another story of a cat

855 209 45
                                    

Kisah Lain dari Seekor Kucing

Kau pernah dengar cerita tentang hewan peliharaan? Kalau belum, aku akan menceritakannya.

Umurku waktu itu lima bulan dan majikanku tujuh tahun. George adalah majikanku. Dia anak yang baik dan sayang padaku.

Sewaktu kecil aku pernah hampir bisa berbicara dengan manusia. Ya, hampir. Waktu itu majikanku, George, mengajakku menggambar. Ha iya, menggambar dengan pensil dan kertas.

Kau jangan heran jika aku bisa menggambar. Tentu saja aku bisa. Dengan bantuan tangan George tentunya.

George mengajakku ke ruang baca dan kami duduk di tengah-tengahnya. Anak itu mengambil selembar kertas dan pensil.

Sejenak George hanya terdiam di tempatnya duduk dan aku mengamatinya. Aku menerka-nerka apakah benar George sedang bingung akan menggambar apa. Lalu aku pun bertanya padanya, "Kau akan menggambar apa?"

George hanya tertegun mendengar ocehanku. Tentu saja George tak bisa mengerti bahasaku. Ha, yang benar saja.

Tapi George malah menjawab, "Aku ingin menggambar kita."

Aku terheran. Apakah George memang bisa mendengar pertanyaanku barusan? Atau apakah hanya kebetulan saja? Rasanya aku jadi ingin berbicara dengan manusia seperti George...

Kemudian aku mencoba bertanya lagi, "Apa kau bermaksud akan menggambar kau dan aku, George?" Tentu saja suaraku hanyalah sebatas suara kucing mengeong tak jelas yang mana dikira manusia bahwa aku adalah kucing yang sedang meminta makanan.

"Ya, kau dan aku, Betty. Aku akan mulai menggambar diriku di sini, lalu dirimu di sebelah sini," ujar George sambil menunjuk-nunjuk permukaan kertas di hadapan kami.

Astaga. Aku seperti benar-benar berbicara dengan George! Lalu kulanjutkan lagi, "Aku juga ingin menggambar, George. Tapi aku tidak bisa melakukannya."

"Baiklah, ayo kita mulai."

Tiba-tiba saja George menarik tanganku dan menggenggamnya erat dengan sebatang pensil juga. Jadi, George memegangi tanganku sekaligus memegang pensil untuk menggambar di atas kertas.

Kemudian, George memulai menggambar. Bukan. Bukan hanya George saja. Tapi, George dan aku mulai menggambar.

Rasanya seperti aku bisa melakukan apa saja bersama George. Ke kanan, ke kiri. Naik dan turun di atas kertas. Perlahan, gambaran wajah George terbentuk. Meskipun tidak mirip aslinya sih, tapi itu cukup sebagai gambaran saja.

Kemudian gambaran bagian tubuh George lainnya pun kami buat. Badan, tangan, lalu kaki.

Lalu kami berpindah ke sisi lainnya. Menggambar diriku yang tampak kecil. Pertama kami membuat lingkaran, lalu dua buah segitiga di tepi lingkaran itu yang mana adalah telingaku. Kemudian anggota wajahku yang lain digambar.

Pada akhirnya, gambar tubuhku pun jadi. Untuk bagian terakhir, George dan aku menggambar sebuah tali yang menghubungkan antara sketsa tubuhku dengan George. Itu adalah sebuah pertanda. Pertanda bahwa kami tidak bisa dipisahkan. Semoga. Semoga saja.

Tapi perlu kau tahu juga tentang akhir cerita dari seekor hewan peliharaan. Waktu itu aku berumur satu tahun dan George delapan tahun.

Sebenarnya aku lebih kasihan dengan George ketimbang dengan diriku sendiri. Orangtua George bercerai. Dan hak asuh oleh George jatuh pada ayahnya.

Aku dibawa George ikut ke rumah baru mereka. Dan saat tiba di sana, rupanya di sana ada seorang ibu baru pengganti ibu George. Ya, ayah George ternyata menikah lagi. Dan kemudian kisahku dengan George berakhir.

Ibu tiri George tidak suka kucing.

Maka George dengan terpaksanya harus membuangku.

Skenario 02 : Kisah Lain dari Seekor Kucing,
Fin.

Sebuah Akhir yang Tidak MenyenangkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang