ORIGINAL 4

1.1K 134 3
                                    


Ananta Prasta

Bukannya ngefans apalagi plagiat
Aku cuma ingin lebih atau setidaknya setara dengan dia

Sneakers warna hitam, celana panjang hitam, baju batik kebesaran dengan lengan digulung, rambut pendek sedikit basah dengan sedikit pomade membuatnya tampak naik dan segar. Perfect.

Noca membalut tubuhnya dengan jaket kulit warna hitam. Kemudian menyampirkan backpack warna senada. Double perfect.

Sekarang tinggal sarapan lalu berangkat sekolah.

"Kak, gue nebeng, ya."

Kunyahan Noca nikmat terhadap roti selai cokelatnya terhenti begitu mendengar permintaan adik satu-satunya. Selesai susah payah menelan roti selainya, Noca menjawab,

"Emang Mama kemana?"

"Mobil Mama rusak lagi." jawab cowok berambut cepak itu dengan unjuk gigi.

"Nggak." Noca menggigit roti selainya dengan sadis.

"Kak...." rengek cowok dengan tampilan sama persis seperti Noca, hanya saja cowok itu sedikit lebih tinggi serta berisi daripada Noca.

"Lagian kenapa lo nggak minta motor aja sih? Teman-teman lo kan banyak yang melanggar peraturan dengan bawa motor ke sekolah.  Anak kesayangan pasti dapat apa yang dimauin. Motor sport baru mah, kecil! Sepuluh bisa dibeliin langsung, cash pula!"

"Masa ketua OSIS melanggar peraturan. Terlalu seru dong, ketua OSIS masuk BK kena sidak bawa motor yang dititip di rumah warga."

"Yaudah, nebeng BOKAP LO aja. Bolak-balik bulan, bumi, merkurius pasti diantar. Lo kan ANAKNYA. Pasti Diturutin." balas Noca sadis.

Ananta terdiam.

"Gue cuma mau berangkat sama lo aja. Masa nggak boleh." lirihnya kemudian.

"NGGAK." jawab Noca cepat.

"Anan maunya berangkat sama kamu. Ajak dia."

"Noca bilang enggak ya enggak."

"NOCA." pekik Papa.

Noca membisu. Tak acuh pada peringatan Papa. Tetap santai mengunyah roti selainya.

"Motor kamu, uang jajan kamu, ponsel kamu, biaya sekolah kamu, semuanya dari Papa. Kamu mau papa usir cuma karena nggak mau berangkat barenga Anan?"

"Usir aja." balas Noca singkat. Dia tetap santai menikmati sarapannya. Padahal Papanya sudah seperti kepiting rebus yang siap mencabik Noca saking kesalnya dengan perilaku gadis itu.

"Noca Sayang, ajak adik kamu ya. Kasian lho dia, katanya sekarang mau sidak anggota OSIS. Masa dia harus telat disaat mau sidak OSIS yang telat?" rayu Mama sebelum Noca diamuk Papa.

"Tapi, Ma...." ujar Noca dengan seluruh keberatannya.

"Sayang...."

"Oke. Tapi kali ini saja. Lain kali jangan harap."

"Siap." jawab Ananta dengan sikap hormat.

😠😤😥

Aliran darah rasanya terhenti. Bersamaan dengan napas serta jantung yang ikut-ikutan berhenti. Gelenyar panas terserap dari udara dan merambat naik hingga menjadi beban di tengkuk dan bahu.

Bagaimana ini? Jalan yang biasa Noca lalui ditutup!

"Kak, kenapa bengong? Belok Kak, lewat jalan yang lagi satu. Tau kan, Kak?"

ORIGINALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang