Part 1 - Awalan

134 13 0
                                    

~ Author's POV

Malam itu suara tawa terdengar dengan jelas, hingga suara mereka hampir mengisi seluruh ruang dalam rumah. Tawa mereka pun terhenti mendengar suara dari luar kamar.

" Gadis-gadis ayo keluar, mama udah masak," dengan suara lembut wanita setengah parubaya memanggil anak-anaknya. Dengan serempak mereka menjawab suara yang memanggil mereka.

" Iya ma," jawab gadis gadis tersebut.

Mereka pun makan bersama, saling melemparkan tawa dan cerita. Ibu mereka pun menyalakan sebuah Tv, namun tawa mereka terhenti mendengar salah satu ucapan dalam siaran tersebut. Bahwa terjadi kecelakaan pada salah satu pekerja bangunan disebuah perusahaan yang ayah mereka tempati.

Kringk... kring... kring...

Suara dering teleponpun berbunyi, ibu mereka pun mengangkat telepon tersebut. Tiba-tiba ekspresi wajah ibu mereka berubah dan pingsan seketika, melihat kondisi ibunya mereka segerah berlari mengapai ibu mereka.

"Ma... bangun, ma?" setelah itu mereka pun membawa lari ibu mereka ke Rumah Sakit.

Setelah kejadian tersebut, meraka pun mengetahui bahwa korban kecelakaan kerja adalah ayah mereka, rasa sakit pun mereka rasakan ingin rasanya menagis. Akan tetapi kondisi ibu mereka tidak begitu baik. Dengan tegar mereka pun berusaha menjalani hidup, dan berusaha melupakan kesedihan mereka.

~Sazi's POV
______ TIGA TAHUN KEMUDIAN_______

"Yeeeeeeee...,"Suara gemuru kegembiraan terdengar di salah satu sekolah terkenal di Jakarta.

"Selamat ya Cil, akhirnya Lulus juga!"

" Makasih Lex, kau juga selamatyah," jawabku pada sahabatku.

"Oh iya, Sahsya mana Cil?," kata Lex. " Dari tadi ngak kelihatan."

"Em- , mana aku tau! Aku ke toilet dulu yah,"

Akupun pergi meningalkan Lex. Aku tau bahwa Lex menyukai Sahsya, namun aku tak mau kalau-kalau Lex jadi iparku, aku akan sangat kasihan dengannya jika itu benar terjadi.

Setelah lulus, Aku melanjutkan pendidikanku dan Sahsya menerima pekerjaan sebagai wartawan disalah satu stasiun Televisi Swasta, namun ia harus keluar kota, sehingga hanya Aku dan mama yang berada dirumah. Tidak terlalu buruk, karena Aku serasa bebas berekspresi dalam rumah tanpa rasa takut kehadiran Sahsya.

....

Tok...tok.. tok...

Seseorang mengedor pintuh kamarku.

" Cil bangun, udah pagi nak,"

Suara pintu dan teriakan mama menbangunkan ku dipagi hari,

Cil, itu hanyalah nama panggilan, walaupun nama asliku sebenarnya Saziana Muchti. Mugkin karena tubuhku yang mungil, sediki rapuh. Makanya aku dipanggil Cil, syukur panggilnya cukup satu kali, nah kalau dua kali? Cil-ci .. Yah ampun serasa punya nama mirip panci tapi masih dicicil. Tapi hanya sebagian orang yang memangilku Cil, nama itu hanya sering diucapakan keluargaku dan teman-teman yang sudah lama mengenalku. Bagi yang belum tahu, mereka memanggilku Sazi.

Aku bukan anak sulung maupun anak bungsu, Aku punya saudara kembar, sialnya kembaranku lahir lebih awal dan membuatnya menjadi seorang kakak. Orang luar mungkin mengaggap keluargaku,keluarga normal. Tapi Aku meragukan, apakah kelurgaku keluarga normal.

Setelah beberapa menit aku pun bersiap-siap menuju suatu tempat, dan keluar dari kamar sambil memegang tas dan satu undangan kecil berwarna putih. Saat mencari sepatu kesayanganku, aku meninggalkan tas dan undangan diatas meja ruang tengah.

Magic! why ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang