tujuh

2.2K 537 75
                                    


"NANCY JEWEL MCDONIE KELUAR LU ANJING!"

Haechan membuka paksa pintu kamar anak anak perempuan, menarik piyama yang Nancy kenakan agar cewek itu bangun dari kasurnya.

"APA APAAN SIH CHAN!" Teriak Eunbin gak terima.

"TANYA TUH SAMA TEMEN LO, LO APAIN SIYEON SAMA JENO BANGSAT!" Haechan menggoyangkan badan Nancy.

Sedangkan Nancy hanya diam.

"Gue nggak ngapa ngapain, Chan."

"BOONG MULU LU ANJING."

"Gue capek disalahin mulu, gue nggak ngapa ngapain mereka, Chan." Kata Nancy kalem.

Satu bogem mentah dari Haechan mendarat ke wajah Nancy, bikin cewek itu berdarah di ujung bibirnya.

"HAECHAN SINTING LO YA UDAH!!!" Kata Eunbin sambil menahan tangan Haechan yang sudah kedua kalinya menghadiahi wajah Nancy bogeman.

Hina berlari, keluar menuju kamar Jinyoung dan Bomin.

Eunbin terus menahan Haechan sambil menangis.

"LEE HAECHAN!" Teriak Bomin.

Haechan berhenti, dilepaskannya Nancy yang sudah kacau sekarang.

"Apa? Mau belain cewek lo? Atau emang lo kerja sama bareng Nancy?"

Bae Jinyoung memilih untuk diam, mempelajari situasi. Eunbin dan Hina membantu Nancy untuk berdiri.

"Nan, lo kenapa jadi lemah gini sih?!" Kata Eunbin. Padahal, di sekolah, Nancy bisa berantem lebih dari dua kali sehari.

"Gue nggak bisa nyakitin sahabat sendiri." Kata Nancy sambil berjalan melewati Haechan, pergi ke kamar mandi.

Eunbin menyusul.

"Chan, lo tuh nggak sehat," kata Hina. "Segitunya lo mikir Nancy yang bunuh cewek lo? Walaupun di dada Jaemin itu beneran pisau Nancy aja gue percaya kalo Nancy nggak mungkin ngelakuin ini."

Haechan diam.

"Chan, kontrol emosi lo." Kata Jinyoung.

Bomin duduk di kasur, mengacak rambutnya frustasi.

"Harusnya nggak kayak gini," katanya. "Lo nggak seharusnya kayak gitu sama cewek, Chan."

Empat orang itu terdiam di kamar.

Hina berusaha menahan tangisnya, Haechan masih marah, Jinyoung menatap Bomin, dan Bomin langsung keluar, menghampiri Nancy.

"Sakit nggak?" Kata Bomin ke Nancy yang sekarang lagi make obat merah ke wajahnya, dibantuin Eunbin.

"Nggak, udah biasa."

Bomin mendadatkan tangannya di kepala Nancy.

"Bin, lo dicariin Jinyoung." Kata Hina sambil menunjuk ruang tamu, tempat Jinyoung duduk sekarang.

Eunbin mengangguk, "nih. Lo obatin cewek lo." Katanya ke Bomin.

"Gue tinggal ya, Min, Nan." Kata Hina sambil menutup pintu kamar.

Nancy mengangguk, Bomin juga.

"Nangis aja." Kata Bomin.

Belum ada lima detik, Nancy langsung meneteskan air matanya.

Bomin tau pasti bakal begini, setiap kali Nancy berantem sana Siyeon, atau Jeno, cewek itu bakal berakhir dengan tangisan.

"Gue kangen Jaemin."

Choi Bomin menarik Nancy ke dalam dekapannya, memberikan kenyamanan sama cewek yang masih terisak itu.

"Min, gue nggak ngapa ngapain Jaemin, Heejin, Jeno sama Siyeon." Kata Nancy lagi.

Bomin hanya diam sambil tetap mendekap erat Nancy.

Tangis Nancy makin keras, Bomin menepuk nepuk punggung gadisnya itu perlahan.

"It's okay, Nan, gua tau kok itu bukan lo."

Bahkan, rasa sakit di wajah Nancy sekarang bukan apa apa dibandingnya rasa sakit hatinya.

"Bomin," panggil Nancy.

"Hhm?"

Bomin menghirup aroma rambut Nancy, wangi strawberry yang khas.

"Nggak jadi."

Setelah mengusap rambut panjang Nancy dua kali, Bomin tersenyum.

"Ya udah, obatin dulu darahnya."

( A/N )

I know ini oendek banget anjer.

Jadi, sudah ada bayangan siapa pembunuhnya?

blood.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang