6. Frist Flower

798 52 5
                                    

Yang ini udah aku revisi, selamat membaca.

***

Tak teras sudah seminggu semenjak kejadian Thea jatuh itu. Masih ada juga anak-anak yang membicarakanya, tapi tak sebanyak waktu itu. Thea tidak pernah memperdulikan itu. Kakinya pun sekarang juga sudah sembuh, ia tidak berjalan dengan pincang lagi.

Thea berjalan dengan Liora di sebelahnya saat berangkat sekolah pagi ini. Sedangkan Yasya, dia memang suka berangkat paling akhir.
"The, lo nanti latihan nggak?" Liora bertanya sambil memainkan handphonenya.

"Iya, bosen banget gue di rumah. Gara-gara kaki gue kesleo nggak jadi ikut lomba, kesel banget gue."

Tiba-tiba sesosok lelaki bertubuh gemuk berlari menuju arah Thea dan Liora.

"Thea lidi...! " seru orang tersebut. Dia adalah Tobi, anak kelas 11 yang sering mengikuti Galang kemana pun, saat di sekolah.

Thea pun berhenti melangkah saat namanya disebut, "apaan Tob?"

Tobi pun berhenti di depan Thea dengan nafas yang tidak teratur. Dia mencoba menormalkan nafasnya sejenak sebelum berbicara kepada Thea. "Lo jalannya cepet amat sih."

"Emangnya ada apa sih, itu juga lo bawa bunga sama coklat buat apa?" kali ini Liora yang bertanya dengan muka judesnya.

"Eh lidi, nih buat lo." Tobi berkata sambil menyodorkan barang yang dibawanya itu ke Thea.

Thea pun menerimanya dengan raut muka binggung. Apa Tobi suka padanya? Pikir Thea.

"Maaf ya, nama gue bukan lidi. Dan, ini buat apa?" Raut binggung masih terlihat jelas di wajah cantik Thea.

"Salah siapa badan lo krempeng gitu kaya lidi." kata Tobi, "kalo bunga sama coklat itu. Pokoknya itu bukan dari gue. Walaupun lo cantik, tapi gue nggak demen sama cewek lidi kaya lo. Gue udah punya Sisi peniti sinden." Tobi berkata dengan nada humornya, "sebenarnya gue males ngasih ini ke elo karena ada si judes Liora, tapi karena ada sogokanya jadi gue mau deh." setelah berkata seperti itu pun Tobi langsung berlari entah menuju kemana, mungkin ia takut di tendang oleh Liora yang terkenal galaknya.

"Apa lo bilang!?!??! " teriak Liora kemudian berniat mengejar Tobi, tapi Thea mencegahnya terlebih dahulu, "udahlah Li. Lo kayak nggak tahu Tobi aja." cegah Thea.

"Sebel banget gue sama tu makhluk satu." geram Liora.

"Biarin aja. Mending lo bantu gue mikir ini dari siapa." Thea berkata masih dengan memegang bunga dan coklat itu.

"Iya juga ya. Itu dari siapa coba?" Sepertinya emosi Liora sudah tergantikan dengan rasa penasaran. Merekapun melanjutkan perjalanan menuju kelas mereka.

"Jangan-jangan dari si Tino adek kelas itu. Dia kan ngejar-ngajar lo dari awal masuk sekolah ini." tebak Liora. Sedangkan Thea, wajahnya berubah jadi tidak enak saat mendengar nama Tino. Pasalnya, pemuda itu selalu bersifat heboh dan berlebihan saat bertemu dengan Thea, dimana itu membuat Thea malu sendiri.

"Jangan sebut-sebut nama itu deh." Thea berkata dengan wajah tidak enaknya, "kalo semisal iya dia yang ngasih. Nggak mungkin pake bantuan si Tobi, dia bisa aja langsung ngasih ke gue dengan kata kata puitisnya yang bikin gue malu abis."

"Lah terus siapa dong yang ngasih bunga sama coklatnya?" Liora berkata ketika mereka hendak berbelok di koridor kelas mereka.

"Kalo gue yang ngasih gimana?" suara laki-laki yang tidak asing disusul dengan munculnya sosok berparas tampan beralis tebal dari arah belokan yang hendak Thea dan Liora lewati.

Saking kagetnya Thea sampai menabrak dagu lelaki tersebut, dan bunga yang dibawanya pun jatuh, "aduh...." keluh Thea sambil memegangi dahinya kemudian mengambil bunganya yang jatuh.

"K-kak Galang." Thea terkejut saat mendapati Galanglah orang yang bertabrakan denganya. Sedangkan Liora, dia sudah berlari menuju kelas dengan wajah girangnya. Mungkin dia akan segera membuat gosip yang tidak-tidak. Thea sudah mencoba menahanya, tapi apa daya, telinga Liora seakan-akan sudah tertutup saja.

"Maaf kalo gue ngagetin lo Dek. Dan juga dahi lo." Galang pun akhirnya bekata.

"I-ya nggak papa kak." mana bisa The tidak gugup, "jadi kakak yang ngasih bunga sama coklat ini?"

"Iya, gimana?" Tanya Galang dengan kedua tangan dilipat dan menyandarkan badannya ke dinding belokkan koridor.

"Gimana apanya?" Tanya Thea.

"Coklat nya enak engga?"

"Ya mana aku tau, dimakan aja belum." Jawab Thea sambil terkekeh.

"Oh iya ya."

'goblok ya kamu kadang-kadang, tapi sayang'

Kata Thea dalam hati

"Hehehe ya udah ya kak, aku ke kelas dulu." Pamit Thea dan hendak lanjut berjalan sebelum tangan Galang menahannya.

"Tunggu-tunggu."

Duh, Thea deg-degan tangannya dipegang Galang begini.

"Kenapa kak?" Tanya Thea dengan nada senormal mungkin.

"Lo nggak nanya kenapa gue ngasih bunga sama coklat itu ke Lo?"

"Emm, iya juga ya. Kenapa kak Galang kasih coklat sama bunga ke Thea?" Tanya Thea.

"Lo lupa ini hari apa?"

"Hari ... Jumat?"

"Duh," Galang menepuk dahinya, "ga inget nih?"

"Inget, hari Jum'at kan kak? Kita kan pake seragam Pramuka."

"Bukan Thea, maksud gue. Ini hari Valentine." Galang gemas sendiri.

"Ohh, gitu. Jadi ini hadiah Valentine?"

"Iya. Kalo valentine kan kita kasih hadiah ke orang yang kita sayang. Jadi gue kasih ini ke elo, diterima ya?"

Gila, ini gila. Apakah Galang baru saja menyatakan perasaannya? Apakah ini berarti Galang menembaknya? Thea mau pingsan.

"I-iya diterima kok kak, ini udah di tangan Thea juga." Jawab thea gugup.

"Hehe yaudah ke kelas gih, udah masuk tu Bu Marni." Kata Galang sambil menunjuk melas Thea menggunakan dagunya.

"Eh udah masuk? Yaudah kak duluan ya." Pamit Thea.

"Iya,"

Huh, misi nomer satu dari Nayla, selesai.

***

Happy birthday kak ulle 🎊🎉

She's turning 22 today.

Jangan lupa follow ya roleplay Instagram nya Galang dan Thea, DM aja kalo mau follback :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa follow ya roleplay Instagram nya Galang dan Thea, DM aja kalo mau follback :)

Backstreet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang