-5- ice cream mahal

1.7K 123 3
                                    

"Ihh ini panas banget sumpah yaa"

"Angin mana angin, ya allah"

"Kalau kayak gini, mending gua nulis dipapan tulis deh"

"Bang-ke~" Denia diam seketika Raka meliriknya tajam.

Raka menghela napas, sedari tadi Denia tak berhenti mengeluh disebelahnya. Mereka sedang berjalan ke fotocopyan depan sekolah, mereka diberi tugas oleh guru yang tidak dapat hadir.

"Kenapa gak sama Cakra aja sih, Ka?" Denia memanyunkan bibirnya.

Raka melirik Denia yang berjalan mengikuti bayangan-bayangan benda apapun disepanjang jalan guna menghindarkannya dari sinar matahari yang terik hari ini.

Denia berdecak "jawab Ka!"

"Kalau gua pergi sama dia, siapa yang bertanggung jawab dikelas?" Raka menjawab dengan malas.

"Hah?"

"Kalau ketua kelas sama wakil sama-sama diluar, siapa yang tanggungjawab kalau misalnya ada yang berantem atau sejenisnya dikelas?"

Denia mengangguk-angguk, menginyakan perkataan Raka dalam hati tetapi tetap membantah "kan bisa sama Dina, dia kan bendahara"

"Ketua kelas itu kerjanya sama sekretaris bukan bendahara" jawab Raka dengan tegas.

Denia memutar mata kesal "Mana ada alesan kek gitu"

***

Denia duduk dikursinya dengan kasar, mengambil buku tulis Caca yang teronggok diatas meja guna mengipasinya.

Caca yang sedang memainkan ponsel disebelahnya melirik sesaat dan menggeleng "guna AC diatas lo itu apa Dede"

"kurang kerasa Be" Denia mengipasi dirinya dengan kencang, dia melihat Raka yang sedang membagikan kertas fotocopyan pada anak kelas. Raka yang merasa dilihat meliriknya bertanya.

Denia memegang lehernya dan mejilat bibirnya dengan pandangan memelas.

Raka mendengus melihatnya lalu kembali membagikan kertas, menghiraukan Denia.

"Dasar cowok gak peka, udah dikodein juga. Mati aja sana!" gerutu Denia menenggelamkan wajahnya dikedua tangan yang bertumpu pada meja.

"Apa De? Lo ngomong apa?" Caca mendekatkan kupingnya pada Denia.

Denia mendorong kepala Caca kesal "ih, gak ngomong sama lo Cabe"

Caca menatap Denia horror "lo ngomong sendiri? Sumpah Dede lo kesambet apa hah?"

Belum sempat Denia berteriak kesal dengan Caca, Raka sudah ada dihadapannya.

"Ayok" Ajak Raka berlalu keluar kelas.

Denia terpaku sejenak sebelum tersenyum lebar mengikuti Raka "ice cream~ ice cream~" senandung Denia menghampiri Raka yang menunggu didepan kelas.

***

"assalamualaikum" salam Raka ketika memasuki kios pak Dim yang tidak ada pembeli, wajar saja ini masih jam KBM berlangsung.

"Walaikumsalam" jawab Denia yang berjalan dibelakang Raka.

"Walaikumsalam" pak Dim membalas dari arah belakang kios.

"Yah kok tinggal ini sih pak Dim ice creamnya" keluh Denia yang tidak melihat ice cream kesukaannya.

"Iyya neng, udah tinggal itu aja" pak Dim datang membawa sekardus botol minum.

"Ambil yang ada aja" Raka mengambil ice cream rasa kopi dan menunggu Denia.

Denia manyun melihat kearah ice cream didepannya dan terpaksa mengambil ice cream rasa mangga.

"Ini pak Dim" Denia mengeluarkan uang lima ribuan dari saku bajunya.

"Enggak, saya yang bayar pak Dim" Raka berdiri didepan Denia dengan mengulurkan uang seratus ribu.

"Apasih Ka" decak Denia "saya bayar sendiri pak Dim"

"Enggak deng, saya yang bayar" Raka menepis tangan Denia yang mengulurkan uang.

"Ih, apaan sih Ka. Pokoknya saya bayar sendiri pak Dim"

"Jangan dengerin dia pak Dim, saya yang bayarin"

Ketika Denia ingin kembali protes, pak Dim sudah mengulurkan uang kembalian pada Raka "udah neng, biar masnya aja yang bayar. Pak Dim ngerti kok"

"Tuh udah lagi"

Denia tersenyum paksa dan berterimakasih pada pak Dim.

***

Denia memasuki kelas dengan menjilat ice cream mangga ditangan kanannya. Denia tidak bersama Raka, karena cowok itu tadi berhenti dipanggil oleh ketuakelas sebelah. Dia menghampiri segerombol cewe yang duduk merumpi dibelakang kelas.

"Dede dibeliin ice cream yaa sama Raka" Caca menebak ketika Denia duduk didepannya.

"Kok tau" Denia melotot terkejut.

"Denia bisa aja milih ice cream yang mahal" celetuk Dina membuat yang lain tertawa.

"Ih, tadi itu gua mau bayar sendiri kok" protes Denia dengan wajah memerah.

"Pinteran ya Dede, udah bisa milih yang mahal" celetuk yang lain membuat Denia semakin memerah dan kembali ditertawakan.

"Ya kalo gua juga milih yang mahal lah, gila aja" celetukan lain membuat Denia mengumpat malu dalam hati.

Denia berani bersumpah jika dia tidak pernah berpikir sampai situ.

"Kapan lagi kan makan ice cream yang mahal gratis, kan De?"

"Gua gak gitu, ihh!!"

Sekretaris RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang