DRRTTT.. DRRTTTT..
"Aduh siapa sih malam-malam gini nelponin gue," gerutu Tifa. Ia pun langsung mengambil hp nya dan melihat nama 'Ata' tertera di layar hp nya.
"Apaan lo nelponin gue malam-malam gini?" omel Tifa kepada Ata yang kesal karena telah mengganggunya membaca novel-novel kesukaannya.
"Ah etdah.. Merepet aja kerja lo mbak. Haha," balas Ata sambil terkekeh.
"Lo ganggu gue lagi pacaran tau gak, Ta,"
"Woi.. jomblo, gaya lo pacaran. Ngenes amat ya lo pacaran sama novel,"
Begitulah kerja Tifa setiap malam minggu yang selalu berkutat dengan novel-novel nya.
"Hehehe.. Tau aja lo. Jadi pengen nampol deh. Ah, lo ngapa sih nelpon gue? Kalo gk penting biar gue matiin nii,"
"Eh yang sabar dong mbak. Gue cuman mau bilang, besok siang anak-anak pada ngajak ke kafe biasa. Bisa kan lo?" tanya Ata. Kafe Mori. Tempat Tifa, Ata, Lala, dan Dion biasa nongkrong.
"Besok? Siang? Serius lo?" tanya Tifa dengan kaget.
"Iya Faaa. Emang lo ada acara ya besok?"
"Kagak. Hahaha. Iye besok bisa,"
"Taaaa," rengek Tifa.
"Iya, gue jemput lo besok," jawab Ata yang sudah paham maksud dari Tifa. "Yesss.. Oke sampai jumpa besok ya. Bye." Tifa langsung mematikan panggilan tersebut dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Pacaran dengan novel.
------
"Faa.. Ata udah nunggu itu di depan," panggil Gisa, mamanya Tifa.
"Iya maa.. Tifa ambil tas dulu,"
Setelah mengambil tasnya, Tifa pun langsung bergegas menemui Ata yang telah menunggunya.
"Maaa, Tifa pergi dulu yaa. Assalamu'alaikum,"
"Kuy cabut Taa," ucap Tifa sambil menarik tangan Ata. "Santai dong mbak," gerutu Ata.
Mereka pun berjalan menuju sepeda motor milik Ata. "Noh, pake helm," Ata menyerahkan helm kepada Tifa. Tifa pun langsung menyambar helm tersebut dan langsung naik ke sepeda motor Ata.
"Pelan-pelan naiknya Tifaa. Mck,"
"Hehe iya mas ojek,"
Ata pun melajukan sepeda motornya menuju kafe tempat ia dan teman-temannya akan berkumpul.
------
"Lama amat sih lo berdua," omel Lala kepada Tifa dan Ata karena ia dan Dion telah menunggu cukup lama.
"Ini si curut lama amat bokernya tadi," cerocos Ata asal-asalan. "Eh enak aja lo. Gue gk boker keles," bantah Tifa karena Ata menyebarkan berita hoax kepada Lala dan Dion.
Setelah memesan makanan dan menunggu makanan datang, dimulailah pergosipan antara Tifa dan Lala. Sedangkan Ata dan Dion hanya mendengarkan dan sekali-kali menyambung cerita mereka. Tetapi Dion lebih banyak diam.
Diantara mereka memang hanya Dion lah yang memiliki karakter yang berbeda. Ia tidak banyak berbicara. Tapi jangan salah. Sekalinya ngomong nusuk amat. Tajam. Pas. Pokoknya bermanfaat bagi khalayak deh. Ah apaan sih.
"Woi.. Lo pada tau gak kalo anaknya kepala sekolah kita tinggal kelas di sekolahnya. Jadi dia terpaksa pindah deh. Dan pindahnya itu ke sekolah kita. Ya ampun. Dan lo pada tau gak kalo katanya anaknya kepsek itu ganteng nya pake banget," cerocos Lala dengan heboh.
"Gantengan gue," sambung Dion tiba-tiba.
"Iya deh. Abang Dion emang paling ganteng se-sekolah mah," ucap Ata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness
Teen FictionTerima kasih atas pedang yang telah lo tancapkan. Terima kasih telah memulihkan lalu menghancurkan kembali. Terima kasih karena lo berhasil membuat hati gue mati. Gue harap lo gk akan kembali lagi.