8

46 7 4
                                    

"Novel gue mana yaa? Kemaren kan gue letak di sini. Sekarang kok udah gak ada sih,"

Tifa membongkar kamarnya karena novel yang beberapa hari lalu baru dibelinya hilang. Setiap sudut kamar telah dicarinya, namun novel tersebut tetap tidak ada.

Itu adalah novel yang dibayarkan oleh Putra beberapa hari lalu karena dompetnya ketinggalan di kelas. Tetapi Tifa sudah mengganti uang novel tersebut kepada Putra.

Awalnya, Putra sangat menolak ketika Tifa memberikan uang tersebut. Karena Putra juga tulus membantu Tifa pada saat itu. Namun, Tifa tetap kekeuh untuk mengganti uang Putra. Ia tak mau berhutang kepada Putra. Setelah perdebatan yang cukup panjang, akhirnya Putra pun mengalah dan menerima uang tersebut.

"MAMAAA.. ADA LIAT NOVEL TIFA GAK? YANG BARU TIFA BELI KEMAREN," teriak Tifa.

Mendengar teriakan Tifa, Gisa yang sedang menonton tv pun langsung menuju kamar Tifa.

"Ya Allah, Tifaa.. Ini kok kamarnya berantakan banget?" Gisa terkejut melihat kamar Tifa yang sangat berantakan.

"Maa.. Liat novel Tifa yang baru gak? Kemaren Tifa letak di meja belajar, tapi sekarang udah gak ada,"

"Ya ampun sayang.. Mama pikir ada apa. Novel kamu yaa? Hmm.." Gisa berpikir sejenak.

"Iya, maaa.." jawab Tifa gemas.

"Ohh.. Mama ingat! Kemaren mama kan bosen banget, gak tau mau ngapain. Jadi, mama ke kamar kamu. Terus mama liat ada novel kamu di atas meja belajar. Yaudah mama baca aja deh," jelas Gisa.

"Haa.. Terus setelah itu mama letak di mana novelnya?"

"Itu diaa.. Mama juga lupa. Hehehe.." cengir Gisa dengan wajah tak bersalah. Ia tak ingat meletakkan novel Tifa dimana setelah itu.

"Astaga mamaku sayangku cintakuu.. Coba ingat-ingat lagi deh, maa. Masaan baru beli novelnya udah hilang. Malam ini kan Tifa mau baca novelnya," rengek Tifa.

Tifa dan Gisa pun kembali mencari keberadaan novel Tifa. Gisa menjadi ikut-ikutan membongkar kamar Tifa.

"Aduh.. Tifa, mama kebelet ini. Mama ke kamar mandi dulu yaa," ujar Gisa lalu pergi meninggalkan Tifa dan menuju kamar mandi.

Gisa berjalan melewati dapur. Disudut dapur ada sebuah lemari kaca yang isinya peralatan dapur. Tiba-tiba pandangan Gisa terfokus kepada sebuah benda yang terletak di dalam lemari kaca tersebut.

"TIFAAAAA..." teriak Gisa histeris.

Mendengar teriakan Gisa, Tifa langsung berlari menuju dapur. Ia terkejut mendengar mamanya menjerit tiba-tiba. Ia takut ada sesuatu yang terjadi kepada Gisa.

"Kenapa, maa? Ada apa? Mama baik-baik aja kan? Ada maling ma? Mana malingnya? Biar Tifa pukulin," cerocos Tifa dengan sangat panik.

"Sayang.. Coba kamu liat di lemari kaca itu deh," ujar Gisa sambil menunjukkan lemari kaca tersebut.

Tifa pun langsung melihat ke arah lemari kaca tersebut.

DEG..

"AAAAA.. MAMAAAA.. ITU DIA YANG KITA CARI DARITADIII.." sorak Tifa dengan bahagia dan langsung memeluk Gisa.

"AKHIRNYA KETEMU NOVEL KAMUU.." teriak Gisa tak kalah heboh dengan Tifa. Lalu Tifa mengambil novel tersebut.

"Maa.." seru Tifa.

"Iyaa?"

"Kok novel Tifa ada di lemari kaca? Itukan tempat peralatan dapur," tanya Tifa dengan bingung.

"Hehe.. Mama ingat, kemaren kan mama laper, jadi mama ke dapur deh buat masak. Terus novelnya mama bawa sampai ke dapur dan mama letakin di lemari kaca,"

"Iihh.. Mama.. Teringatnya, mama gak jadi ke kamar mandi?" tanya Tifa dengan heran. Karena tadi Gisa sangat kebelet.

"Hah? Ohiyaa, mama lupa." ucap Gisa sabil menepuk jidatnya dan langsung masuk ke kamar mandi.

"Astagaa.. Ada-ada aja emak-emak jaman now,"

Lalu Tifa pun segera menuju kamarnya untuk membereskan kamarnya yang sangat berantakan. Dan ia akan melakukan rutinitasnya setiap malam minggu. Berkutat dengan novel-novelnya.

Setelah Tifa membereskan kamarnya, hp Tifa berbunyi. Ada satu pesan masuk di sana. Tifa pun mengambil hp nya dan membuka pesan tersebut.

Putra : Besok pagi jalan yuk. Gue jemput jam 7 ya. See you!

"Hah? Gak nyerah apa dia, selalu gue tolak!" gerutu Tifa.

Putra sering sekali mengajak Tifa jalan-jalan. Namun, tak satu pun diterima oleh Tifa. Tetapi hal tersebut tak membuat Putra menyerah. Karena hal itulah yang membuat Putra semakin gencar mendekati Tifa. Ia suka cewek yang seperti Tifa, tidak mudah untuk didapatkan. Tidak seperti cewek-cewek lain, yang mau-mau aja kepada siapapun, apalagi cowok yang berwajah tampan dan kaya raya.

Biasanya, Tifa sangat males untuk membalas pesan Putra, namun kali ini ntah kenapa ia ingin membalas pesan tersebut.

Tifa : Gak. Gue sibuk!

Tak berapa lama kemudian, balasan dari Putra masuk.

Putra : Okee. Gue tunggu jam 7 ya besok:)

Tifa terkejut melihat balasan dari Putra. Sudah jelas-jelas ia menolak tawaran tersebut, namun Putra tak memperdulikannya. Ia membalas seakan-akan Tifa menerima tawarannya tersebut.

"Sudah gila dia!" ucap Tifa.

Tifa pun tak membalas lagi pesan tersebut. Ia memutuskan untuk membaca novelnya saja daripada harus memikirkan cowok gila seperti Putra.

------

"Tifaa.. Bangun sayang. Ya ampun udah jam segini kamu masih tidur,"

"Bentar lagi deh, maa.." balas Tifa dengan suara serak.

"Ih.. Mau jam berapa lagi? Itu temen kamu udah nunggu kamu di depan,"

Tifa sontak terbangun. Matanya melotot.

"Siapa, maa?" tanya Tifa. Ia berharap kalau itu bukan Putra. Ia tak mau minggu paginya hancur karena adanya Putra.

"Hmm.. Siapa namanya tadi yaa? Pu.. Pu.."

"Putra?"

"Hah, iya.. Putra. Cepet gih kamu mandi terus samperin dia. Kasian dia nungguin kamu,"

"Astaga, maa.. Tifa males banget. Tifa bergadang baca novel tadi malam. Ini masih ngantuk banget. Bilangin sama Putra kalau Tifa masih tidur aja ya. Tifa gak mau pergi sama dia, maa." ucap Tifa dengan sangat memohon.

"Gak mau mama. Kamu samperin dia sendiri sana," seru Gisa lalu pergi meninggalkan Tifa.

"Aihh.. Mama tega banget sih!"

Dengan sangat terpaksa, Tifa pun segera mandi dan berpakaian lalu menghampiri Putra yang telah menunggunya.

"Ngapain sih lo?" ucap Tifa dengan ketus kepada Putra.

"Nungguin lo," balas Putra dengan memasang senyum manisnya.

"Gue gak mau pergi sama lo!"

"Yuk, kita jalan sekarang." Putra langsung menarik tangan Tifa dan berjalan menuju mobil Putra.

"Putraa.. Gue gak mau!" Tifa berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Putra. Namun, ia tak berhasil. Tenaga Putra jauh lebih kuat daripada tenaganya.

Mau tak mau, akhirnya Tifa pun pasrah saja dan menuruti permintaan Putra untuk mengajaknya jalan. Karena ia terpaksa. Camkan itu!

Senyum bahagia tak terlepas dari wajah Putra. Ia sangat senang, akhirnya ia berhasil pergi bersama Tifa. Berbeda dengan Tifa. Daritadi ia selalu memasang muka juteknya kepada Putra dan berkali-berkali mengomeli Putra.

"Gue mau pulang Putraaa.."

"Sebentar lagi kita sampai. Lo duduk manis aja ya. Pasti lo suka tempatnya," ucap Putra.

Putra memberhentikan mobilnya. Mereka telah sampai disebuah taman.

"Lo kok tau gue suka ke taman?"

******

-Pije-

DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang