"Dede!"
Denia mengumpat begitu mendapati Tomy memanggilnya. Cowok itu duduk bersama rombongannya dimeja paling belakang, melambai-lambaikan tangannya dengan cengiran yang lebar.
Mengabaikan panggilan Tomy, cepat-cepat Denia menarik tangan Caca berjalan ke kios mang Tarman.
"De, gua gak mau makan uduk lohh" protes Caca.
"Yaudah sana gih jajan sendiri, tapi dibungkus loh ya, Be. Kita makan dikelas"
"Iya iyya.."
"Sana, Cabe. Jangan lama-lama ihh, keburu masuk" Denia yang sudah mengantre di kios mang Tarman mengibas-ngibaskan tangannya, mengusir Caca.
Gemas, Caca menjitak kepala Denia sebelum berlalu.
"Aw! Dasar Cabe-cabean!" jerit Denia tertahan.
Denia menoleh kebelakang ketika merasakan usapan lembut pada kepalanya. Dan refleks menjauh ketika mendapati Tomy berada tepat dibelakangnya.
"Kan aku udah sering bilang, jangan suka buat Caca gemes. Kamu kok gak pernah dengerin aku sih" decak Tomy.
Denia menggedikkan bahunya acuh " kamu ngapain kesini?"
"Mau makan sama kamu, udah lama. Kangen" Tomy tersenyum sendu.
"Aku makan di kelas"
"Aku ikut" jawab Tomy santai.
"Apaan sih Tom, mending kamu makan sama temen temen kamu sana" protes Denia yang merasa terganggu.
"Mang uduknya dua yaa, dibungkus" Tomy mengabaikan Denia dan memesan kepada mang Tarman.
Denia berdecak "tiga mang"
***
Raka mengangkat alis dengan tatapan tajamnya, ketika melihat Denia masuk kekelas diikuti oleh seorang lelaki disampinnya dan Caca dibelakang mereka.
"Ini uduknya" Denia mengulurkan kantong yang berisi uduk, matanya berpendar menacari seseorang.
Raka yang seakan tahu menjelaskan "udah pergi"
"Apa?" bingung Denia merasa tidak mengerti.
"Duduk" Raka menggedikkan dagunya ke kursi didepannya, seakan tidak ingin tahu tentang seorang lelaki yang ada disamping Denia "hadap gua"
Denia yang sudah lapar menurut, turut mengabaikan lelaki disampingnya. Caca pun sudah duduk dikursinya, ikut menghadap Raka.
Tomy berdecak kesal merasa terabaikan, dengan cuek dia duduk disamping Raka. Dimeja Cakra.
Raka mengernyit "siapa lo?"
Siapa pun yang berada didalam kelas pasti akan merasakan aura yang menyeramkan, termasuk Caca. Dia merasa seram tetapi saat dia melihat Denia yang dengan santainya memakan uduk, dia pun memilih mengangkat bahu acuh dan ikut memakan makanannya.
Tomy menatap Raka meneliti, dia tidak pernah melihat Raka sebelumnya "lo anak baru?"
Raka memilih tidak menjawab, seperti Tomy yang juga tidak menjawab pertanyaannya.
"Iyya, namanya Raka" Caca memperkenalkan mereka setelah keadaan hening mencekam beberapa saat "dia ketua kelas"
Air muka Tomy berubah menjadi masam ketika mendengar Caca, dia menatap tajam Raka seperti cowok itu yang juga menatap tajam dirinya.
"Senin gua pindah kekelas ini, jadi sebelum hari itu adalah sisa hari lo jadi ketua kelas" ucap Tomy percaya diri.
Raka menaikkan alisnya dan tersenyum mengejek "seakan itu terjadi"
Tomy menggeram "gak usah nantang gua"
"Lo takut?" Raka menyeringai "udah terlambat"
Tomy sudah akan membalas ucapan Raka ketika gebrakan kasar pada meja terdengar. Denia pelakunya, dia merasa terganggu. Makanannya terasa tidak enak jika aura disekitarnya saja masih menyeramkan seperti ini.
"Lorang kenapa sih?" Denia menatap marah Raka dan Tomy bergantian, namun seketika menjadi ciut saat kedua cowok itu balik menatap tajam dirinya "okay, okay.. sok atuh lanjutkan"
Denia membereskan bungkus uduk didepannya yang masih sisa setengah, dia melirik sekilas bungkus uduk yang belum juga tersentuh oleh dua cowok didepannya.
Denia mengangkat tangan kanannya, melihat jam tangan "lima menit lagi, biarin aja. Biar pada nyesel berdebat gak guna" cibirnya pelan. Denia berdiri hendak membuang sampah.
"Duduk!"
Denia mengernyit ketika dua cowok didepannya kompak memerintah "pada kenapa sih, yaelah" Denia memutar matanya kesal.
"Duduk!" masih kompak, dua cowok itu menatap satu sama lain dengan tajam. Denia menggerang kesal, terpaksa duduk.
"Gak usah terlalu berharap, lo cuma sampe senin dikelas ini" Tomy melanjutkan apa yang ingin disampaikannya tadi dengan tersenyum miring.
Raka tertawa sinis "kalo gitu besok aja lo pindah, bisa?"
Tomy menggertak giginya marah. Baru saja dia hendak berkata terhenti dengan suara bel masuk.
"gua ingetin sekali lagi, waktu lo cuma sampe senin" Tomy beranjak dari duduknya, meninggalkan kelas Denia.
Raka berdecak kesal dan menatap tajam Denia.
"Apa?" tanya Denia polos.
Raka menghela napas dan ikut beranjak pergi entah kemana.
Denia yang sedari tadi sudah bosan melihat dua cowok itu yang entah memperdebatkan apa, kini dia menatap uduk yang ditinggalkan pemiliknya begitu saja dengan sedih "kesian.. Uduknya"
Caca yang mendengar Denia, memutar mata "bege"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekretaris Raka
Teen FictionDia Raka Aldanis Pahlevi. Anak baru yang menjadi ketua kelas dikelas Denia. Cowok dengan tinggi 170 cm, bermata tajam, suara tegas dengan kata kata pedas, dan pandai menebarkan aura yang membuat orang disekitarnya terintimidasi. Memang dasar nasib s...