~Sazi's POV
Perjalana menuju rumah, entah mengapa rute jalan yang kulalui berbeda dari rute awal, ini lebih jauh arahnya dibandingkan saat menuju sekolahan tadi.
Entah mengapa, langit pun tiba tiba saja terlihat mendung dan suasana disekitarku pun terasa sepi. Ingin rasanya berbalik arah, namun sudah dipertengahan jalan, jadi jika bebalik akan sangat jauh lagi jaraknya. Dengan perasaan ragu, kuteruskan langkah ku tanpa kusadari rintikan hujan mulai turun, Ku berlari mencari tempat untuk berteduh disalah satu rumah yang ku lalui.
" Cil, jangan nagis!" seraya membersihkan pakaian ditubuhku yang setengah basah yang terkena hujan, kuberusaha menyemangati diriku, "Mengapa hari ini aku begitu sial, mulai dari sepatu hilang, undangan ngak kebawah sekarang hujan, mana langitnya terlihat gelap seperti badai yang akan datang saja." Aku hanya bisa mengomeli diriku sendiri, sambil menatapi rintikan hujan dari atap rumah tempatku berteduh.
Ketika ku berbalik, ada cahaya putih mengarah padaku, ku pikir seseorang mengarahkan sebuah senter padaku.
Namun tiba-tiba, seorang wanita parubaya keluar dari rumah tempatku berteduh.
"Neng kena hujan yah?"
" Aaahh" suara nafas dari mulut dan seraya menepuk dadaku, yang merasa legah . Kupikir hantu namun, yang keluar seorang wanita pemilik rumah, " Iya, numpang tante," kuberusaha meminta izin, untuk sementara berdiri depan teras rumahnya.
"Tak apa neng."
Namun sesuatu yang digengam tante itu, membuat mataku tampak silau.
"Tante bawa senter ?" tanyaku, sebab benda itu mengarah kewajahku.
"Aduh, maaf neng lampu dirumah padam, jadi tadi lagi cari-cari lilin."
"Hem- jadi jalanan terlihat sepi, karena lampu padam. Kirain tadi jalannya emang sepi tan," wajahku menunjukan sedikit kecemasan namun sedikit legah
"Hahaha," melihat wajahku, tante senter menertawakanku, "Astaga neng, yaudah masuk kedalam saja dulu sambil menunggu hujannya berhenti."
Namun ku lihat langit sedikit menunjukan kecerahannya, sehinga ku hanya diam dan kembali melihat wajah tante senter, ku juluki tante senter sebab tak tau siapa namanya.
" Ngak usah tan, hujannya udah sedikit redah, lagi pula Aku harus cepat pulang."
Aku pun berusaha menolak dengan halus.
"Emangnya, rumah neng dimana ?"
"Di blok M dikompleks ini juga kok tan, agak jauh sih tapi ngak apa-apa"
"Kalau begitu bareng anak saya saja neng."
Mendengar ucapan tante senter, membuatku tersenyum malu.
"Ngak usah tan, aku bisa jalan kok dari sini,"
Saat hujan benar-benar berhenti, akupun berpamitan pulang. Sekitar lima langkah dari rumah tersebut, seseorang melawatiku dan hendak menaiki sepeda motor. Ku kerutkan sedikit wajahku dan menatap wajahny.
" Lumayan." Dalam hatiku berucap.
Setelah sedikit melewatinya, ia tengah memakai helem.
" Hey, mau kuantar tidak ?"
Berpikir sejenak mencernah kata-kata cowok yang kulewati, " orang itu, bertanya pada siapa?" Aku tak berbalik dan terus berjalan tanpa menghiraukannya.
" Hey, kau tuli ?"
Langkah kaki ku terhenti, dan menengok kiri kananku, namun tak ada siap-siapa selain diriku. Aku pun berbalik dengan wajah kesal.
" Siapa yang kau anggap tuli ?"
Dari arah kejauhan, tante senter pemilik rumah tempatku berteduh, masih berdiri depan terasnya.
Dan berteriak kepadaku, " Neng, itu anak saya Dizac. Ikut saja neng!"
Ku hanya tersenyum, mendengar ucapan tante senter kepadaku.
"Kau dengar ?" matanya melirik kebelakang seakan menatap sinis padaku, lalu matanya kembali mengarah normal kedepan, "Mau ku antar tidak ?" lanjutnya.
Dengan wajah datar, cuek tanpa ekspresi membuatku sedikit kesal dan tak mau diantar pulang, namun tanpa sedikit pun niat, entah apa yang membuat kaki ini bejalan dengan sendirinya dan duduk tepat dibelakangnya. "malu, malu..." ku berbicara dalam hati, ku gigit sedikit bibir dan kukerutkan sedikit mataku, dan berubah seketika menyadari bahwa tante senter, masih melihat kearah kami. Aku hanya sedikit diam dan tersenyum melihat kearah tante tadi.
......
Sesampai depan rumah, ku buka helem dan turun dari motor Dizac. Tanpa basa basi ku tinggalkan dia dihalaman rumah, tanpa berbalik sedikit pun. Mata Dizac melototi diriku dari belakang.
"Wah, makasih atas tumpangannya," Dizac menyindirku dengan meniru suara wanita
"Sama sama," jawabku seakan tak mau kalah.
Aku pun masuk kedalam rumah. Saat setelah masuk, ku tutup pintu dan sedikit mengintip kearah luar dari balik jendela, setelah itu Dizac pergi dengan sepedah motornya, kulihat ia pun semakin jauh dari rumah.
Tiba-tiba Seseorang menepuk pundaku, kupikir itu mama namun tak seperti dugaan.
"Cil cil!"
"Tunggu ma!" jawabku seakan tak ingin digangu
"Ma, ma ,ma ! kau darimana ? "
Kubalikan tubuhku, dan yang berada dibelakan rupanya, seseorang yang menyerupai wajahku. Dengan melihatnya seperti melihat cermin .
Namanya Sahsyana muchti, ia saudara kembarku. Kami terlahir kembar, perbedaan waktu kurang lebih dua menit. Memang wajah kami terlihat kembar, tapi perbedaan kami cukup banyak mulai dari makanan, pakaian dan bentuk tubuh seperti bertolak belakang dari saudara kembar pada umumnya. Aku pernah menjadi korban bullying, saat itu Sahsya melihatku dibully dan saat itu juga ku melihatnya, namun yang kulihat ia hanya memperhatikanku dari kejauhan.
Hingga saat itu, Aku tak pernah mengajaknya berbicara. Beberapa miggu setelah kejadian tersebut, salah seorang guru memintaku membawa peralatan olaraga ke gudang dan tanpa sengaja kumelihat Sahsya dan orang-orang yang membully ku bersamaan. Awalnya aku merasa ingin menarik Sahsya lari dari tempat itu, namum mengingat perbuatanya membuatku mengurungkan niatku.
Tiba-tiba Aku melihat, ia memukuli orang yang membullyku hingga membuat tangan mereka patah dan mereka merengek kesakitan. Aku senang karena selama ini ternyata Sahsya membelaku dan Aku sudah salah paham menilainya hingga membencinya, namun aku menyadari sisi menyeramkan dari saudaraku itu. Itulah alasan yang membuatku takut kepadanya. Namun anehnya jika sudah berhadapan dengan seorang cowok, ia akan memperlihatkan sikap sok imut. Itu sikap yang lebih-lebih menakutkan.
" Sahs , e-emm.. Ta.. Tadi ada acara di..Smp! acara reunian," Jawabku terbata-bata.
"Ha.. ? Kau fikir aku bodoh !"
Senyum licik tampak diwajah Sahsya, "Cil.. cil?" ekspresi wajahnya pun berubah seketika, Sahsya memegang pundaku dan tersenyum, " siapa yang mengonceng mu?"
Kukerutkan dahiku dengan satu alis yang naik, "Sudah ku duga" ucapku dalam hati, yang sudah mengetahui niatnya.
"Cuma ojek," jawabku singkat, agar tak mendengar pertanyaan Sahsya selanjutnya. Akupun mulai berlari kecil menuju kamarku, namun bukan Sahsay namanya jika sudah berhubungan dengan cowok tampan.
Kututup pintu kamarku, Sahsay yang berada dibalik pintu berusaha membuka pintu dan terus mengetuknya berulang ulang.
"Ayolah cil, masa tukang ojek!"
Sahsaya masih terus merayuku, namun tak kuhiraukan. Sebenarnya ku sedikit takut, kalau-kalau ia murka bagaikan Harimau lapar.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/125503783-288-k932705.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic! why ?
FantasySeorang gadis yang mendapatkan kekuatan misterius, entah mengapa kekuatan itu sedikit menyakitinya! Berawal dari sebuah mimpi hingga, terbawa kedunia. Ada sebuah rahasia yang disembunyikan dari gadis itu. Mengapa sampai ia harus memiliki kekuatan ya...