"Lo nangis lagi ya?". Dion berhenti disamping tempat duduk Tifa karena melihat mata Tifa sembab lagi.
Tifa menggelengkan kepalanya sambil menunduk, tak berani menatap Dion.
"Gue udah sering kan bilang sama lo. Kalau mereka berantem lagi, lo bilang sama gue. Gue bakal nemenin lo," seru Dion dengan wajah datar.
Dion sudah sering mengingatkan Tifa akan hal tersebut. Namun Tifa hanya melakukannya disaat-saat tertentu saja. Karena ia tak mau merepotkan Dion.
"Iyaa. Maaf,"
Lalu Dion langsung duduk di tempat duduknya yang berada di belakang Tifa.
Tifa memutarkan badannya ke belakang. Ke arah tempat duduk Dion. "Jangan marah dong, Yon."
"Gak marah gue," jawab Dion ketus.
"Ih judes amat bang. Lagi pms?"
Dion langsung menatap Tifa dengan tajam. Sedangkan Tifa hanya tertawa.
------
"Bu, saya permisi ke toilet ya. Kebelet banget ni,"
Ketika pelajaran sedang berlangsung, tiba-tiba perutnya sangat mules. Ia pun langsung permisi kepada Bu Sarah.
Setelah permisi, Tifa pun langsung berlari keluar kelas. Lala, Ata, dan Dion tertawa melihat Tifa. Mereka sudah tau kalau Tifa seperti itu tandanya ia sedang kebelet buang air besar.
Karena sibuk berlari, tak sengaja Tifa menyenggol tubuh seseorang sehingga membuat minuman yang sedang di pegang orang tersebut tumpah dan mengenai bajunya. Karena sudah tak tahan lagi, Tifa pun berlari saja tanpa memperdulikan orang tersebut.
'Aduh mampus gue. Nanti aja gue minta maafnya deh. Gak sanggup lagi perut gue', batin Tifa.
"WOI.. BASAH NI BAJU GUE. BERHENTI LO WOII.." teriak orang tersebut kepada Tifa yang sudah berlari menjauh.
------
"Alahamdulillah. Lega juga perut gue," ucap Tifa.
"Lama amat lo. Boker lo ya?" tanya sesorang yang sedang berdiri di depan toilet cewek.
"Eh lo kan cowok. Kok ada di toilet cewek? Jangan-jangan lo mau ngintip ya. Wahh.. Gue laporin BK lo. Dasar mesum," cerocos Tifa kepada cowok tersebut.
"Gila lo yaa. Yakali gue ngintip toilet cewek di sekolahan. Gue disini nunggu lo,"
"Hah? Ngapain lo nungguin gue? Gue mau masuk kelas ni. Udah ah,"
"Eitt.. Sabar dong. Lo gak ingat apa yang udah lo lakuin ke gue?" cowok tersebut menatap Tifa dengan tajam.
"Apaan sih. Gue gk pernah ngelakuin apa-apa ke lo. Gue aja gk kenal sama lo," balas Tifa tak kalah ketus.
"Lo gak ingat ini?" Cowok tersebut menunjukkan bajunya yang basah.
'Astagaa. Jangan bilang ini cowok yang gue senggol tadi?' Tifa langsung terdiam, lalu memasang muka tak berdosa sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Hehe.. Lo ya yang tadi gue senggol. Gue gak sengaja seriusan deh. Gue tadi kebelet banget sumpah. Sakit banget perut gue. Jadi lo ma.." ucapan Tifa terhenti karena ia mengingat sesuatu. Ia ngerasa familiar dengan wajah cowok tersebut.
"Eh.. Gue kok gak asing sama lo ya?" tanya Tifa sambil berfikir mengingat-ingat wajah cowok tersebut.
Sedangkan cowok itu hanya diam dengan kening berkerut.
"HAH GUE INGAT. LO KAN YANG KEMAREN DORONG GUE DI DEPAN KELAS SAMPEK GUE JATOH. WOO DAPAT JUGAK LO SAMA GUE. MINTA MAAF LO SAMA GUE SEKARANG. LO GAK TAU KAN BETAPA SAKITNYA BOKONG GUE KEMAREN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness
Teen FictionTerima kasih atas pedang yang telah lo tancapkan. Terima kasih telah memulihkan lalu menghancurkan kembali. Terima kasih karena lo berhasil membuat hati gue mati. Gue harap lo gk akan kembali lagi.