Note:
Manakah yang paling fenomenal di bawah ini;
A. Oppa tampan
B. Pikachu
C. RyanKemarahan Nyonya Sarah terjadi keesokan harinya. Membuat semua aktivitas pegawai di kediaman Regan terhenti untuk berkumpul di ruang tamu dan mendapatkan kemuntabannya perihal lukisan yang luntur dan ini dan itu. Disertai beberapa umpatan dan kata-kata kasar yang tak bisa terbantu bahkan oleh seperangkat berlian di tubuhnya atau tas tangan Channel yang sejak tadi terombang-ambing di tangannya yang sibuk menunjuk-nunjuk, menyalahkan semua orang.
Kei diam dalam geram. Merasa arogansi seperti itu di luar batas.
"Norak." Sebuah kata mengiringi masuknya sesosok tinggi besar ke dalam Rumah Regan.
Setiap orang di sana dibuatnya menoleh, termasuk Nyonya Sarah yang belum tuntas emosi.
"Hari gini masih ribut soal begituan. Pergi ke galeri sana, beli yang baru!" Sosok itu, seorang pria tegap berpipi penuh dan mata monolid membawa ransel besar dengan gantungan mencolok berupa boneka koala berwarna biru, dan berkata langsung ke arah si nyonya pemarah.
"Jun!" Nyonya Sarah melengkingkan nama itu dengan cara 180 derajat berbeda. "Kamu pulang sayang?"
Sisa manusia di ruangan itu saling mendelik. Si pria yang dipanggil sayang mengedikkan bahunya tak peduli.
Sesaat malah mengalihkan tatapannya ke arah orang yang lebih dia sukai.
"Mbok Iraaah.." Dia berjalan melintasi ruangan, mengabaikan keberadaan Nyonya Sarah, langsung menuju sasaran, "Jun kangen nasi goreng Mbok."
Kei yang berdiri tepat di sebelah Mbok Irah tergeser ketika pria itu--Jun atau mungkin Namjun seingatnya--memeluk Mbok Irah yang hanya setinggi dagunya.
Diam-diam Kei merengut, ketiga sepupu itu Vee, Sekala, dan Jun tinggi-tinggi semua. Mungkin memang sudah turunan, hanya saja Kei yang sudah mungil jadi tampak bagai kurcaci kecil di samping mereka.
"Simbok bikinin ya Den." Mbok Irah memutus lamunan Kei dengab menimpali Jun, setara rasa sayangnya.
"Heem." Jun mengangguk, tanpa sungkan menggosok-gosokan pipinya ke rambut beruban Mbok Irah seolah itu adalah nenek kandungnya.
"Bikin banyakan Mbok biar kita bisa makan rame-rame! Ya?" Jun mengalihkan tatapannya pada segenap pegawai yang kontan menganguk setuju.
Entah karena betulan lapar atau lega bisa terbebas lebih cepat dari emosi Nyonya Sarah.
"Kok belum pergi? Nanti telat lho acara ngabis-ngabisin duitnya." Jun beralih kepada Nyonya Sarah akhirnya.
Entah bagaimana sikap Jun membuat wajah nyonya itu memerah tak karuan. Seperti menahan geram yang tak boleh meledak, atau semacam itu.
"Kalau gitu Tante berangkat dulu ya, ka--" Kalimat Nyonya Sarah tak pernah selesai. Karena Jun menggiring semua pegawai ke dapur pada detik yang sama.
***
Jelas sekali, Kim Namjun adalah kesayangan semua pegawai.
Sikapnya ramah dan tak membeda-bedakan. Membuat Kei berharap sisa Keluarga Regan yang belum ditemuinya memiliki kualitas yang sama.
Namun Kei tak bisa berhenti memikirkan kesenjangan pribadi antara tiga pewaris Regan. Vee si Peter Pan, Sekala yang begitu dingin, dan Jun yang sangat ramah. Bahkan ketika Kei kini duduk menemani Vee yang bermain lego di gazebo belakang, kepalanya terus berputar mengenai ketiga sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumblevee (KTH)
FanfictionPrivate sebagian Part :) Lelaki itu, kata orang, adalah anak berusia 6 tahun yang terperangkap di tubuh 23 tahun. Lelaki itu, kataku, tidak begitu. Ada sesuatu di kedalaman dirinya yang akan membuatmu terperangkap. Bukan perangkap sejenis jala ikan...