lima

2.5K 599 119
                                    

Sehabis makan, mereka mutusin buat ngumpul lagi. Bukan buat ngebahas kematian Heejin, tapi buat sekedar relax dari kejadian yang Heejin alamin.

Jeno tiduran di karpet, matanya merem, buat mikir gimana caranya bawa Siyeon kabur dari vila ini.

Selama dia merem, dia nggak sadar, ada Bae Jinyoung yang ngeliatin dia.

"Jenoo," panggil Siyeon sambil ngacak ngacak rambut Jeno.

"Hmm?"

Hina berdecak, "aduh mesra mesraan dah."

"Mau juga lo?" Kata Jaemin.

"Nggak. Modar sana lo."

Jaemin merengut, Bomin sama Nancy ketawa.

Jinyoung masih ngeliatin Jeno, lalu ngeliatin Siyeon.

"Kenapa sih lo? Masih laper?" Kata Eunbin sambil ngegoyang goyangin Jinyoung.

"Nggak, kenyang liat Jeno sama Siyeon."

Eunbin langsung ketawa.

"Ck, masih bisa ketawa ya lo semua." Kata Haechan.

Suasana langsung gak enak lagi. Semuanya narik senyum dari muka mereka.

Haechan jadi kelihatan kayak gelas kaca di mata Hina, rapuh banget.

"Chan," panggil Hina. "Kalo lo nggak kuat, lo balik duluan aja gak papa."

Refleks Jeno sama Siyeon langsung nengok ke arah Hina.

"Nggak, gua mau disini. Sampe gua tau siapa yang bunuh Heejin."

"Kalian nggak mau tidur?" Kata Bomin.

Jaemin langsung berdiri, "gua mau tidur. Ayo Bae." Katanya sambil narik tangan Jinyoung.

"Tidur mah tidur aja gak usah bawa bawa cowok gue!!!" Kata Eunbin.

Sementara temen-temennya masuk kamar, Nancy, Jeno, sama Siyeon masih di ruang tamu.

"Lo nggak masuk Nan?"

"Lah lo sendiri?"

Siyeon menghela nafas, "gue masih mau sama Jeno."

"Nggak usah acara sama Jeno sama Jeno lah Yeon, masuk. Dari pada lo berdua kenapa napa?" Kata Eunbin yang barusan keluar buat ambil minum.

Yang cowok akhirnya ngebiarin Siyeon buat masuk ke kamarnya. Daripada pacar kesayangannya itu kenapa napa?

"Yeon, temenin ke toilet." Kata Nancy di jam dua belas malam.

"Takut ah Naaan."

Mendengar jawaban Siyeon, Hina langsung bergidik.

"Ayo Nan, sama gue aja."

Tadinya, Eunbin mau ikut Hina sama Nancy ke toilet, tapi Nancy melarang. Siyeon terlalu bahaya buat ditinggalin sendirian.




×××


Jaemin melirik jam dinding. Jam dua belas lewat lima menit, tapi malah ada suara grasak grusuk diluar.

Ah, paling anak cewek.

Tapi begitu merasa ada yang janggal, pemuda itu bergegas keluar, ninggalin temen temennya yang masih terlelap.

Dari luar, dia lihat kalau ada Hina sama Nancy di ruang tamu bawah, lalu Hina masuk ke toilet. Haduh, dasar cewek.

Lalu matanya menangkap sosok orang di depan kamar anak perempuan, sosok yang gak asing bagi Jaemin.

"Ck, udah gua tebak." Kata Jaemin tepat di samping sosok itu.

"Jaemin?"

"Biar apa sih, lo ngela–"

Darah bermuncratan dari dada kiri Jaemin yang tertancap pisau.

"B-bener, lo emang sinting." Kata Jaemin, sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.




×××




"NA FUCKING JAEMIN LO ANJIR ASTAGA NANCY INI GIMANA." Hina teriak histeris begitu lihat mayat pacarnya tergeletak di depan kamar mereka.

Semua orang langsung keluar dari kamarnya, satu persatu merasa lemas begitu melihat Jaemin.

Men, Na Jaemin yang dikenal gak punya musuh aja bisa mati dengan cara kayak gini.

"Nancy......." Panggil Eunbin.

Nancy masih diam, tapi matanya mengeluarkan air mata.

"Jangan jangan Jaemin yang bunuh Heejin?" Kata Haechan.

"Lo kalo ngomong tuh diatur Chan!" Teriak Hina.

"Chan, kalau Jaemin yang bunuh Heejin, lo pikir dia bisa mati kayak gini?" Kata Bomin sambil coba nenangin Hina yang sekarang udah nangis.

"Nancy!" Sekarang gantian Siyeon yang berteriak memanggil Nancy.

"Apa sih anjing nggak usah bacot!" Kata Jinyoung.

"Gue bukan sekedar bacot ya! Nan, lo pikir gue gak tau kalo ini piso lo?"

Hening.

plak

"HEH PARK SIYEON, NGOMONG TUH DIJAGA!" Kata Eunbin sesaat setelah menampar Siyeon.

plak

Satu tamparan buat Eunbin mendarat dari tangan Jeno.

"Lo ngapain nampar Eunbin?" Kata Jinyoung sambil menarik Jeno ke arahnya. "Banci lo?"

Eunbin sibuk melepaskan cengkraman Jinyoung di kaus Jeno.

"WOI ANJING MALAH RIBUT." kata Bomin.

"Yeon, gue tuh bareng Nancy dari tadi, lo jangan nyimpulin macem macem." Kata Hina dalam tangisnya.

Siyeon mendengus tak suka.

"Iya, itu pisau gue," kata Nancy. "Tapi bukan gue."

Semuanya diam, kecuali Haechan yang malah menaikkan satu alisnya.

"Yakin bukan lo?"

Bomin udah siap marah, tapi Nancy nahan dia.

"Gue nggak segila itu buat bunuh sepupu sendiri, Haechan."


( A/N )

Jadi, sudah ada bayangan siapa pembunuhnya?

blood.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang