Lagi-lagi aku harus pulang larut malam setelah mengerjakan tugas yang akan dipresentasikan pada hari esok.
Presentasi kali ini harus menggunakan alat peraga yang membuat kelompok kami harus rampung membuatnya malam ini juga.
Farhan
Belum pulang?Pesan singkat yang mampu membuatku menunduk dan mengulum senyum.
Segera aku ga bales pesan dengan perasaan yang berbunga-bunga.Blm
Siapa tahu dia mau antar aku pulang. Namun sedetik kemudian, aku menggeleng kuat untuk menepis niatan kebahagian di pikiranku.
Aku ngga boleh membiarkan keinginan itu. Tidak baik apabila wanita dan pria hanya berduaan. Pertama, akan ada yang menjadi pihak ketiga, yaitu syetan. Lalu, akan terjadi fitnah.
Setidaknya itu yang aku baca tadi pagi di situs hasil pencarian mbah google.
Tapi, kalau dalam keadaan darurat bagaimana? Bukankah lebih baik diantar teman dekat saat malam daripada pulang sendiri? Bukankah zaman sekarang tidak mudah membuat fitnah hanya karena berjalan berdua karena diantar teman sepulang kuliah?
Bisikan itu seakan bertiup halus di telingaku.
Tak cepat menyimpulkan, semua yang terlintas dipikiranku terhenti begitu saja saat denting ponsel kembali berbunyi sebagai balasan dari pesan Farhan.
Farhan
Minta pulang sekarang saja.Ya, itulah cara menulis pesan Farhan yang aku kenal. Selalu lengkap seperti sedang menulis naskah. Ketika aku tanya, kenapa ga disingkat aja? Kan lebih hemat waktu.
"Biar terbiasa saat menulis nanti."
Satu lagi yang aku tahu tentang dia. Cita-cita dia yang ingin menjadi seorang penulis. Dulu, saat aku ga sengaja liat buku catatannya, beberapa kali aku pernah baca tulisan dia seputar coretan-coretan yang bagi dia hanya keisengan belaka, tapi ketika kubaca, tulisan dia begitu bagus. Bahkan aku yang pada dasarnya tidak suka membaca, kini rutin membaca artikel buatannya yang ternyata sudah dia kirimkan ke sebuah surat kabar.
Oh iya, ini pertama kalinya Farhan chat secara personal. Sebelumnya kami chating di grup kelas.
Aku pikir, mungkin dia khawatir karena kejadian kemarin. Sebagai teman, dia hanya mengingatkan aku agar tidak pulang terlalu malam.
Nnti aj. Gw g enak ma nak"..
Perasaanku jadi campur aduk.
Ya Allah ... Jaukanlah hamba dari perasaan resah.Aku juga ga tau kenapa jadi merasa serba salah kayak gini. Apa yang aku harapkan dari Farhan? Aku ga boleh berharap lebih untuk sekarang. Masa muda masih panjang. Masih pengen kerja juga.
Pacaran? Tetep pada prinsip untuk mempertahankan hati buat sang calon imam. Walaupun yang aku harap saat ini, Farhan yang menjadi calon imamku.
"Kenapa?"
Suara laki-laki yang biasanya menyebalkan membuat aku tersentak.
"Ngga apa-apa," kataku singkat sambil memasukkan hp ke dalam tas.
"Mau pulang?" tanyanya lagi.
"Ya mau, lah. Masa iya, gue nginep di sini?" balasku dengan suara cibiran.
Namun, dia malah terkekeh. "Ya iyalah, aku juga tau. Maksudnya, apa kamu mau pulang sekarang?"
Hah? Aku? Kamu? Ga salah denger, nih? Ih si Hamdan kesambet apaan, sih? Kok aneh banget?
Eh, astagfirullah. Ga boleh gitu. Siapa tau dia insyaf. Masa insyaf dibilang kesambet. Sadar, Kia....
"Ngga, lah. Tugasnya belum beres. Lagian, gue ga enak sama yang lainnya. Si Eka aja yang rumahnya jauh, masih di sini. Kenapa gue yang ngekost di belakang kampus malah pulang? Kan, ga enak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Halal untuk Calon Imam [END] [REVISI]
روحانيات[REVISI] Barang murah itu cepat laku, itu artinya, seorang jomblo merupakan barang mahal. Hijrah memang tidak mudah, akan selalu ada orang yang menentang bahkan tidak sedikit yang mencibir. Semua itu proses. Di mana kita akan memilih menjadi pecund...