21. Penentuan Terakhir

1K 166 59
                                    

Note:
Siapa yang tersenyum di akhir?

Denting notifikasi pesan masuk mengalihkan Vee dari pemandangan jemu dekorasi convention Hall Regan Group yang mulai penuh dengan jajaran pemegang saham dan dewan direksi.

Nenek, Mbok Irah dan pegawai lain sudah sampai Puncak.

Pemberitahuan itu singkat saja. Namun efeknya membawa kelegaan luar biasa.

Perlahan Vee bisa mengencangkan kembali dasi di lehernya. Meredakan debar dadanya yang sempat gelisah.

Sekarang, Nenek, satu-satunya keluarga Regan yang masih sangat dia pedulikan, sudah berada di tempat yang aman. Bersama Mbok Irah dibantu pegawai lain yang memaksa tetap ikut meski Vee memutuskan pergi dari Rumah Regan dan pindah ke vila sederhana di Puncak yang Vee beli dari hasil keringatnya sendiri dahulu sebelum tragedi Regan terjadi.

Vee teramat berharap, melepaskan harta bertuah peninggalan Wijaya Regan akan membuat kehidupan Nenek dan para pegawai lebih baik.

"Ow ow ow CEO kita datang." Firman berbisik seraya menyikut pelan siku Vee. Dagunya menunjuk ke arah Sekala Hunadi Regan yang datang sendiri tanpa pendampingan.

Ekspresi wajahnya yang biasa dingin kini semakin membuat orang yang berpapasan dengannya bergidik. Lelaki itu memang sulit didekati sejak lama, dan kasus yang menimpa keluarganya semakin membuat dia soliter.

Dari kursinya di tribun terdepan, Vee memandangi Sekala yang berjalan mengangkat dagu tinggi menuju ke arahnya. Meski mereka sepupu dan tumbuh besar di rumah yang sama, Vee tak benar-benar mengenal seperti apa Sekala. Apa arti diamnya, apa maksud tatapan menusuknya, atau apa makna kalimat-kalimat ambigu singkatnya. Satu hal yang Vee tahu dari Sekala adalah bahwa Sekala terbiasa dipecut untuk membuktikan diri lebih baik dari siapapun karena statusnya sebagai pewaris kedua. Begitu mendarahdagingnya didikan itu sampai nyaris seperti obsesi.

Sepersekian detik Vee menyangka Sekala akan menghampirinya. Namun lelaki itu hanya mengedikkan dagu sebagai ganti sapaan lalu duduk di dua kursi sebelah Vee. Selanjutnya dia membuka kancing jas dan duduk dengan tenang bagai pahatan patung yang sempurna.

Perhatian Vee pada Sekala teralih oleh kasak-kusuk yang merebak ketika rombongan berikutnya masuk.

Nenek Dorothi, Tante Adinda dan Kim Haru memasuki ruangan dengan jajaran pengacara. Kedatangan mereka disambut dengungan bagai lebah. Namun mereka berjalan dengan begitu percaya diri. Bagaimanapun mereka juga memiliki saham di Regan Grup. Minus ketiadaan Jun yang Vee tahu telah menyerahkan diri ke kantor polisi.

Vee tak tahu dan tak mau tahu bagaimana nenek dan ibunya menghadapi keputusan ekstrim anak lelaki kebanggaan mereka itu.

Ketika keluarga istri kedua Wijaya Regan telah duduk di tribun kedua, Vee mengembuskan napas pelan melalui mulut dan mengalihkan kembali tatapannya ke depan. Saat itulah sekilas, hanya sekilas, Vee melihat telapak Sekala mengepal erat pada tangan kursi.
.
.
.
Kepalan yang terasa menyakitkan sampai ke hati Sekala.

Kenapa perempuan itu bisa datang?!

Sekala memejamkan mata sejenak. Mengatur ritme jantungnya yang mendadak menggila, membuat sesak napasnya.

Dia benci melihat Kim Haru dengan segala pengkhianatannya. Dia muak dengan segala pesonanya yang tetap menguar memancing tatap lelaki baik yang diam-diam maupun yang terang-terangan.

Gaun berbalut blazer merah begitu kontras dengan kulitnya yang seputih susu. Rambut panjangnya ikal di ujung dibiarkan terurai jatuh menyentuh pinggangnya yang ramping. Riasannya sederhana, hanya bibir semerah cherry yang memaksa Sekala untuk menatatap Haru sekilas sebelum membuang pandang jauh.

Bumblevee (KTH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang