 23 tahun. Lelaki itu, kataku, tidak begitu. Ada sesuatu di kedalaman dirinya yang akan membuatmu terperangkap. Bukan perangkap sejenis jala ikan...