chapter 7

93 4 1
                                    

***

Riuh gemuruh siswa mengalihkanku. Aku yang sedang membaca buku terganggu oleh bisingnya dari luar kelas. Aku masih setia membaca buku yang kupinjam dari perpustakaan. Namun suara itu menjadi makin nyaring. Aku menjadi tidak fokus menutup buku yang kubaca.

Teringat aku pada kemarin sore, pada saat bersamanya membuatku mendengus.

Kalian tahu nggak! Kemarin itu sungguh mengenaskan. Karna isi kulkas cuma segitu, aku delivery. Mengikhlaskan isi dompetku. Namun yang terjadi, dia dengan angkuh malah melemparnya. mengatakan bahwa dia hanya ingin makan masakanku.

Aku yang sedang marah, jelas saja balas dendam. Membuat masakanku yang sangat 'seadanya' menjadi asin. Namun anehnya dia sangat lahap. Jujur saja itu membuatku tercengang, apalagi dia tidak marah.

Dan bukan hanya itu. Disela sela makan dia sambil nonton tv, bukan itu yang membuatku kaget, namun dia yang malah doyan liat kartun sampai ketawa terbahak bahak. Padahal biasanya dia yang mengataiku anak kecil saat nonton Doraemon, kartun kesukaanku.

Aku disana seperti mengurus anak kecil berbadan jumbo.

'Ish, kenapa aku mikirin dia sih... Arrrgh'

Kembali kedunia nyata. Lama lama aku jadi penasaran. Berjalan menuju pintu kelas. Karna dikelas sudah kosong, semua siswa sudah berpindah entah kemana. Mungkin kearah gemuruh tadi.

Kulihat dikelas sebelah, terjadi sebuah perkelahian antar siswa. Aku menembus kerumunan itu.

Oh astaga! Itu Fira.

Aku berusaha menembus kerumunan menyebalkan ini. Merutuki sifat mereka  -murid yang menonton-  bisa bisanya hanya menonton saja.

Berusaha melerai pertengkaran ini, namun yang terjadi aku yang terkena cakaran dilenganku. Ini sangat perih.

"Berhenti!" ucapku lantang

Namun sayang, ucapanku tenggelam tak didengarnya.

Dan saat itu aku tersadar. Berlari menuju kantor guru. Memberitahu bahwa ada perkelahian. Terdengar kejam memang. Kenapa? Karna yang ku laporkan sahabatku.

Tapi aku lebih milih, Fira dihukum daripada bertengkar seperti tadi.

***

"Kenapa bisa bertengkar gitu sih Ra?"

"Hmm. Nggak papa mel" Fira tersenyum.

"Iya, kok bisa sih? Katanya kita sahabat Ra?"

"Gue cuma gak suka orang orang ngomongin lo mel"

Aku membulatkan mata. Lalu berseru.

"Astaga Ra! Udah deh jangan dengerin omongan mereka" ujarku, namun dalam hati aku sangat bersyukur mempunyai sahabat seperti Fira.

"Lo sih emang gak papa, tapi gue yang sakit hati mel! Kesel gue"

Aku terharu, lalu terjadilah adegan pelukan. Dengan tanganku dan Fira yang memegang sikat wc. Karna aku sekarang sedang membantu hukuman yang diberikan guru kepada Fira.

📲Ting tung ting🎶

Dering Hpku berbunyi. Kutengok layar tanpa warna itu, ternyata dia. Yang kuberi julukan Saytoni, penghuni alam ghaib.

"Ada dimana?"

"Disekol.."

"Okey! Gue laper banget. Beliin gue bakso diperempatan deket sekolah lo sana! Gue laper! Harus lo, jangan nyuruh orang. Nanti pak jono jemput lo. Ngerti?!"

Tut

Belum sempat aku berbicara sudah dimatikan sepihak. Hey?! Apa apaan ini?

📲Ting tung ting🎶

Aku mengangkatnya.

"Jangan lupa beli empek empek! Gak usah mendengus kek gitu. Uang lo aman kok! Tenang aja, kuda"

Tut

Hah! Kuda? Aku dipanggil kuda?!

"Dari siapa mel? Kok muka lo merah, cieee gebetannya ya?"

"Hah?" aku terheran dengan irama nafas yang tak beraturan

"Nggak kok" 'malahan dia pengen gue tendang perutnya'

'Perutnya'
'Perutnya'
'Seksinya'

Oh tidak!

Aku menggelengkan kepalaku dengan kencang. Mengenyahkan pikiranku yang mulai gila.

"Ciee, punya gebetan gabilang bilang nih! Nanti kasih tau sama gue ya Mel" ucap Fira antusias

"Apaan sih Ra, nggak kok! Suer deh" aku mengacungkan kedua jariku membentuk V

"Beneran juga gak papa kali mel"

📲Ting tung ting🎶

"Apalagi? Mie ayam? Rendang?"

"Kenapa mel?"

"Eeh, ini kak vero ya?" ya ampun bisa bisanya aku gak liat namanya dulu.

"Kamu ada dimana? Kok belum pulang?!"

"Di.. disekolah kak"

"Jangan kemana mana! Kakak jemput!"

"Eh, ng.. nggak usah kak! Ini lagi bantuin Fira bersihin Wc. Dia dihukum. Aku pulangnya sama dia"

"Okey, jangan lama lama ya"

Tut.

"Ayo Ra, tinggal dipojok sana belum. Biar bisa cepet pulangnya" kataku menuju tempat yang kumaksud bersama fira

***

Aku mendesah, melihat isi dompetku tinggal satu lembar. Seribu rupiah. Itulah nominalnya.

"Pak cepetan bisa?"

"Iya neng"

Lalu aku menelpon dia.

"Halo"

"Kenapa kuda?"
'Panggilan itu lagi?!'

"Kok kuda sih?"

"Gak usah protes! Nama itu udah cocok banget buat lo"

Aku ingin marah, namun aku tak bisa. tak kuat saat bertemu karna intimidasinya terlalu kuat. Bahkan aura dia melebihi guru killer disekolahku. Ibaratnya dia raja kegelapan (gak separah itu juga kali mel😂 -saya-) dan aku sangat menyesal pernah kenal dengannya.

Karnanya....

Ah sudahlah.

"Oiya, nanti gue gak bisa lama lama. Boleh ya?"

"Kalau ngomongin masalah itu. Penting banget ya nelpon?! Kan lo mau kesini. Gimana sih!"

"Iya.. Iya"

Tbc

Sebenernya aku lagi down banget. Ngeliat cerita orang2 pada keren2 semua. Jadi nggak pede😢

Tapi aku udah bertekad nyelesain cerita ini.

Semangat dini!!😊😊😊

Oiya, typo bertebaran. Soalnya update pake hp. Mohon dimaklumi, belum diedit juga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang