ORIGINAL 5

1K 138 25
                                    


Noca Bisa Sendiri

Pergi!
Jangan ganggu!
Biar aku lakukan yang aku mau

😠😤😥

“Ketua kelas, tolong bawa laporan praktikum dari teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ketua kelas, tolong bawa laporan praktikum dari teman-temannya. Bawa juga patung manusia ini kembali ke lab. Biologi.”

“Iya, Bu.” jawab Noca.

Siswa-siswi kelas X 2 buru-buru menuju pintu kelas setelah guru meninggalkan kelas.

“Lo mau ke kantor dulu apa ke lab. Biologi dulu?” tanya Indra sambil mengenakan jaket dan menyampirkan tas ke punggung.

“Maunya gue sih sekalian. Kan searah.” jawab Noca.

“Emang bisa? Patung itu berat lho kayaknya.”

“Lo kira siapa yang bawa patung itu ke kelas? Gue!”

“Ya, ya. Terserah lo.” ujar Indra, sambil membuka jalan untuk Noca keluar dari meja.

“Lo nggak pulang, Ndra. Duluan aja, gue bisa sendiri.”

“Nggak ah, enggak ada gue ajak ke parkiran. Lo bawa motor kan?”

Noca mengecek kelengkapan laporan dari kelas X 2 dan menggenggamnya di tangan kiri.

“Bawa. Cuma kuncinya dibawa Anan.”

“Dibawa Anan? Bukannya dia ada rapat ya sekarang?” tanya Indra.

"Adik gue yang juga OSIS di SMP bilang kalau dia ada rapat OSIS habis pelajaran sekolah."

Noca memeluk patung manusia yang ukurannya setengah dirinya dan mulai melangkah keluar kelas.

“Nggak ngurus. Biar aja dia pulang sendiri.”

“Terus lo pulang duluan, gitu? Mau gue antar?”

Noca memandang horor kawannya yang masih setia membuntutinya.

Diantar kata Indra? Hoho. Itu tidak ada di kamus hidup Noca.

“Ya kali gue nebeng saat bawa motor.”

"Ya kali lo naik ojek online saat bawa motor." balas Indra.

Noca memandang Indra tak suka. Tapi cowok itu malah tersenyum geli. Dia memasukkan tangan ke saku. Tidak bertanya lebih lanjut.

“Keras kepala banget.” ujarnya.

Noca tak acuh.

Hening. Hanya sesekali terdengar desisan Noca yang sulit membawa patung serta tugas X 2.

“Kalau lo liat cewek yang kesulitan, seharusnya lo bantu. Bukannya malah masukin tangan ke saku!”

Noca dan Indra sama-sama menoleh pada sumber suara yang seenak jidat mengambil alih patung anatomi tubuh manusia dari dekapan Noca. Spontan saja Naren mendapat tatapan membunuh dari Noca dan Indra.

“Murid Baru, balikin nggak!” pinta Noca.

“Nggak, biar gue bantu bawa ke Lab. Biologi. Lagian ini pekerjaan cowok, bukan cewek.” jawab Naren, melangkah cepat mendahului Noca tapi kalah cepat dari Indra.

“Lo nggak ngerti, Ren.” Indra merebut patung anatomi tubuh manusia itu dari Naren. “Nih, Ca.”

“Gue nggak perlu bantuan kalian. Gue bisa sendiri.” Dengan tanpa menoleh apalagi tersenyum manis.

“Nona, tunggu!” pekik Naren namun tak digubris Noca.

“Sayang!” Masih sama, tanpa respons.

“Sa….”

“Kita perlu ngomong.” ujar Indra. Menarik Naren begitu saja.

😠😤😥

“Jadi secara enggak langsung lo nyuruh gue buat jauhin Noca, gitu?”

Indra bergeming mendengar Naren.

“Kenapa? Cinta lo sama dia?!”

“Bukannya gitu, cuman sama seperti apa yang gue bilang tadi. Noca itu spesial, jadi jangan halangin apa yang dia mau.”

Seulas senyum meremehkan terbit dari Naren. “Nah kalau lo jawab gitu, sama aja artinya."

"Nggak," bantah Indra.

"Mungkin lo nggak bilang secara langsung. Tapi liat cara lo natap dan bicara sama dia udah jelas banget. Tapi sayang, perlakuan lo sama orang yang lo suka enggak banget! Cowok kayak lo enggak cocok buat dia!” ujar Naren, bahkan dia meninju pelan bahu kiri Indra, padahal cowok itu jauh lebih tinggi dari Naren.

Indra terdiam sejenak.

“Itu karena lo enggak kenal Noca. Noca itu enggak suka dibantu! Dan gue selalu berusaha buat mendukung apa keputusannya dan berusaha membantu! Walau itu…. dari balik layar. Dan gue juga melihat kalau lo bukan tipe orang yang begitu. Jadi gue peringatin buat lo, jangan bantu Noca. Jauhi dia! Atau… kalau lo memang ingin membantu, jangan bantu dia secara terang-terangan.” ujar Indra.

Naren yang sebelumnya sudah melangkah, kembali membalikkan punggung dan menampilkan kembali senyum meremehkannya. “Ndra, cara lo bersaing… lucu!”

ORIGINALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang