🌹 Musibah

1.4K 56 0
                                    

"Jangan jadikan sebuah musibah sebagai beban, tersebab dalam musibah tersebut Allah tengah menguji kita. Seberapa sabarlah kita dalam menghadapi ujiannya."

-Princess A. 🌹

****

Angin terus berhembus sementara hujan tak kunjung reda. Rumah di depan gang pun sebagian sudah di genangi air. Warga setempat menjadi panik. Mencoba mencari perlindungan. Berlarian ke sana-ke mari dengan lampu senter di tangan mereka.

Sementara itu di aula TPQ, Adhera beserta teman-temannya tengah menenangkan anak-anak yang tak sempat pulang tadi sore. "Kami takut kak," rengek salah satu anak perempuan yang duduk tak jauh dari tempat Adhera. Gadis kecil itu berpelukan dengan adiknya yang sekiranya baru berumur lima tahunan.

"Tenang adik-adik. InsyaAllah kita akan selamat," laki-laki dengan kemeja kotak-kotak itu mecoba untuk menenangkan. "Kita sekarang berdo'a saja, semoga kita semua berada dalam lindungan Allah. Serta keluarga kita yang berada di luar sana juga selamat." Revan melanjutkan ucapannya. Sesekali ia menatap wajah anak-anak yang semakin lama semakin pucat dan lemas akibat ketakutan yang melanda.

Adhera mengambil ponselanya yang berbunyi. Menatap sekilas layar tersebut kemudian mengangkatnya. "Assalamualaikum," ujar gadis itu setelah ponsel menempel di telinganya yang tertutup kerudung.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah. " Gadis di seberang sana menjawab dengan nada yang sedikit panik. "Bagaimana keadaan di sana, Dhe? Apa kamu juga baik-baik saja? Sekarang kamu di mana?" pertanyaan demi pertanyaan keluar dari mulutnya. Sementara Adhera hanya mampu tersenyum tipis mendengar berondongan itu dari sahabat sekaligus calon adik iparnya itu.

"Kalo nanya tuh satu-satu atuh, Bin," ujar Adhera dengan kekehan kecil.

"Issh, kamu gimana sih. Orang lagi khawatir malah cengengesan. Abang nih dari tadi nanyain kamu mulu." Di seberang sana, Sabrin mulai mencabikan bibirnya. Kesal sendiri karena pertanyaannya tak lansung dijawab. "Sekarang kamu lagi di mana?"

"Masih di aula TPQ, Bin. Keadaan aku baik-baik aja kok. Jadi kalian gak usah khawatir."

"Terus gimana? Katanya air sungai di sana meluap, Dhe? Gak banjir kan?"

"Ya Allah. Kebiasaan banget sih. Tadi kan aku bilang nanyanya satu-satu. Aku kan bingung mau jawab yang mana dulu," ujar Adhera memperingati gadis yang tengah cengengesan di seberang telefon.

"Habis Abang nih, nyuruh aku nanya gitu. Kan jadi aku yang di salahin," dumel Sabrin yang membuat Arsya yang duduk tak jauh darinya terkekeh pelan.

"Afwan, Dek," suara khas Arsya berhasil di tangkap telinga Adhera.

Ugh. Suara itu membuat Adhera rindu saja. Padahal baru dua hari tak bertemu sudah membuatnya kalang kabut seperti ini. Astaghfirullah. Adhera buru-buru beristighfar saat pikirannya mulai ngelantur ke mana-mana.

"Ehemm," Adhera berdeham sejenak, memecah perdebatan antara adik kakak itu. "Sungai di sini airnya memang meluap, Bin. Katanya sih, terjadi penyumbatan di bawah jembatan. Alhamdulillah gak sampai kebanjiran kok. Cuman di depan komplek ada genangan air gitu, tapi gak terlalu parah," terang Adhera panjang lebar.

Princess AdheraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang