-3- Ketuakelas Sebelah

1.9K 128 0
                                    


Denia menghentakkan kakinya kesal memasuki kelasnya. Tadi, Tania teman sekelasnya bilang dia dipanggil seseorang diluar kelas. Saat Denia menemui orang tersebut, ternyata orang itu ketua kelas sebelah yang hanya minta dipanggilkan ketua kelas.

'LAH KENAPA HARUS MANGGIL SEKRETARIS DULU COBA?!' Denia merengut sebal.

"Ka?" panggil Denia kepada Raka yang sedang sibuk memasukkan data nilai semester lalu anak kelas untuk diberikan kepada guru-guru mereka "dipanggil ketua kelas sebelah"

"sibuk" balas acuh Raka membuat Denia melotot.

"yaa, gak taulah. Dia nunggu didepan tuh" sebal Denia.

"bilangin, istirahat aja"

Denia mendelik, tapi tak urung berjalan kedepan untuk menyampaikan pesan Raka. Sekembalinya dari depan, dia kembali duduk dan ikut menonton drama Korea dilaptop yang sedang dia dan Caca tonton sebelum mendapat gangguan.

"De, sini" panggil Raka "puter kursinya, hadap gue"

Denia mengerutkan keningnya dan memutar kursinya menghadap Raka "ngapain?"

"isi buku absen, gua dikte" Raka mengulurkan buku absen yang masih baru.

Denia memisuhkan bibirnya malas "gak usah didikte deh, gua nulis sambil nonton aja Ka"

"Anggun Lisayana" seakan tidak mendengarkan Denia, Raka mulai mendikte.

"Raka monyet" umpat Denia mulai menulis.

"Arafah Renandra" Raka mengabaikan umpatan Denia.

"Raka monyet" umpatnya kembali ketika melirik laptop dan Caca yang sedang focus menonton.

"heh!" sentak Raka pelan.

"iya-iya Raka ganteng!" Denia memisuhkan bibirnya kembali menulis, membuat Raka tersenyum.

***

Untuk kedua kalinya hari ini, Denia kembali menghentakkan kakinya sebal. Dia dan Raka sedang berjalan menuju perpustakaan, mengambil buku paket.

"kok gak sama anak cowok aja sih, Ka." protes Denia membayangkan dia harus membawa buku paket yang tebal dan banyak ditangannya.

"gak usah banyak protes, lo kan sekretaris" jawaban Raka yang santai membuat Denia bertambah sebal.

"ih ini bukan tugas sekretaris tau!" Denia mendelik "ajak Cakra aja kek, biar dia berguna sedikit"

Raka terkekeh geli dan mengacak rambut cewek disampingnya gemas "makanya jadi cewek jangan mageran"

Denia menepis tangan Raka dan cemberut "apaansih! Siapa juga yang mageran"

Raka tersenyum tipis. Mereka kini sudah memasuki perpustakaan. Denia yang berjalan lebih dulu seakan menunjukkan arah kepada Raka yang murid baru.

"ini bukunya" Denia mengambil buku paket dirak lemari depannya. Raka mendekat dan berdiri dibelakang Denia, mengulurkan tangannya untuk mengambil buku. Jarak mereka yang dekat membuat Denia tepaku. Raka yang tersadar menundukkan kepalanya dekat kuping kanan Denia.

"mau mengulang adegan kantin?" Raka bertanya geli.

"enggak!" ketus Denia pelan dengan wajah memerah.

Raka terkekeh "enggaknya, geleng-geleng coba"

Denia yang sebal diejek, memutar badannya menghadap Raka dan memukul buku paket yang baru dia ambil dua buah ke dada Raka didepannya "makan nih adegan kantin!"

"hahaha" Raka tertawa keras, menghindari pukulan maut dari Denia "udah-udah, minggir"

Denia menggeser badannya memberi ruang untuk Raka mengambil buku. Denia menghitung buku yang Raka ambil, yang berjumlah tigabelas.

"yuk" Raka berbalik berjalan menuju tempat peminjaman dan menaruh buku yang dia dan Denia bawa keatas meja "ini bu, kami meminjam buku paket sebanyak 15"

"kelas berapa nak?" Tanya penjaga perpustakaan tersebut.

"12 ipa 5" Denia menjawab cepat sebelum Raka, membuat cowok tersebut mengangkat alis yang dibalas juluran lidah oleh Denia.

"yang bertanggungjawab?" ibu itu menatap Denia dan Raka bergantian.

"Denia"

"Raka"

Denia mendelik sebal "apaansih Ka. Lo kan ketuakelas"

"lo sekretaris juga, sama aja dong" balas Raka tak mau mengalah.

"beda! Ketuakelas, KETUA" sewot Denia.

"yaudah, sebagai ketuakelas yang jabatannya lebih tinggi dari lo, sekretaris. Gua nyuruh lo yang bertanggungjawab" tegas Raka seenaknya.

"ih, gama-"

"aduh, nak. Kalian ini ditunggu guru kan dikelas? Kok malah berantem" relai bu penjaga perpustakaan yang sudah pusing mendengar pertengkaran dua anak murid didepannya.

"eh, maaf bu. Atas nama Denia Amanda Rusli aja bu"

Denia melototi Raka sebal, tetapi tidak lagi membantah 'pasrah aja deh'

"nih, bawa dua" Raka memberi Denia dua buku paket dan membawa sisanya "makasih ya, bu"

"iya"

"makasih, bu" Denia buru-buru mengikuti sang panutan kelas yang telah jalan lebih dulu "Raka tunggu!"

"lo ini, bawa dua buku aja lama" decak Raka.

"nah itu, itu. Kenapa gua cuma bawa dua buku" protes Denia, dia udah mau ikut keperpustakaan untuk membantu. Eh, cuma bawa dua buku.

"protes mulu, tinggal bawa aja" jawab Raka santai.

"tapi kan.."

"sst.. bawel!"

***

"Raka!"

Seorang cowok yang tadi pagi memanggil Denia hanya untuk meminta memanggilkan Raka, masuk kedalam kelas 12 ipa 5.

"sok sibuk juga lo ini" sebal cowok itu.

Denia melirik sekilas cowok itu yang sudah mengobrol dengan Raka dibelakangnya "kuy Ca, ngantin"

"ya kali gak kuy" Denia dan Caca mulai beranjak dari kursi.

"De" Panggilan Raka membuat kedua cewek itu yang sudah diambang pintu berbalik.

"apaan?" tanya Denia dari ambang pintu.

"sini!" perintah Raka membuat Denia memutar mata malas 'apa lagi ini ya Allah'

"hmm?" tanya Denia yang sudah berdiri didepan meja Raka, sekilas Denia melirik ketuakelas sebelah yang berdiri disampingnya. Lumayan ganteng.

"nasi uduk" Raka mengulurkan uang duapuluh ribuan.

"ih, kenapa tadi gak nitip Cakra aja sih Ka" protes Denia yang enggan dititipi "gua mau makan dikantin"

"enggak! Lo makan dikelas. Nih" Raka ngotot mengulurkan uangnya "gua tunggu. Awas aja kalo sampe lo makan disana"

"Raka" rengek Denia yang masih enggan.

"udah sana" Raka mengibas-ngibaskan tangannya mengusir Denia dan kembali mengobrol dengan ketua kelas sebelah.

Berdecak sebal dan mengumpat, Denia berjalan menghampiri Caca yang sudah menunggu diambang pintu.







Sekretaris RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang