Jangan mudah berikrar. Ingat ikrar itu janji, bukan sekadar aksara mati. Atau mungkin hanya sebuah lisan yang tak berarti. Bukan.
(Mungkin) sekarang kau merasa mampu memenuhi, tapi nanti? Tidak tau kalau nanti, mungkin pula ikrar bukan jadi sebuah janji lagi. Sudah siapkah kau memenuhi janjimu? bukan hanya untuk saat itu, bukan. Tapi selamanya, sampai akhir hayatmu, sampai kau telah mampu penuhi ikrarmu itu.
Tidakkah kau malu? Jika ikrar yang kau ucap oleh lidahmu sendiri, ikrar yang kau tulis oleh jemari tanganmu sendiri, justru kau rusak dengan hati dan laku mu sendiri?
Tidakkah kau takut? Atau mungkin kau tak merasa malu sama sekali, bahkan mengibaratkannya seperti angin lalu? Terasa namun tak terlihat, sayangnya kau hanya melihat tanpa merasakannya, melihat dengan mata hati yang buta. Tak ayal, hatimu mungkin telah mati rasa. Masih saja mengelak? Oh iya, sesal lah aku, sia sia lah apa yang kutulis, sementara dirimu yang berbuat semakin apatis. Ah, sudahlah.
