"Jaga mata, jaga hati. Untuk dia, yang selalu dinanti."
-Princess Adhera
***
Siang itu, TPQ Al-Gaffar tampak lenggang. Arsya menapakkan kakinya pada undakan tangga koridor, lalu melangkah menuju ruangan paling ujung gedung itu.
Sesekali pria berjanggut tipis itu mengedarkan pandangan, sekedar mengawasi. Berharap, ia bisa melihat sosok wanita anggun yang pagi tadi meninggalkan rumah dengan setelan gamis umbrella lengkap dengan kerudung panjangnya. Saat tak mendapati satu pun sosok di sekelilingnya, pria itu menghela napas berat. Kini ia memantapkan langkahnya ke depan.
Sebenarnya, ada sesal yang kini Arsya rasakan. Setelah pagi tadi melepas sang istri yang sepertinya sedang dalam mood buruk. Semua ini salahnya. Jika saja ia tak terlalu banyak berpikir, dan memilih segera jujur tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi, mungkin kini mereka tak akan secanggung tadi pagi. Saling melepas tanpa senyum.
Langkahnya terhenti. Menatap pintu kayu yang difliter di depannya. Terkunci. Semua staff Al-Ghaffar sepertinya sudah meluncur ke lokasi. Atau bahkan ... beberapa. Karena ketika kembali mengedarkan pandangannya, ia menemukan seorang perempuan tengah duduk termenung di tepi kolam renang buatan di depan ruang sekret.
Elsa.
Arsya kini menimang langkah, haruskah ia menghampiri gadis itu? Bolehkah?
Dengan sisa pergulatan dalam dirinya, pria itu pun memutuskan mendekat. Menghampiri perempuan berkulit pucat yang tatapannya terlihat kosong.
"Assalamualaikum," sapanya.
Elsa mengerjap. Menyadari seseorang berdiri di sampingnya. Perempuan itu lalu mendongak, membuat mata sayunya bertemu langsung dengan mata teduh Arsya.
Kening perempuan itu mengernyit. Dengan gerakan pelan, kembali melengos. Mengalihkan pandangan dari netra yang seakan membiusnya itu. Sesaat, ada ketenangan yang dirasakannya, ketika sepersekian detik lalu mata mereka dipertemukan. Elsa menggeleng. Perasaan apa ini?
"Elsa?" Arsya kembali memanggil.
Tanpa dipersilahkan, pria itu duduk dengan jarak dua jengkal di samping Elsa. Elsa sendiri, kini malah semakin memperdalam tundukan kepalanya.
"Jangan melamun," ujar Arsya kembali.
Ia kini menerawang. Menatap ke depan, hamparan bunga berwarna warni di depannya. Setelah tak ada jawaban dari Elsa, ia menghela napas pelan. Tangannya yang bertumpu di samping tubuh, dia atas bangku kayu panjang, kini beralih ke depan. Ia tautkan jemarinya satu sama lain.
Dari ekor matanya, ia bisa menangkap Elsa yang tak juga mengangkat kepala.
"Kamu tahu, Allah nggak suka orang yang sering melamun," katanya setelah sekian lama dibalut keheningan.
Sesaat, terdengar helaan napas dari perempuan di sampingnya. Tak lama kemudian, kepalanya dengan berat terangkat. Kemudian ditolehkan ke arah pria berkemeja itu.
Ada perasaan hangat tiba-tiba menyelusup ke hati Elsa, kala sepasang mata itu menatapnya dengan teduh. Segaris senyum tipis terbit dari wajah pucatnya. Mata sayunya yang sebelumnya redup, perlahan menemukan binarnya. Arsya pun sempat tertegun sesaat ketika melihat pemandangan itu. Setengah tak percaya, bahwa Elsa berani menatapnya bahkan tersenyum ke arahnya. Sontak saja, kedua sudut bibirnya ikut tertarik. Membentuk sebuah senyuman yang jauh lebih lebar dari Elsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Adhera
Storie d'amore#Romance-Spiritual Adhera kira menumpukan hati pada selain dari Rabbnya bisa membawanya lebih dekat padaNya. Dia yang hidup jahil, pada akhirnya menemukan hidayah terindahnya melalui seorang pria bernama Arsyamil. Ia labuhkan hati, pengabdian serta...