Delapan

8.7K 688 25
                                    

Malam itu, aku hanya bisa tidur selama dua jam dari pukul tiga sampai lima subuh. Selain otak yang sibuk dengan rekaman kejadian dan kata-kata Farhan, juga sibuk buka mbah google untuk meyakinkan diri tentang wanita yang harus menutup aurat dengan pakaian syar'i.

Kenapa ga boleh pake celana juga? Padahal pakai celana itu lebih gampang bergerak daripada menggunakan rok. Dan jawabannya ada semua di mbah google.

Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhuma berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki." (HR. Al-Bukhari no. 5885, 6834)

Jawabannya begitu menusuk hati. Bahkan aku begitu tertampar ketika membaca artikel yang memuat mengenai dosa-dosa wanita, wanita yang tidak akan mencium bau surga. Padahal bau surga itu tercium sejauh 70 tahun perjalanan.

Dan hampir semua yang disebutkan dalam artikel itu, ada di dalam diriku. Selalu pakai celana. Jelas celana itu pakaian yang seharusnya di pakai pria. Lalu berpakaian tapi telanjang. Aku memakai baju, menutup aurat dengan kerudung yang melengkapi penampilan, namun pakaianku sangat menampilkan lekukan tubuh. Memakai wewangian dan berlenggok di hadapan pria. Ini yang membuatku merinding. Tidak ada maksud untuk memancing nafsu kaum pria, namun tanpa sadar, aroma yang menyengat dapat membuat otak pria secara otomatis terangsang dan berpikiran negatif.

Tak dapat dipungkiri, aku saja sering tergoda saat mencium wangi parfum pria yang ada di dekatku, atau yang tidak sengaja melewati indra penciuman. Tapi insting wanita tidak seperti pria. Wanita itu mencium wewangian pria hanya merasakan kekaguman saja. Namun berbeda jika pria yang mencium aroma wanita. Nafsu pria lebih besar dari pada wanita dan sangat mudah untuk terangsang. Dan tanpa iman yang kuat, pria bisa saja menyalurkan nafsu kepada siapa pun, di mana pun, kapan pun.

Maka dari itu, begitu banyak kasus pemerkosaan terjadi akhir-akhir ini. Menurutku, salah satu alasan karena wanita terlalu memperlihatkan lekuk tubuhnya. Dan para pria tidak membentengi hati dengan iman yang kuat sehingga mereka yang kurang iman melakukan hal yang bejad kepada orang terdekatnya. Yang dikenal, atau pun yang tidak dikenal.

Dan karena kejadian semalam, aku memutuskan untuk menggunakan baju training ke kampus. Dengan jilbab yang sengaja aku ulurkan menutupi bagian dada. Aku baca, memang seharusnya jilbab itu menutupi dada. Kebetulan baju training yang aku punya cukup besar. Dan jujur saja, kala itu aku ga punya rok panjang satu pun. Apalagi gamis.

Jauh dari keadaan sekarang yang tiada hari tanpa gamis. Satu lemari penuh dengan gamis. Dan pokoknya, gamis dulu, gamis terus, gamis lagi.

Aku duduk di bangku tempat biasa memerhatikan dosen saat belajar. Pandangan orang-orang pastinya melihatku dengan tatapan yang sangat aneh dan heran. Aku yang biasanya berpakaian modis, hari ini hanya menggunakan baju training longgar dengan kerudung ala anak pesantren.

Culun? Culun banget pastinya. Namun, orang yang biasanya nyinyir, kali ini duduk di dekatku, tanpa keributan sedikit pun.

"Maaf, harusnya kemaren malem gue nganterin lo."

Aku mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuk. Pasti Farhan sudah menceritakan kejadian semalam kepada Hamdan. Dan dari suaranya, terdengar Hamdan menyesal karena meninggalkanku kemarin.

"Ga apa-apa. Untung ada Farhan."

Aku noleh ke arah Hamdan. Dia tertunduk ketika denger jawabanku. Ah, aku jadi ga enak sama Hamdan.

"Bagus deh kalau gitu. Untung Farhan orangnya peka. Ga kayak gue," suara sendu itu kembali terdengar.

Aku ga suka Hamdan yang seperti ini.

Halal untuk Calon Imam [END] [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang