Ganda
Suatu hari seorang anak lelaki bertanya pada salah seorang teman baiknya di sekolah, "Apa yang kamu lakuin pas di rumah?"
Sesaat sebelum menjawab, temannya itu sempat meringis kebingungan. "Uhm, kenapa kamu nanya begitu?"
"Enggak, cuma bertanya."
"Pas aku sampai di rumah sih biasanya makan, tidur, nonton tivi. Malamnya, ya belajar," jelas sahabat anak lelaki itu.
"Uhm, bukan begitu maksudku. Maksudku itu, kegiatan penting apa yang kamu lakuin di sekitar rumahmu?"
Sahabatnya merasa bingung, lantas ia bertanya, "Maksudmu, semacam kegiatan masyarakat, begitu?"
"Ya. Semacam itu."
Sang sahabat sempat berpikir sejenak dengan mengingat-ingat sesuatu, kemudian ia berkata, "Biasanya aku ikut Karang Taruna, Remaja Masjid, sama Grup Musik di daerahku. Memangnya kenapa kamu nanya begitu Sam?"
"Enggak, cuma nanya aja sih."
Kemudian, anak lelaki yang bernama panggilan Sam tersebut menghampiri salah satu teman laki-laki lainnya. Sam menanyakan hal yang sama, "Apa yang biasanya kamu lakukan pas di rumah?"
"Maksudmu?"
"Uhm, tidak jadi deh. Ganti topik," Sam menggelengkan kepalanya cepat, berusaha meyakinkan lawan bicaranya agar mengabaikan pertanyaan tadi. "Uhm, menurutmu, apa kamu lebih suka berada di rumah atau sekolah? Dan kenapa?" lanjut Sam.
Lawan bicara Sam meremas-meras sebuah kertas yang sudah lusuh. Telapak tangannya bermain-main dengan remasan kertas tersebut, dilempar-lemparnya. Jelas terlihat ia sedang berpikir. Lalu, teman Sam yang bernama Jordan itu pun menjawab, "Aku sih suka di sekolah karena di sini banyak temen yang seru-seru. Kalau di rumah itu membosankan. Kau sendiri bagaimana?" tanya Jordan, seraya melempar remasan kertas tadi ke arah tong sampah. Nahas, apa yang dilemparnya tidak memasuki target, dan hanya tergeletak di sisi luar tong sampah.
"Eh, eh? Aku?" Tiba-tiba saja Sam tergagap dengan pertanyaan balik Jordan. "Eh, iya. Aku juga sama. Lebih enak di sini. Banyak temennya..."
"Ya, benar juga," celetuk Jordan.
"Dan," panggil Sam. Jordan menoleh, anak laki-laki itu mendapati kilatan bola mata Sam yang seperti penih harap. Jordan menunggu Sam bicara, namun Sam spontan berkata, "Sampahmu nggak masuk tong sampah tuh," katanya, menunjuk tong sampah dengan dagu.
Jordan langsung cekikikan sambil lalu menuju tong sampah untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukannya. Memasukan remasan kertas ke tempt sampah.
Sam, yang masih terduduk di kursi, tiba-tiba anak laki-laki itu melamun, memikirkan betapa bodoh hidupnya yang selama ini tidak terlalu mempunyai banyak teman...
Ya, banyak teman. Seorang Sam yang lebih nyaman berada di sekolah daripada di rumah. Pasalnya, anak itu tak pernah sekalipun merasa kesepian di sekolah. Dia selalu punya teman-teman yang membuatnya nyaman di sekolah.
Seorang Sam yang tak pernah murung di sekolah, seorang yang periang, dan humoris. Di sekolahnya ia merupakan salah satu siswa yang aktif. Ia juga bukanlah seorang pembolos. Pada intinya Sam adalah seorang yang dianggap baik di sekolah.
Tapi begitu ia sampai di rumah, Sam bukanlah Sam yang sama seperti ketika ia berada di sekolah. Sam yang di rumah adalah Sam yang pemurung, pendiam, dan tidak pernah mengikuti kegiatan organisasi apa pun.
Kadang Sam merasa bosan dengan hidupnya. Hidupnya hanya sebatas rutinitas dari sekolah-rumah-sekolah-rumah-saja.
Satu hal yang selalu membayang-bayanginya: Dia yang di rumah bukanlah dia yang di sekolah.
Pada akhirnya, jika seseorang terlalu berlebihan terhadap sesuatu tanpa mengimbanginya dengan hal lain, maka hidupnya benar-benar tidak berguna. Sam berpikir, dirinya layak disebut sampah. Tidak berguna di masyarakat.
Skenario 03 : Ganda,
Fin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Akhir yang Tidak Menyenangkan
Short Storykumpulan akhir yang tidak menyenangkan dari segelintir kisah yang berakhir tidak menyenangkan 2018-2019