^Dirumah Sakit^
Aku memeluk lututku. Aku menangis sejadi-jadinya. Seharusnya aku menuruti perkataan jimin saat itu. Aku seharusnya tidak menjadi keras kepala.Aku tidak berhenti menangis. Menyesal, itulah saat ini yang kurasakan. Hingga suara pintu terbuka membuatku menoleh.
"Jim..jimin..." ucapku terbata. Aku segera menghapus sisa airmataku.
Jimin segera menghampiriku. "(Yn).. kenapa kau jadi begini huh... kau membuatku khawatir lagi..."
"Kakiku jim.. kakiku.. patah... kakiku jim... apakah aku tidak akan menari lagi... jimin..." aku menangis histeris.
Jimin mengusap airmataku, "Tidak... kau.. kau masih bisa menari lagi... tenanglah... setelah kau pulih kau bisa kembali menari... aku yakin itu..."
"maafkan aku jim.. ini semua salahku.. maaf.." ujarku menunduk.
Jimin memelukku erat. Dia mengelus punggunggu agar aku tenang.
"Sudahlah... tidak apa-apa... lain kali kumohon dengarkan aku... aku tidak ingin kau menderita lagi.. sudah cukup kali ini.."
"Bagaimana dengan kontesnya jim.. aku mengacaukannya tadi jim... aku terlalu keras kepala saat itu, padahal kau sudah memberitauku... maaf jim.."
"Shhhuuuttt.. tidak (yn).. jangan pikirkan kontes itu lagi... kontesnya sudah berakhir..."
Jimin melepaskan pelukannya. Dia menyeka airmataku dan menatapku lekat.
"Sekarang... pikirkan kesembuhanmu... jika kau sembuh kau bisa ikut kontes lagi kan?" Ujar jimin menghiburku.
Aku tersenyum mengangguk, "Jim selama kontes tadi.... aku mencarimu... apa kau marah padaku?"
"Tidak.. aku tidak marah denganmu... tadi... aku sedikit telat datang ke kontesmu, karena ada urusan... ternyata pas aku sudah sampai, kebetulan itu penampilanmu... jadi aku langsung duduk dan melihatnu dari kejauhan karena kehabisan tempat duduk..." jelas jimin.
"Benarkah...? Aku kira kau tidak datang karena marah padaku..."
Jimin tersenyum. Dia mengusak kepalaku lembut.
"Tidak kok.. dan saat melihatmu terjatuh dan kesakitan, aku panik dan langsung menyusulmu kemari...."
Aku mengangguk mengerti, "ah begitu... ada urusan penting apa memangnya tadi?" Tanyaku penasaran.
Jimin menggeleng "Bukan apa-apa kok..."
"Apa.... ini... berhubungan dengan seulgi...?"
"Ah.. bukan... bukan kok... ini soal tadi aku mengantarkan kedua orang tuaku ke bandara... ken.. kenapa tiba-tiba kau membicarakan seulgi hm..?"
Aku tersenyum menggeleng, "jim.. aku ingin bertanya sesuatu..."
"Apa??"
"Kau mencintai seulgi kan?"
Jimin tersentak dengan pertanyaanku.
"Yak.. mengapa kau bertanya pertanyaan aneh seperti itu hmm?"
"Aisshhh.. jawab saja... kalau memang iya... aku akan mendukungmu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Imagine
Fanfiction❤Just IMAGINE❤ ❤Vote please. Hargai karya orang 😁 ❤Masih Abal-abal 😉