Joshua Michigan
Aku kenal seseorang yang lumayan terkenal di kelasku dengan semua talenta yang dia miliki. Apa yang kutahu tentangnya adalah dia seorang cowok dan dia ramah dan kupikir lumayan tampan.
Jago main basket dan musik mungkin adalah alasan kenapa dia cukup dikagumi para gadis di sekolahku. Dan, aku? Oh, come on, aku hanyalah seorang gadis culun yang super biasa-biasa saja.
Tapi, tunggu. Kau jangan berpikir bahwa cerita ini adalah cerita fiksi di kebanyakan novel remaja masa kini tentang seorang gadis kutu buku yang suka dengan cowok cool di sekolahnya. Bukan, ini bukanlah cerita seperti itu dan harus kuakui aku tidak suka tipe cowok seperti itu.
Aku hanya akan bercerita tentang cowok bernama Joshua dan bagaimana dia bisa menghilang dari kelasku dalam waktu tiga hari ini. Terakhir kali aku melihatnya adalah kemarin lusa. Anehnya, tidak seperti biasa, cowok yang biasanya terlihat keren itu kemarin kelihatan kurang fit. Aku pikir mungkin dia kurang tidur.
Kemudian kemarin aku ditanyai beberapa gadis di kelas—yang juga pengagum Joshua—di mana keberadaan cowok favorit mereka dan kujawab tidak tahu. Aku menduga mengapa mereka menanyakan Josh kepadaku adalah hanya karena rumah Josh yang hanya beberapa blok dari rumahku, dan itu merupakan jarak yang lumayan dekat jika dibandingkan dengan rumah temanku yang lain.
Apa yang terjadi dengan Josh serta daftar hadirnya yang tanpa keterangan membuatku sedikit penasaran, tetapi tidak terlalu berlebihan. Jika bukan karena gadis-gadis di kelas yang menyuruhku, aku pasti tidak akan berdiri di depan pintu rumah Josh saat ini, menunggu seseorang membukakan pintu setelah aku menekan bel.
Seseorang membuka pintu dari dalam dan setelah kulihat, ternyata adalah seorang wanita dan bisa kusimpulkan jika melihat penampilannya, kupikir dia adalah pembantu rumah tangga.
Kutanyakan keberadaan Josh apakah cowok itu ada di rumah atau tidak, namun anehnya, yang wanita itu lakukan adalah menangis! Sempat bingung dengan apa yang terjadi, aku lalu berpikir untuk menenangkan wanita paruh baya itu dan perlahan kutanyakan apa yang terjadi perihal sebab dia menangis tiba-tiba.
Setelah kutanya, wanita itu bernama Jenna. Kami duduk di kursi depan dan wanita itu mulai bercerita. Mula-mula, wanita itu bilang bahwa selama dirinya bekerja pada keluarga Josh, tidak ada masalah apa-apa dan semuanya berjalan dengan normal. Wanita itu juga bilang bahwa dia nyaman berada di rumah Josh karena memang perilaku keluarga Josh terhadapnya sangat ramah, terutama Josh sendiri. Josh tidak pernah marah-marah, katanya. Meskipun dia anak yang berada, Josh tidak pernah sekalipun menyombongkan diri. Sampai beberapa hari yang lalu, sesuatu terjadi. Sesuatu yang membuat keluarga Josh menjadi hancur, terutama bagi Josh sendiri.
Jenna bilang, Josh sudah tidak ada di rumah sejak tiga hari yang lalu dan begitu juga dengan orangtua Josh. Menurut sepengetahuan wanita pembantu rumah Josh, Nyonya Michigan dan Tuan Michigan sering bertengkar selama kurang lebih seminggu ini. Dan karena pembantu rumah Josh penasaran dengan apa yang terjadi-toh dia juga sudah menganggap keluarga Josh sebagai keluarga sendiri-maka suatu hari dia sempat menguping dan akhirnya tahu bahwa salah satu dari pasangan itu telah berselingkuh.
Tuan dan Nyonya Michigan kabarnya telah bercerai karena kemarin sore Nyonya Michigan pulang ke rumah dan berkata pada Jenna bahwa Jenna harus segera berkemas. Tapi Nyonya Michigan tidak bilang kapan Jenna harus pergi karena waktu itu dia buru-buru pergi lagi.
Dan sekarang, Jenna benar-benar tidak paham apa yang harus dilakukannya. Wanita itu bilang dia kasihan dengan Josh, seperti ke mana dia pergi, bagaimana cowok itu tidur, dan apakah dia makan dengan teratur? Jenna kembali terisak. Melihat dia menangis, bisa kubayangkan betapa akrabnya Jenna dengan Josh selama ini. Jenna pasti sangat terpukul dengan keluarga Josh yang bercerai karena selama ini, keluarga inilah yang menaungi hidup Jenna.
Kemudian kuputuskan untuk pamit pulang. Sebenarnya aku masih ingin menemani Jenna, kasihan dia di rumah sendiri. Berhubung hari sudah sore, mau tidak mau aku harus pulang. Tentu saja aku juga tidak mau apabila aku harus pulang malam hari sendirian dan parahnya aku jalan kaki.
Kenapa Josh tidak pernah cerita ke teman-teman soal masalah pribadinya? Memang betul apabila masalah pribadi tidak bisa langsung dibeberkan ke sembarang orang, tapi apabila itu membuat Josh terpukul dan sampai absen berhari-hari, orang pasti akan khawatir dengannya.
Ketika aku hampir sampai di perempatan ujung jalan kompleks, aku yakin aku melihat seseorang. Seseorang, lebih tepatnya.... Josh! Itu Josh! Aku juga hapal sekali dengan sepeda birunya yang setiap hari dibawanya ke sekolah dan tidak salah lagi, cowok yang berhenti di depan lampu merah itu benar-benar Josh.
Kupanggil dia, "Josh! Joshua Michigan!" Sial. Dia tidak dengar. Lebih sial lagi, setelah kuamati dirinya, rupanya Josh memakai headset di telinga.
Kuberlari mendekati Josh yang masih ada di sana. Nahasnya, lampu lalu lintas sudah berganti menjadi hijau saat aku belum sempat mencapai Josh dan sepedanya.
▪️▫️▪️
Lusanya aku pergi ke rumah Josh lagi. Namun saat sampai di sana, rumahnya telah dikosongkan dan papan iklan tentang rumah dijual telah ditempel di pintu gerbang.
Di hari selanjutnya, gosip telah beredar cepat di sekolah dari cewek-cewek penggosip di sekolahku bahwa Josh telah pindah ke luar kota bersama keluarganya. Tunggu. Keluarga? Apakah yang dimaksud mereka adalah keluarga Josh yang lama atau.... yang baru?
Oh, Josh, di manakah dirimu. Satu sekolah membicarakanmu terutama para gadis-gadis dan kupikir mereka merindukanmu. Termasuk aku.
Kemudian pada pagi-pagi berikutnya aku benar-benar tidak pernah melihat kehadiran Josh lagi di sekolah.
Skenario 007 : Joshua Michigan,
Fin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Akhir yang Tidak Menyenangkan
Nouvelleskumpulan akhir yang tidak menyenangkan dari segelintir kisah yang berakhir tidak menyenangkan 2018-2019