ORIGINAL 12

52 5 0
                                    

Craaaaasshhh.

Craaaaasshhh.

Angin tampaknya sangat senang memainkan air hujan sampai menciptakan suara khasnya yang entah kenapa terdengar indah tetapi tenagamu terasa habis disedotnya. Berakhir menjadi kehilangan semangat.

Hari yang tak cerah, cenderung memengaruhi suasana hati.

Noca memandang kosong bangku di sebelahnya. Rupanya Indra tidak masuk sekolah. Noca jadi berpikir kalau Indra menghindarinya tetapi tunggu, kalau pun menghindar, harusnya itu Noca bukan? Kenapa harus Indra?

Indra yang sebelumnya tidak tau malu mencium Noca lalu Indra yang tidak ada canggung-canggungnya datang ke rumah Noca dan mengungkapkan perasaan dan hal-hal tidak jelas lainnya supaya Noca berperilaku seperti yang Noca inginkan.

Hah. Tidak bisa dipercaya. Indra berbicara seakan mengerti Noca saja. Indra secara random tiba-tiba berperilaku 'menyimpang' seperti Indra biasanya. Seolah sesuatu telah membentur kepala cowok itu.

Membentur... berperilaku menyimpang.... tiba-tiba berperilaku random....

Deg. Deg. Deg.

Entah mengapa Noca merasakan perasaan gelisah aneh. Dia merasa tidak nyaman, takut, dan menggigil disaat bersamaan.

Apa Indra baik-baik saja sekarang? Tidak terjadi sesuatu padanya kan? Apa Noca coba telepon saja?

Brak.

Daun pintu dibuka secara kasar membuat Noca dan seisi kelas memandang pusat suara.

Di ambang pintu ada si murid baru basah kuyup dengan ekspresi aneh. Rupanya dia terlambat ke sekolah. Atau mungkin semua orang terlambat ke sekolah karena hujan?

Yah Noca beruntung hari ini tidak tersasar.

Tetapi Noca merasa tidak nyaman melihat si murid baru, Naren yang tampak kacau. Pakaiannya memang kacau karena basah tetapi ekspresi anehnya itu terlihat benar-benar kacau. Dia tampak nelangsa dan seperti terguncang oleh sesuatu. Dia terlihat seperti seseorang yang baru saja mengalami peristiwa besar yang menakutkan.

"Lo kenapa, Ren?"

Guta, teman Hera dan Zoya mendekati Naren. Cowok itu mencoba membantu Naren kembali ke dunia nyata.

"Naren,"

"Hah?"

Si Murid Baru akhirnya mulai menapaki bumi. Dia memandang Guta walau masih agak kacau.

"Lo kenapa basah-basahan begini dah? Nggak neduh dulu emang?"

Tetapi si murid baru tidak menjawab. Dia memegangi kepalanya seolah merasakan pening kepala sambil berdiri dibantu Guta.

Cowok itu berjalan ke bangkunya. Dia berjalan sempoyongan diiringi tatapan seisi kelas yang penasaran dengan sikap aneh si murid baru.

"Indra kecelakaan."

Jeder.

Bagai mendengar guntur, hati Noca terasa mencelus.

"Eehh? Dimana?"

"Kapan?"

"Terus Indra gimana?"

"Dia nggak apa-apa kan?"

Badai pertanyaan dari teman-teman sekelas membanjiri Naren. Cowok itu tidak menjawab tetapi dia memandang tepat ke mata Noca lalu membuang muka beberapa saat setelahnya.

Firasat Noca merasakan hal buruk akan dikatakan Naren.

"Indra... meninggal di tempat."

Kaki Noca tiba-tiba terasa tak bertenaga. Lemas dan terasa mengambang.

Itu tidak mungkin bukan? Itu bukan Indra yang Noca kenal bukan? Indra yang baru kemarin yang datang ke rumah Noca itu bukan?

"Lo bohong. Itu nggak mungkin Indra."

Noca sekuat tenaga mencoba berdiri. Kepalanya tertunduk. Dia ingin menghampiri Naren dan memberikan bogem ke mulut cowok yang asal bicara itu.

"Anak-anak, harap duduk dan dengarkan Bapak sebentar."

Suara wali kelas menghentikan Noca untuk menghampiri Naren. Guru itu datang padahal bukan jamnya untuk mengajar. Wali kelas datang ke kelas dengan wajah murung.

Seisi kelas diam untuk menyimak dengan cermat apa yang coba disampaikan wali kelas.

"Bapak tahu ini mengejutkan dan berat bagi kalian, tetapi Bapak harus sampaikan bahwa pagi ini teman kalian Indra Baskara telah berpulang kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa."

Tidak ada yang bertanya mengapa dan bagaimana Indra berpulang. Semua tetap berusaha menyimak.

"Bapak baru saja dihubungi orangtua Indra bahwa Indra mengalami kecelakaan dalam perjalanan ke sekolah dan meninggal di tempat. Karena itu, Bapak mengajak anak-anak sekalian untuk menundukkan kepala sejenak dan Mendokan teman terkasih kalian, Indra, agar diterima disisinya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan."

Semua murid terdiam tetapi mereka mengambil sikap untuk berdoa. Kecuali Noca. Dia tidak bisa menerima begitu saja informasi itu. Dia sangat terguncang.

"Menurut kepercayaan masing-masing berdoa dimulai."

Noca melihat semua teman-temannya menundukkan kepala dan berdoa tetapi Noca bangkit dan berlari ke luar kelas. Noca harus memastikannya sendiri. Dia tidak bisa memastikan bila bukan dengan matanya sendiri. Ini terkait Indra, bukan orang lain.

Dia memang selalu acuh tak acuh pada Indra. Indra memang sering menggodanya untuk tampil seperti perempuan umumnya. Walau begitu Noca tidak begitu tersinggung walau biasanya akan tersinggung. Noca tau, Indra itu tulus dan tidak bermaksud mengejek atau menggunjingkan seperti orang lain.

Mungkin selama ini hanya Indra yang mengerti perasaan dan keinginan Noca yang bahkan Noca sendiri tidak ketahui. Cuma Indra satu-satunya orang yang sangat dekat dengannya sejak SMP.

Noca tidak peduli kelas tiba-tiba riuh. Guru memanggil ataupun Naren yang tiba-tiba saja mengejarnya. Entah itu rumah sementara keluarga Indra ataupun rumah sakit, Noca harus bertemu Indra.

Jika bukan rumah sakit dan memang benar Indra telah berpulang, Noca tidak akan bisa menemukannya lagi di rumah sementara. Indra pasti akan dibawa ke rumah asalnya yang tidak akan mungkin Noca bisa jangkau.

"Nona tunggu."

"Nona!"

Noca terus berlari menuju gerbang sekolah. Dia tidak peduli panggilan Naren yang terdengar aneh ditelinga Noca sekalipun itu memang nama asli Noca.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ORIGINALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang