delapan

2.3K 523 94
                                    


Jinyoung memasukkan kakinya ke dalam kolam renang, sekedar relaks dsri kejadian yang menimpa dirinya dan teman temannya.

Bukannya Jinyoung apatis, atau dia gak peduli sama apa yang terjadi.

Tapi, Bae Jinyoung gak pandai buat mengekspresikan kekhawatirannya itu, dia milih buat diem.

Merhatiin semuanya dalam diam.

Begitu Jinyoung lagi main mainin kakinya di dalem air, Eunbin dateng, duduk disampingnya.

"Gue kasian sama Haechan," katanya. "Sama Hina juga."

Jinyoung menoleh, menatap Eunbin dari samping. Lalu mengucap syukur karena memiliki gadis ini disampingnya sekarang.

"Tapi Nancy juga kasian." Lanjut Eunbin.

"Kalau menurut gua, Nancy nggak ada hubungannya sama ini."

Eunbin balas menatap Jinyoung.

"Maksudnya?"

"Bukan dia yang ngelakuin ini."

Yang cewek mengangguk, dia sendiri juga yakin kalau bukan Nancy yang ngelakuin ini.

Walaupun bandel, Nancy itu jujur aja lebih lemah dari Eunbin.

Eunbin kalau berantem nggak kira-kira, Nancy masih suka mikir. Lalu dia ngingetin Eunbin.

"Bin," panggil Jinyoung.

"Ya?"

"Nggak jadi."

Sekarang cewek itu natap Jinyoung heran.

"Lo kok diem aja sih, Bae?" katanya ke Jinyoung.

"Emang aneh kalo gua diem aja ya?"

Bener juga, Jinyoung kan emang selalu diem.

"Nggak, but, it's different, babe." Kata Eunbin, lalu berhenti menatap Bae Jinyoung dan akhirnya memilih buat beranjak dari kolam renang.

























***











Sekarang jam sebelas malam, Vila sudah sepi.

Anak perempuan memilih untuk langsung istirahat dikamarnya, sedangkan yang laki-laki sekarang sedang bergantian untuk berjaga malam. Mau nggak mau.

Walaupun Nancy sama Eunbin udah menawarkan diri buat ikut ngejaga vila, mereka berdua dilarang sama yang laki laki.

Kalau kata Jinyoung dan Bomin, mereka tetap perempuan.

Lalu kata Haechan, ya nggak bakal ada kejadian apa apa, orang pembunuhnya yang jaga.

Kalau bukan karena Hina yang langsung mencairkan suasana, mungkin bakalan terjadi pertengkaran lagi diantara mereka.

Hina muak, disekolah lihat Nancy Eunbin berantem sama kakak kelas, masa iya lagi liburan gantian yang cowok yang berantem.

Nggak lucu.

"Chan, lo sendiri gak papa ya?" kata Jinyoung. "Gua ngantuk banget asli."

Haechan langsung menunjuk dirinya sendiri, "lo ngomong sama gua?"

"Ya iya emang nama gua Bochan?" kata Bomin.

"Ya udah, sana lu berdua tidur aja. Nanti gantian tapi ya siang gua tidur."

"Iyeeee, nanti lo tidur." kata Jinyoung lagi.

Haechan ketawa, sambil main-mainin handphonenya dia ngeliatin Jinyoung sama Bomin yang jalan masuk ke kamar.

"Hati-hati Chan." kata Bomin tepat sebelum nutup pintu kamar.

Walaupun takut, tapi ya Haechan ngangguk ngangguk aja sambil nyengir.

Cowok itu masang headset putih yang dikasih sama Heejin pas ulang tahunnya, dia mencet tombol shuffle, dan yang keputer ternyata lagunya Simple Plan.

Save You.

"Hhh, i wish i could save you." gumamnya pelan.

Emang dasarnya Haechan itu sebelas dua belas sama Jaemin, dia nyesel pake acara ngasarin Nancy tadi siang. Dia tau, harusnya nggak kayak gitu caranya merlakuin Nancy.

Walaupun Nancy mungkin salah, tapi Haechan nggak seharusnya kayak gitu.

Cowok itu jalan ke arah kolam renang, duduk duduk lah dia di lantai kayu sebelum masuk ke air. Nggak sih, Haechan gak ada niatan buat masuk ke air.

Haechan merem, tapi matanya ngeluarin air.

Kangen, nyesal, sedih, dan takut jadi satu.

Tapi, rasa takutnya makin besar begitu merasa bahunya ditepuk. Haechan harap, yang nepuk dia salah satu dari temennya yang ngajak tukeran jaga.

Tangan yang nepuk bahu Haechan sekarang narik earphone sebelah kiri Haechan, lalu berbisik,

"Lo teriak, lo kelar."

Haechan merinding seketika. Cowok itu menatap oknum yang membuat bulu kuduknya naik.

"L-lo? Anjing." katanya.

Oknum tersebut hanya tersenyum miring, lalu dirinya mendorong leher Haechan sampai Haechan tertidur di lantai.

"Mau apa lo bangsat." kata Haechan.

"Hmm, mau apa yaa." kata orang itu, lalu tanpa ragu menduduki perut Haechan dan menusukan pisaunya ke pipi Haechan.

Darahnya mengalir. Haechan terus meneteskan air mata.

"Jangan nangis dong, banci."

Haechan sekarang sudah tak sanggup mengeluarkan satu patah kata pun. Ditambah lagi sekarang pisau itu bersarang di perutnya.

Oknum tadi berdiri setelah mencabut pisaunya, menyeret Haechan hingga pemuda Lee itu masuk ke dalam kolam renang.

Sontak saja, air kolam menjadi merah darah.



















( A/N )

Jadi, sudah ada gambaran siapa pembunuhnya?

blood.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang