"Katakanlah, "Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur."
~Q.S Al-Mulk /67:23~
***
Dua tahun yang lalu..
Gadis itu menyembunyikan wajahnya di balik kedua telapak tangannya. Menutupi wajah yang terlihat sendu dan menghalau air yang keluar dari matanya. Hati yang beku itu harus kembali merasa kecewa. Kekecewaan itu sungguh membuat dirinya kian hancur. Ternyata apa yang dikatakan ibu pantinya benar. Jika kita menararuh harapan pada makhluk, besar kemungkinan suatu saat nanti kita akan merasakan yang namanya kecewa.
Dan hal itulah yang saat ini tengah gadis itu rasakan. Setelah berjuang untuk membangun karirnya, ia harus dijatuhkan oleh orang yang ia anggap sebagai seorang sahabat. Entah apa salahnya pada gadis yang ia sebut sahabat itu, sehingga tega melakukan hal seperti ini pada dirinya. Mencemarkan reputasinya sebagai orang kepercayaan dari atasannya. Membuat tuduhan yang benar-benar tidak masuk akal.
Adhera kembali menghembuskan nafasnya dengan kasar. Menatap bangunan di depannya dengan pandangan kosong. Ia kembali mengingat kata-kata pedas dari manager marketing di kantornya.
"Seharusnya saya gak usah kasih kepercayaan sama kamu," wanita paruh baya itu menghela napas panjang. Mengumpulkan kembali kesabaran yang berusaha ia bangun. Sulit dipercaya memang. Gadis sebaik dan sepolos Adhera mampu berbuat sekeji itu pada perusahaannya. Jika direktur utama tahu tentang penyelewengan dana yang dilakukan Adhera, mungkin beliau akan sangat kecewa. Dan hal itu sungguh membuat wanita paruh baya itu menjadi kian prustasi.
"Kamu ini kalo butuh uang ngomong sama saya Dhe! Kamu butuh berapa?! Saya akan kasih!" Dengan nada yang sedikit meninggi Bu Ratna-manager sekaligus orang yang sudah dianggap ibu oleh Adhera itu memandang gadis di depannya dengan pandangan sengit.
"Bu.. Saya bisa jelasin," ujar Adhera dengan suara sedikit serak menahan tangis yang siap tumpah.
"Saya tidak butuh penjelasan kamu! Saya sudah benar-benar kecewa atas perbuatan kamu ini. Saya gak menyangka bocah sepolos kamu bisa melakukan hal memalukan seperti ini. Jadi sebelum direktur utama tahu tentang masalah ini, sebaiknya kamu segera keluar dari kantor ini. Untuk gaji kamu, besok saya transfer," tutup Bu Ratna tak terbantah kemudian berlalu dari ruangannya dan meninggalkan Adhera yang masih menundukan kepala dengan isak yang lolos begitu saja.
"Dhe?"
Adhera sedikit tersentak saat seseorang memegang punggungnya. Dengan gerakan pelan, ia menghapus air matanya kemudian sedikit menolehkan kepala ke arah samping tempat orang yang manggil namanya berdiri. Adhera sedikit maksakan senyumnya. Gadis itu, gadis yang telah menusuknya dari belakang itu berdiri di sampingnya. Menampakkan senyum yang teramat menjijikan di mata Adhera.
"Kamu gak apa-apa kan?" tanyanya dengan nada yang dibuat agar terdengar sedikit iba.
Adhera benci pemandangan ini. Pemandangan di mana ia harus melihat perhatian palsu dari gadis di depannya. Dan di saat seperti ini, gadis ini masih saja menanyakan bahwa apakah dirinya baik-baik saja.
'Menjijikkan!' batin Adhera.
Ia sungguh muak. Benar-benar muak dengan sikap dan drama yang ditunjukan gadis ini. Memanipulasi dirinya agar terlihat bak malaikat yang selalu ada untuk Adhera. Berpura-pura menjadi seorang teman yang sangat baik untuk Adhera menumpah ruahkan segala keluh kesahnya. Berpura-pura menjadi sahabat yang kapan pun Adhera membutuhkan pundaknya, ia akan selalu hadir untuknya. Adhera muak. Ia sungguh tak ingin melihat gadis ini lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Adhera
Romantizm#Romance-Spiritual Adhera kira menumpukan hati pada selain dari Rabbnya bisa membawanya lebih dekat padaNya. Dia yang hidup jahil, pada akhirnya menemukan hidayah terindahnya melalui seorang pria bernama Arsyamil. Ia labuhkan hati, pengabdian serta...