4th: Tipikal siswa

17 2 0
                                    

Ari itu bukan tipikal siswa yang sering telat datang ke sekolah, cuma siswa yang suka telat masuk kelas.

“Sumpah ya Bang, Lo minta gue cekik.” Geram Naumi karna Dyno memulai aksinya lagi.

Dia bilang Ari Shirtless sampai-sampai bikin Naumi hampir menggemparkan orang rumah yang jelas-jelas bukan keluarganya. Kan bikin malu, dan semua itu karna ulah iseng Dyno.

Dan Ari masih memakai setelan rumahannya lengkap, tidak seperti yang Dyno bilang.

“Sst, ini dirumah orang, gak boleh macem-macem.” kata Dyno masih tersenyum-senyum.

Naumi mencibir. “gak ngaca Lo, Bang.”

“Eh ya, Ri. Bokap Lo ada?” tanya Dyno menghiraukan ucapan adiknya.

“Ada.” Ari masih berdiri dengan kedua tangan bersindekap ciri khasnya.

“Sini duduk, Ri. Gak pegel Lo berdiri aja disitu? Perasaan juga kan Lo yang punya rumah.” ujar Dyno bercanda lagi.

“Bang ayo ah, jangan lama-lama.”

“Gak apa-apa, Naumi lama-lama disini juga, anggap aja rumah sendiri.” timpal seseorang. Rupanya Ardi. Naumi jadi tersipu karna merasa ucapannya takut menyinggung Om Ardi.

Jadi ia cengengesan. “ehehe, i—iya, Om.”

Ardi mengulum senyum. “kalian masih belum akur ya?”

Tampang Ari biasa, berbeda dengan Naumi yang langsung panas dingin ditanya begitu.

“Eh, ng—itu, lagi proses, Om. Tenang aja.” jawabnya berusaha santai.

Mbok Yem datang dari dapur membawa dua gelas sirup untuk Naumi dan Dyno. “ini Non, Aden minumannya, silahkan diminum.”

“Makasih Mbok,” ucap Dyno sedang Naumi hanya mengangguk. Dan selanjutnya Mbok Yem kembali ke dapur.

“Kalian itu ya, ada-ada aja,” kekeh Ardi mengambil tempat duduk, diikuti Ari. “tapi gak papa, Om doain biar cepet-cepet akurnya. Ya nggak, Mi?”

“Eh?” Naumi dan Ari bingung karna nama panggilan mereka sama.

Ardi terkekeh lagi, kali ini Dyno ikut terkekeh juga. “oh iya ya, nama panggilan kalian kan sama. Ah, serasih banget ya. Gimana menurut kamu, Dy?”

“Banget, banget, banget, Om. Jadi gatel pengen ngecengin mereka terus.” kekeh Dyno.

“Kamu bisa aja.”

Sedangkan Ari dan Naumi sama-sama diam dengan pikirannya masing-masing.

“Nah, ini berkas Papa kamu. Niatnya tadi Om baru mau nyuruh Ari ke rumah kalian buat ngasih ini, eh taunya udah ditamuin duluan.” kata Ardi sedikit bergurau.

“Iya nih Om, ini juga ada kue dari Mama. Suruh kasih sekalian ambil berkas.” Dyno menyodorkan paperbag berisi kue brownis spesial bikinan Mamanya.

Sejenak Ardi mencium aroma brownis yang menyeruak. “Hm, kue buatan calon besan pasti enak banget nih.”

“Pa,” tegur Ari merasa risih dengan ucapan Papanya.

“Gak papa, Ri. Siapa tau bisa jadi doa karna yang ngomong bokap Lo.” Dyno yang menyahut.

“Apaan sih Lo, Bang.” bisik Naumi geram tepat disamping Dyno. Dibalas kekehan kecil abangnya.

“Loh, ada Naumi sama Dyno? Papa kok gak bilangin Mama sih? Kalian udah lama? Udah makan? Makan sini dulu yuk, Tante masak gulai loh, kebetulan Bang Al sekeluarga bakal nginep.” cerocos Zua mendadak datang dari arah belakang.

Ari's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang