chapter 5

68 6 5
                                    

"Hehehe itu mel si dara nembak alex! Fikz gila!! Berani banget nembak most wanted. Gak mikir konsekuensinya kalau ditolak tapi mau gimana lagi..." perkataan fira perlahan memelan digantikan wajah sedihnya.

"Emang diterima ya ra?" tanyaku mulai penasaran

"Ho'o!" fira mengangguk dengan lesu namun sedetik kemudian mata hitamnya menatap pojokan kantin dan bersinar seolah ada harapan baru.

"Tapi gapapa deh! Kan ada marvel.. Uuh marvel kamu kok ganteng banget sih" ucap fira memandang marvel dengan tatapan memuja.

Entah kenapa hatiku sakit. Berdenyut nyeri melihat sahabatku begitu mengaguminya.

"Kalau marvel ternyata diam diam punya pacar gimana ra?" ucapku memancing.

"Yaaah, jangan dong! Masa spesies ganteng disekolah ini harus berkurang lagi. Gak rela ah!"

"Ckck, kalau gak marvel ya alex terus Yang dibicarain!" ucapku lagi sarkasme

"Yee biarin, suruh siapa mereka ganteng?!"
"Apalagi tuh kakak lo mel. It's so hot!" ucap fira bersinar terang (bagaikan terang bulan😁)

"Hot hot! Api kali yang hot"

"Yeee tauk ah"

"Lagian nih ya ra, tuh si Dodi ganteng kok gak lo gebet?"

Uhukk uhukk!!

Fira tersedak jus yang di minum. Lucu.

"Iih! Mulut lo minta dirukyah ya mel? Lo bilang Dodi ganteng? Pffhh hahaha Hellow, mata lo katarak ya mel? Udah freak, gendut lagi."

"Heem, ra! Kids jaman now emang suka gak nyadar diri ya?" aku menaik turunkan alisku.

Sifira memandangku dengan tampang datar plus masam.

"Hehehe, elaah gitu aja lo marah!! Iya iya firaku sayang gak gendut kok"

Fira  "...."

"Jangan marah gitu dong!"

Fira ".... Okey gue maafin! 4 hari lagi ikut gue! Kalau gak mau yaudah gak gue maafin"

"Kemana?"

"Ckk, lo lupa apa gimana? Pokoknya titik gak boleh nolak! Soal kakak hot lo itu tenang. Gue yang bakal ngatur"

Meskipun fira mumulos (muka muka polos) jangan salah, fira itu paling jeli kalau urusan orang ganteng, suka bersinar itu mata. Dasar si fira.

***

Waktunya pulang. Aku bersiap siap merapikan diri. Memasukkan buku beserta alat tulis kedalam tasku. Tinggal aku sendirian didalam kelas karna yang lain sudah pada pulang semua. Sedangkan aku menyalin materi punya fira pas aku gak masuk kemaren.

Sebenarnya bisa saja sih aku nulis ini dirumah. Cuma lagi good mood makanya nulis disini. Dan fira buru buru karna ada perlu mendadak, ditelpon maminya.

Aku menengok jam tangan usangku, ternyata sudah menunjukkan waktu pukul 15:10 wib. Tak terasa sekitar setengah jam aku berada disini. Pantas saja terlihat lengang, meski tak benar benar kosong. Ada yang sedang latian basket, latihan karate, jajan dikantin dan sebagainya.

Setelah itu aku berjalan untuk menuju halte. Aku duduk menunggu bus datang, tapi ada mobil hitam yang aku kenal berhenti.

Aku memandang ke arah mobil itu memastikan, menunggu seseorang keluar ataupun menurunkan kaca jendelanya dari kendaraan beroda empat itu. Dan memang tebakanku tidak meleset ternyata itu memang dia.

Dia, yang membuatku terpuruk kedasar lembah jurang. Yang meluluhlantahkan masa depanku dengan kenyataan pahit.

Tak terasa dia berada tepat didepanku, menarikku tanpa kata. Bukan menarik tanganku dengan paksa. Aku mengikuti langkahny.

Entah mengapa bukannya membenci namun hatiku berkata lain. Wajah tampannya seakan akan menghipnotisku. Sekali lagi aku terpana, terpana berkali kali setiap ku memandangnya. Bagaikan narkoba yang membuat candu pemakainya sampai sakaw.

Deg

Deg

Deg

Inginku menampik rasa baru ini, menegaskan bahwa hatiku masih milik seseorang. Namun bisikan kecil memenuhi ronggaku, bahwa rasa ini memang benar benar nyata. Bahkan akupun bingung tak tau asal muara cinta ini tumbuh dengan subur karna kepribadiannya yang terkesan dingin dan tak berperasaan.

Dia membuka pintu mobilnya untukku, akupun langsung mengerti dengan perintah tak bersuara itu.

Tiba tiba, setelah mobil itu meluncur. Suaranya yang ngebass membelah keheningan "Udah baikan?"

"Hah?"
Aku bingung dengan pertanyaannya. 'Apa dia tau kalau aku kemaren berniat bunuh diri?'

"Oh lupakan! Gak penting"

"Kenapa lo, kesambet? Tutup mulutnya bau!" sarkasnya mengibaskan tangan.

Aku mengatup bibirku, kurasa mukaku memerah
"Tutup mulutmu, penghuni alam ghaib!" ucapku tapi ya dalam hati. Yakali aku berani ngomong langsung.

Sungguh fitnah yang kejam! Mulutku gak bau kok. Tadikan aku makan bakso bukan jengkol atau durian.

Mendengar sarkasmenya itu amarahku mencapai ubun ubun. Ibaratnya ada air mendidih dari dadaku yang seakan akan seperti bom waktu. Bisa meledak kapanpun.

Tarik nafas, buang.

Aku berusaha sabar. Menahan emosi yang menggebu gebu. Aku tak tau kenapa dia jadi seperti ini. Kadang akan baik, kadang jahat.

Sunyi kembali.

Akupun cuma menengok keluar jendela, untuk meminimalisir gejolak amarahku melihat tampang setannya. lalu aku tersadar langsung nge chat kakakku kalau hari ini aku sedang berada di rumah fira mengerjakan tugas kelompok, dan bakalan nginep. Sungguh mungkin aku sudah menjadi aktris yang profesional sekarang.

Entah sampai kapan aku seperti ini. Terikat oleh janji yang tak dapat ku ingkari.

Aku menghela nafas, menghadap keluar jendela. Dengan fikiran yang bercabang kemana mana. Air matakupun menetes dengan sendirinya, mengingat tentang kesedihanku bermula dari mana.

Rentetan demi rentetan memenuhi otakku, ingin ku memberitahunya. Mengatakan bahwa darah dagingnya bersemayam dalam diriku. Aku bingung sekaligus merasa tersiksa. Sekarang setelah masa masa sulit, aku kira akan menemukan yang namanya secercah kebahagiaan. Namun aku salah, masalah selalu datang kepadaku tanpa lelah.

Mungkin orang yang tidak tau akan mengira bahwa aku memiliki kepribadian ganda. Kadang hiperaktif, dan kadang pendiam. Tidak, sebenarnya dulu sekali aku bukan orang yang seperti ini, hidupku penuh dengan warna. Dan sekarang aku hanya merasa sangat kecewa, karna kesalahanku yang bersifat fatal ini. Emosionalku tidak stabil, aku menjadi lebih pendiam lagi.

Terimakasih buat fira dan kak vero, dia yang telah mengubah diriku, mengubahku menjadi sosok melody yang sebenarnya, punya banyak senyum dan tawa untuk selalu ditebarkan, meski sekarang aku sedang diterpa kemalangan aku kan berusaha tidak menjadi melody yang mengurung lagi, aku akan menjadi sesosok yang lebih kuat.

Tak terasa mobil ini berhenti ditempat yang sama. Bangunan menjulang tinggi. Aku mengikuti langkah panjangnya dengan dada yang bergemuruh. Lalu aku ingat sesuatu dan menyentuh tangannya. Dia menoleh dengan alis yang berkerut, dengan pelan aku bicara.

"Maaf, gue gak bisa! Gue lagi datang bulan" entah kenapa aku berbohong.

Diam.

Dia menyipitkan matanya memandangku. Lalu berbalik dan berjalan kembali.

"Gak usah bohong?!"

Aku terperangah, 'mengapa dia bisa tahu?'

tanpa kuketahui tiba tiba dia berada disampingku, membisikkan kalimat yang membuatku meremang.

"Jangan bertindak bodoh! Bukannya seminggu yang lalu lo kasih alesan seperti itu? Sekali lagi loe bohong.. Gue gak segan segan buat lo mendesah sampai pagi MELODY SAYANG!" ucap dia menyeringai, sambil menjilat telingaku. Membuat gelenyar aneh menulusup kedalam rongga dadaku.

Deg

Deg

Deg

"Gue kenapa? Apa gue sakit jantung?"

TBC

Because You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang