Part 8

8.3K 728 52
                                    

"Aku menyukaimu..."

Jonas menunggu tapi shiren tetap terdiam, lalu menarik tangan Shiren saat dirasa tak ada jawaban apapun keluar dari mulut Shiren, menyebabkan pegangan tangan Shiren pada koper yang dibawanya terlepas.

"Apa apaan ini . . . " Shiren yang masih syok dengan ucapan yang Jonas katakan semakin kaget saat tangannya digeret keluar dari kamar. Bahkan kaki Shiren  hampir terantuk sisi pintu jika saja Jonas tak berhenti sejenak untuk membantu menyeimbangkan tubuhnya.

"Ikuti aku . . ." Jonas berkata datar.

Jonas membawanya masuk ke dalam rumah dalam yang belum Shiren tau, teryata ia belum melihat sisi dalam rumah tersebut. Arsitektur bangunan ini memang terlihat klasik tapi tidak juga ketinggalan jaman. Jonas berbelok ke sisi kanan bangunan mengarah ke sebuah pintu, setelah mengetuk beberapa kali pintu tersebut terbuka menampilkan sosok wanita yang tadi telah mengaku sebagai kekasih sekaligus calon istri Jonas. Wanita di depannya ini juga wanita yang sama mengagalkan kegiatan panas antara ia dan Jonas waktu di istal.

Wanita menyebalkan, decih Shiren dalan hati.

"Cindy . . ."

"Matt . . . Ada apa?" Senyum yang tadi menyambut Jonas langsung hilang ketika melihat Shiren berada di balik tubuh Jonas.

Jonas belum menjawab tapi berjalan masuk ke dalam kamar tanpa melepaskan pegangan tangannya pada Shiren. Jonas menatap Cindy datar, lalu berkata.

"Jelaskan apa saja yang sudah kau katakan pada Shiren?"

"Apa maksudnya ini? Aku tidak mengerti. . ." Cindy menatap Jonas, lalu mendekat ke arah Jonas siap berkata manis.

Jonas menjauh kala dilihatnya Cindy berniat mendekat merayunya, pandangan Jonas tak lepas dari Cindy siap mengintimidasi.

"Cindy jelaskan hal yang sebenarnya pada Shiren! Aku tidak mau ada salah paham diantara kami . . ."

Cindy menatap tajam Shiren dengan pandangan matanya,

" apa yang dia aduhkan padamu? Itu tidak benar, aku tidak pernah berkata apapun padanya." Cindy melotot ke arah Shiren siap menantangnya berkata sebaliknya.

"Shiren tidak mengatakan apapun, aku tahu kau yang bersalah disini. Kau selalu berbuat onar setiap ada tamu yang datang kemari." Tukas Jonas kesal menatap Cindy yang tak mau mengatakan kejujuran.

"Matt . . . Kau lebih percaya pada wanita ini dari pada aku?" Cindy berang melihat Jonas lebih memihak pada Shiren tanpa sedikitpun membela dirinya.

"Cindy . . . Ku mohon hentikan semua ini. Sampai kapan kau akan bertindak diluar batas seperti ini. Aku selamanya akan tetap menganggapmu sebagai adikku, tidak akan pernah berubah." Jonas berkata tegas tapi sekaligus menatap Cindy dengan kasih sayang seorang kakak pada adiknya.

"Tapi aku mencintaimu Matt, tidak bisakah kau berusaha membalas cintaku sedikit saja." Cindy meneteskan air mata menatap nanar ke arah Jonas.

Jonas pun sebaliknya merasa begitu kasian dan penuh rasa bersalah, kebaikan hatinya disalahartikan oleh Cindy.

"Hubungan kita sampai kapanpun akan tetap seperti ini, aku tetap sepupumu. Bahkan lebih seperti adik dari pada sepupu. Aku harap kau mengerti. . ." Ujar Jonas. "Aku tidak ingin menyakitimu, Cindy."

Shiren yang hanya diam mendengarkan kini paham akan apa yang terjadi, Jonas yang tak sadar melepaskan pegangan tangannya pada Shiren memberi kesempatan Shiren untuk mengundurkan diri. Memberi kesempatan Jonas dan Cindy untuk menyelesaikan masalah perasaan diantara mereka. Shiren kembali ke kamar dan duduk di tepi ranjang.

Belum ada satu minggu Shiren berada disini tapi hatinya sudah terpaut erat dengan tempat ini, tidak rela harus pergi meninggalkan tempat indah dan nyaman baginya. Shiren mengusap wajahnya pelan, meski begitu Shiren tetap ingin tinggal. Berada di sisi Jonas asal Jonas bersedia.

"Hei . . . " Jonas memasuki kamar dengan senyum lega. " aku senang kau masih disini dan tidak pergi ketika aku lengah." Jonas menarik tangan Shiren agar berdiri berhadapan.

"Apa sudah selesai?" Tanya Shiren pelan.

"Maafkan Cindy, mungkin aku terlalu memanjakannya hingga ia bertindak jauh seperti ini. Sebenarnya ia gadis yang baik kalau saja tidak menyalahartikan kebaikanku selama ini dengan perasaan yang salah." Jonas berujar sambil membelai wajah  Shiren perlahan. "Jangan pergi . . . Tetaplah disini disampingku."

"Jonas . . ."

"Tidak . . . Kau sudah berjanji akan membantuku dengan bekerja disini, aku tidak menerima penolakan." Jonas menggelengkan kepala menegaskan.

"Ya, baiklah. Aku harap Cindy menerimaku disini dengan baik."

"Akan kupastikan seperti itu."

Mereka berdua saling berpandangan, saling meresapi perasaan, saling menyalurkan kerinduan akan satu sama lain seakan telah lama tak berjumpa dan bersentuhan. Seakan menyentuh satu sama lain adalah kebutuhan yang harus dipenuhi seperti udara yang setiap saat dibutuhkan.

Tangan besar Jonas membelai rambut panjang Shiren, menekannya hingga bibir Shiren dapat dengan mudah dibelai oleh lidahnya. Shiren menyentuh dada bidang Jonas dengan rasa mendamba. Rasanya Shiren telah begitu lama tidak menyentuh roti sobeknya. Ingin menjilat dan melahapnya hingga tak tersisa. Erangan keluar dari bibir Shiren, membuat Jonas semakin gemas ingin mengigitnya.

Tbc

Skip dulu ehem ehem nya ya guys, buat part selanjutnya, kalo jadi ntar mau diprivate. Da pada kangen gak si sama roti sobek?mau jilad dan memakannya? Terus ikutin kisah JoShir aja ya.
Jangan lupa juga follow IG PrienceszDinda ya. Ada trailer nya lho . . .

Mau buka open po untuk Mr.Right kira kira ada yang tertarik gak ya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Cowboy's Charm (Tersedia Versi Cetak) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang