Setelah lelah keliling-keliling taman, Tifa dan Putra pun duduk disalah satu bangku yang ada di taman tersebut.
Tifa memandang sekeliling taman dengan perasaan bahagia. Ia sudah lama sekali tidak bermain-main di taman. Sehingga ia sangat menikmati hari ini, walaupun ia sedang bersama Putra.
Ternyata, Putra tak seburuk yang ia pikir, Putra tak senyebelin yang ia bayangkan.
Hari ini, Putra berhasil membuatnya bahagia. Bukan seperti hari-hari sebelumnya yang selalu membuat Tifa merasa jengkel.
"Lo seneng kan?"
Tifa mengangguk dengan semangat.
Senyum manis terukir diwajah Putra. "Apa gue bilang, suatu saat lo pasti mau jalan sama gue. Buktinya hari ini kita jalan," ujar Putra dengan bangga.
"Lo belum jawab pertanyaan gue!"
Tiba-tiba Tifa teringat sesuatu."Pertanyaan apa?" tanya Putra dengan bingung.
"Lo tau darimana gue suka ke taman?"
"Oh, itu.. Soalnya difoto instagram lo banyak foto di taman. Jadi gue simpulin kalau lo suka ke taman,"
"Dasar stalker!"
Pandangan Tifa berhenti disalah satu penjual permen kapas.
"Putraaa.. Beliin gue permen kapas ituu.." pinta Tifa dengan bersemangat."Untuk tuan puteri bakal gue beliin. Tunggu sebentar ya di sini. Lo jangan kemana-mana,"
Putra langsung berjalan ke arah penjual permen kapas tersebut. Tanpa sadar, Tifa tersenyum melihat punggung Putra yang mulai menjauh. 'Gue kok ngerasa lo mirip sama dia ya'
------
"HAH? SERIUS LO JALAN SAMA PUTRA?"
"Astaga.. Pelan-pelan kali La teriaknya,"
"Mana ada orang teriak suaranya pelan. Pintar lo,"
Tifa sudah menduga, pasti teman-temannya akan terkejut mendengar berita ini. Ia juga sebenarnya tak mau jalan bersama Putra, namun karena ia sangat memaksa. Ya, akhirnya Tifa pasrah dan tak bisa melawan lagi.
"Gak macam-macam si Putra sama lo kan?" tanya Ata dengan serius.
"Ya, gak lah. Buktinya gue baik-baik aja kan sekarang,"
Sedangkan dari tadi Dion hanya diam dengan tatapan dinginnya. Tifa sudah tau, pasti Dion marah kepadanya.
"Yon.." panggil Tifa.
"Gue udah bilang jangan dekat-dekat sama dia," ucap Dion dengan dingin.
"Maaf.."
"Sabar, Yon.. Kan Tifa udah jelasin kalau dia terpaksa. Tante Gisa juga udah ngizinin kan," seru Lala.
Dion hanya diam.
"Kantin yuk guys. Gue laper," ucap Ata dan langsung berdiri menarik tangan Dion untuk menuju kantin.
Tifa tersenyum kepada Ata. "Makasih," ucap Tifa tanpa suara kepada Ata.
Ata tersenyum kepada Tifa.
Ia sengaja mengajak mereka ke kantin, agar mencairkan suasana.
"Jangan kepincut sama Putra ya, Fa." ujar Lala dengan lembut kepada Tifa.
"Kenapa?" tanya Lala dengan bingung.
"Sepertinya lo udah mulai nerima dia. Jangan salah lagi, Fa."
"Hah? Apaan sih, La?" Tifa masih tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness
Teen FictionTerima kasih atas pedang yang telah lo tancapkan. Terima kasih telah memulihkan lalu menghancurkan kembali. Terima kasih karena lo berhasil membuat hati gue mati. Gue harap lo gk akan kembali lagi.