Awalnya Ari bukanlah seorang pecinta kopi hitam, namun karna kebiasaan barunya ini lambat laun ia menjadi terbiasa. Seperti kata pepatah, cinta tumbuh karna terbiasa.
❤
Pukul 09:45, Ari memarkirkan mobilnya di depan sebuah Indomart. Ia sengaja mengenakan jaket untuk menutupi seragam sekolahnya. Syukurlah Angkasa adalah sekolah swasta yang memiliki seragam sendiri, jadi tidak kentara jika Ari adalah seorang anak SMA.
Meski Ari memarkir mobilnya didepan Indomart, cowok itu hanya masuk untuk membeli dua kopi hitam tanpa ada niat duduk dikursi yang telah disediakan barang sebentar pun. Begitu keluar dari sana Ari langsung melangkahkan kakinya menuju toko buku bekas yang terletak disamping Indomart. Tidak peduli sekalipun toko itu sedang tutup, Ari selalu mengetuk pintu dan kemudian menunggu.
Kadang sampai kopinya dingin, pintu itu baru terbuka karna sang pemilik yang memang hendak keluar. Ari sebenarnya tau pemilik toko tersebut memiliki gangguan pendengaran, bahkan Ari pernah menawarkan alat bantu dengar namun beliau menolak. Meski tau sekalipun, Ari tidak pernah mengetuk pintu sampai lebih dari tiga kali.
Tapi mungkin hari ini adalah hari keberuntungannya, Ari tidak harus menunggu sampai kopi hitamnya dingin. Pintu itu terbuka, menampilkan seorang pria tua dengan setelan casual tahun 70an disertai topi yang khas dikepalanya. Senyum diwajah keriputnya menyambut Ari seperti biasa.
“Nak Ari, ayo masuk Nak,” Ari mengangguk lalu ikut melangkah dibelakang Kakek Zul, begitu Ari biasa menyapanya. “kan Kakek sudah bilang, pintunya gak pernah Kakek kunci kok, jadi langsung masuk aja Nak Ari.”
“Gak sopan, Kek.”
Kakek Zul terkekeh pelan sambil mempersilahkan Ari untuk duduk. Anak itu selalu rutin berkunjung sejak kepergian cucunya tiga tahun lalu. Meski tak mengerti kenapa, Kakek Zul tetap menerima kedatangan Ari dengan tangan terbuka.
“Ini kopinya, Kek.” Ari menyodorkan satu kopi hitam yang dibelinya tadi pada Kakek Zul. Ia memang tidak pernah datang dengan tangan kosong. Semua ini sudah berlangsung selama 3 tahun.
“Jadi terbalik gini ya, Nak Ari selalu bawain Kakek kopi hitam padahal harusnya Kakek yang buatin minum buat Nak Ari.” gurau Kakek Zul.
“Gak papa Kek, biar beda,” balas Ari diakhiri kekehannya. Ia meneliti setelan yang dikenakan Kakek Zul. “Kakek rapih banget, mau pergi?”
“Iya, mau ngeliat cucu Kakek, sudah lama Kakek nggak kesana, makanya toko ini Kakek tutup,” jelas Kakek Zul sebelum menyesap kopi hitamnya. “setiap Kakek minum kopi hitam berdua sama Nak Ari gini ...,”
“Serasa Naura ikut hadir juga disini.” Ari menelan bulat-bulat pil kepahitannya meneruskan ucapan Kakek Zul yang rampung. Semua itu jelas menohok Ari, hanya saja Kakek Zul tidak pernah tau jika hati Ari terenyuh tiap kali mereka membicarakan masa lalu bersama Naura si pecinta kopi hitam.
“Pagi ini saya baru aja menemui cucu Kakek, tapi saya masih belum bisa bicara langsung didepan makamnya, Kek.” mungkin bagi anak-anak di sekolah ini adalah rekor kalimat terpanjang sepanjang Ari berbicara, tapi bagi Kakek Zul seolah sudah biasa Ari berceloteh mengenai cucunya, kelihatan seperti hobi bagi Ari.
Kakek Zul menepuk-nepuk bahu Ari, memberi motivasi. “Kakek memang nggak tau apa yang pernah terjadi diantara kalian berdua, tapi Kakek sangat tau bagaimana sifat cucu Kakek, Nak. Apapun masalahnya, Naura pasti sudah memaafkan Nak Ari. Cucu Kakek itu bukan pendendam, Nak Ari juga pasti mengenal baik siapa Naura kan?”
![](https://img.wattpad.com/cover/97512502-288-k955061.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ari's Secret
Fiksi RemajaMereka tak sehati, mereka tak selaras, mereka seperti air dengan minyak, mereka tak bersatu, Meraka ... Ari dan Naumi. Namun semua itu hanya awalnya. Karna saat Naumi melihat sisi lain dari cowok beku nan dingin itu pikirannya berubah, hatinya terpa...