chapter 1

171 13 10
                                    

Shock!

Mendadak semuanya menjadi gelap, wajahku mungkin sudah pucat seperti kertas, namun tak sampai membuatku pingsan. Tolong, katakan bahwa ini mimpi! Dan tolong siapa saja bangunkan aku, aku mohon.

Tapi rasa kagetku tak berselang lama, seseorang dengan langkah cepat menyeretku keluar bahkan kakiku yang termasuk jenjang ini juga terseok seok mengikuti langkahnya yang panjang.

Terlihat sorot matanya menajam, gigi bergemelatuk, dan uratnya menonjol.  Dia seakan akan banyak kata yang akan diucapkan namun tertahan. Aku memandangnya dengan rasa takut, cemas.

"Naik!" ucapnya menusuk.

Akupun langsung naik keatas sepeda matic kakakku yang sedang diparkir ini, dengan tanganku yang bergemetar. Ini sungguh buruk! Kak vero memacu dengan kecepatan sangat tinggi. Sungguh, ini pertama kalinya kak vero begitu menyeramkan kepadaku.

Perlahan isakan lolos dari bibirku, mataku tak henti hentinya mengeluarkan bening bening kristal dengan derasnya.

Ciiittt

Bunyi rem berdecit, hampir saja menabrak kucing. Terdapat umpatan dan hinaan dari pengguna kendaraan lainnya. Namun telinganya seakan akan tuli, bahkan kecepatannya semakin bertambah setelahnya.

Tak terasa sudah sampai dirumah.
"Turun!" perintahnya menggelegar

Lalu setelah turun dia menyeretku lagi kedalam rumah mungil kami.

BLAMM!!

"Siapa yang melakukannya?!" tanya kakakku dengan suara tenang, namun menyiratkan kemarahan yang amat besar.

Tapi aku diam.

"AZOYA MELODY, jawab pertanyaan kakak! Siapa yang melakukannya?!" bentaknya menekan namaku dengan sangat jelas

Aku masih diam.

"JAWAB MEL, JAWAB!"

Masih dengan pertahananku, meski tubuhku mulai gemetar hebat. Aku kehilangan kata kata untuk menjawab, semuanya.

"Katakan! Jangan diam"

Lalu kak vero menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Kakak sangat kecewa sama kamu mel!" lalu kakak pergi meninggalkanku sendiri didepan pintu.

dengan perasaan yang terasa sesak didada, tanganku meraba raba mencari sesuatu untuk kupegang. namun nihil sebelum mencapai gagang pintu dibelakangku tubuhku melemah, kakiku juga tidak bisa menahan bobotku ini. Hingga akupun meluruh sendiri lalu menelungkupkan wajah diantara lututku.

'Tuhan kenapa engkau berikan ujian seberat ini tuhan, kenapa??'

'Aku mohon, aku mohon tuhan! Aku mohon ini hanya mimpi. Dan esok aku terbangun dengan perasaan lega'

Namun tidak, ini bukan bunga tidur, ini nyata.
Andai saja waktu bisa diputar kembali. Andai saja semuanya tidak terjadi. Andai saja ini hanya mimpi. Andai saja aku tidak melakukan dan merelakannya mungkin sekarang aku masih bisa tersenyum seperti kemaren kemaren. Terlalu banyak andai, namun aku tak bisa mengubahnya.

'Papa, bunda. Maafkan melody, maafkan tindakan melody kali ini. Melody tau kalau melody melakukan kesalahan fatal, yang membuat kalian kecewa. Itu bukan kemauan melody dan sekarang melody menyesal'

***

Padahal sekarang sudah malam, ah mungkin sudah menjelang pagi. Tapi mata ini tidak bisa mengantuk. Tak kurasa air mataku mengalir air bening lagi walau hanya beberapa tetes. Aku lelah! Lelah menangis, hingga rasanya bulir kesedihan ini terkuras habis hari ini.

Kejadian hari ini mampu memporak porandakan kehidupanku yang sudah mulai nyaman ini. Dia yang membuatku terperosok kedasar lembah jurang. Kecewa, marah itulah yang kurasakan kepada diriku sendiri tepatnya.

Awalnya aku merasa ini cuma sakit biasa.
Awalnya, kukira hanya dengan meminum obat yang ku beli diwarung semuanya beres. Tapi ternyata, aku salah! Setelah diperiksa karna usulan kakakku yang cerewet itu ternyata aku tidak sedang sakit. Tapi aku... sudahlah aku tak sanggup melanjutkannya.

'Aku menyesal tuhan, aku menyesal'

Lalu ide gila itu muncul. Perlahan namun pasti aku berjalan dengan langkah lunglai kearah dapur mencari sesuatu yang kubutuhkan untuk melancarkan ideku ini. Tidak! Aku tidak mengambil pisau. Namun, aku mengambil cairan pembersih yang kemaren aku taruh dipojokan dapur.

Mengiris nadi mungkin pilihan tepat bunuh diri, namun rasa takut itu muncul. Bukan takut mati, aku takut melihat darah merembes dari kulitku.
Karna aku punya trauma tersendiri melihat banyak darah terkecuali darah bulanan.

Aku ingin mengakhiri hidupku ini, aku gak mau membuat kakakku malu. Tetangga semuanya nanti akan mempergunjingkan aku, dan anakku nanti akan jadi sasaran empuk buat mereka yang bermulut tajam. Aku gak mau, daripada mengaborsi lebih baik aku mengakhiri hidupku saja, itu lebih baik. Karna aku sebagai calon ibu, aku menyayangi calon anakku ini.

"Maafkan bunda ya nak, bunda emang jahat. Bundaa gak bisa ngasih kesempatan kamu lihat dunia ini nak, bunda cuma.. hiks.. hiks.. Kita lebih baik nyusul eyang dan omamu saja ya nak"

Lalu aku memutar tutup botolnya. Dan segera meminumnya rakus.

Glek glek glek glek.
Jangan tanya rasanya bagaimana, sungguh rasanya sangat pahit. Sakitnyapun sukar untuk ku definisikan, karna tubuhku bagian dalam sangat sakit. Namun bukan raungan atau jeritan minta tolong dari bibirku. hanya sebuah  tangisan pilu penyesalan.

"Maafin melody kak.." ucapku dengan suara lirih, dan semuanya gelap.

Tbc
Cerita pertama incess nih😊 jadi emang gak se keren cerita cerita yang lainnya. Tpi gapapa, asal kan kau bahagia♪🎶 (malah nyanyi😂)
-ralat- tapi gapapa asal murni pemikiran sendiri..

Because You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang