Nostalgia

79 5 0
                                    

Kini.. titik demi titik air telah bertempias dari atap yang tadinya biru menjadi lebih gelap. Percikan demi percikannya mampu membawaku pada lamunan kecil dan mencobaku untuk membaca kembali lembaran demi lembaran memori yang telah usang.

Detik, menit dan waktu pun berlalu, tetesan air itu pun semakin membawaku lebih jauh. Begitu pun dengan pipiku yang semakin basah karena air yang keluar dari sepasang bola hitam putih, karunia indah dari sang Maha melihat. Aku membaca setiap lembarannya dengan perlahan dan penuh perasaan, saat aku masih suka menangisi hal kecil, tangisan karena aku jatuh, memanja pada dua malaikat hidupku, pada orang orang yang aku sayangi, saat aku diajari ibu caranya berjalan, saat aku diberitahu ayah untuk jadi anak yang kuat jika saat berjalan aku jatuh. Begitu banyak hal, ratusan bahkan ribuan peristiwa yang sudah tercatat dalam memoriku meski tak semuanya aku ingat.

Hingga saat ini, tak terasa waktu berlari semakin menjauh, 16 tahun sudah aku ada melihat dunia ini, dunia yang penuh dengan kejutan ini. Tak sama. Tuhan memang telah menciptakan kita tak sama, berbeda satu dengan yang lainnya, kelebihan, bukan untuk saling mengangkuhkan dan kekurangan bukan untuk saling merendahkan tapi saling melengkapi mengisi kekosongan, saling memperbaiki kesalahan.

Ini dunia, yang katanya perih, yang katanya jahat, yang katanya kejam. Iya? Tapi Seperih apa pun dunia akan terobati dengan rasa bahagia bersama orang tersayang, kuncinya adalah selalu bersyukur karena kebahagiaan kita sendiri yang ciptakan. Sejahat dan sekejam apa pun dunia ini, akan sirna jika hati selalu yakin kita bisa melewati, tetap tabah tetap berusaha doa yang paling utama.

Melakukan memang tak semudah mengatakan. Jangan hanya mulut yang mengeluarkan suara, jangan hanya bilang iya akan mengerjakan, kemudian melupakan seakan semuanya akan baik baik saja. Jangan.

Diary Me 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang