chapter 6

59 4 2
                                    

***

Disini, di ruang tamu bernuansa putih dan abu abu, aku duduk termangu sedangkan dia sedang menerima telpon dari entahlah aku tidak tahu. Merutuki kebodohanku sendiri.

Bisa bisanya, aku tidak ingat tentang ucapanku tempo lalu. Dan apa tadi? Yatuhan dia benar benar gila! Kalau tadi diparkiran ada orang gimana? Tapi kalau ngeliat sekilas sih mungkin gak ngeh kali yah, kan dia cuma berbisik.

"Ngapain senyum senyum? Sakit jiwa?"

Aku kaget.

Berusaha menahan amarah yang bermekaran lagi. Seumur umur 17 tahun aku hidup, baru kali ini aku menemukan seorang cowok yang ucapannya sepedas rawit sepertinya.
"Siapa yang senyum? Enggak kok"

Aneh namun nyata, namun sekarang dia yang tersenyum. Berjalan kearahku lalu meneliti wajahku sehingga membuatku mendongak karna telunjuknya mengangkat daguku. Tak terasa jantungku berpacu lebih cepat lagi membentuk sebuah irama.

"Tapi kalau gue liat liat, lo kalau lagi senyum..." jeda
"...jelek juga ya?"

Oke fikz! Gue pengen cakar muka dia.

"Gak usah melotot kali, tambah jelek nanti" ucap dia yang sekarang sudah berpindah kedepanku.
"Apalagi hidungnya kembang kempis, mirip banget sama hidung kuda" imbuhnya.

sumpah itu gak lucu. Tuhan kuatkan hamba, dari segala siksaan bisikan setan laknat ini. Amin.

"HA HA HA Yaudah, tuan muda yang TAMPAN, karna gue jelek dan merusak pemandangan tuan muda agung, gue pulang!"
Aku melangkahkan kakiku untuk pergi dari tempat jahannam ini.

Tanpa mengindahkan ucapanku dia mencibir "Udah fakta masih aja marah. Dasar wanita"

"Ish!!" aku yang sekarang berjalan membelakanginya, tanganku terkepal dengan emosi.

"Siapa bilang lo boleh pergi ha? Cepet bikinin gue makanan, gue laper!"

Kok sekarang dia nyebelin banget sih. Banyak omong lagi, dikira aku pembantunya apa.

"Gue nggak tau masak, masak sendiri. GUE mau pulang!"

"Oh! Berani ngelawan yah sekarang?"
"Tapi karna gue sekarang lagi baik hati, gue maafin lo. Cepat pergi! Tapi kalau lo balik lagi, awas lo!"

Dengan langkah tergesa aku berjalan.
"Sarap banget tuh orang! Dasar gila! Setan laknat! Singa! Eh nggak deng bukan singa, keenakan banget diumpamain singa yang gagah. Huh monyet! Cacing! Cicak! Semut! Ayam! Bebek! Kambing! Kerbau! Sapi! Apa lagi yah?"

"Ngeselin banget! Udah sok berkuasa, sok kegantengan lagi"

"Dan oh ayolah? Gak ada yang lebih bagusan apa bilang hidung gue mirip kuda, Vangke tu orang..."
"... Tapi apa gue beneran jelek ya? Masa sih? Yah, seenggaknya meskipun gue jelek,  dia nggak boleh sefrontal itu kalek!"

Aku masih setia menggerutu, sampai akhirnya aku sampai dipintu. Tapi setelah kucoba untuk dibuka kok susah ya? Oh jangan bilang.

Sial!

Pantas saja tadi langsung mengiya kan, orang pintunya dikunci begini. Jahat bener itu orang, siapa juga yang bakal maling disini sih? Udah di beri password juga, nah sekarang dikunci dari dalam.

"Ish! Awas tuh orang kalau ketemu! Gue cabik cabik tu mulut"

Dengan perasaan dongkol aku memutar arah kembali. Namun dia sudah tidak ada lagi disofa. Karna tadi dia bilang lapar, aku menuju kearah dapur. Namun nihil tempat itu kosong.

Semua ruangan sudah kuperiksa tak terkecuali kamarnya namun dia hilang bak ditelan bumi. Tak ada secuil tanda tanda bahwa dia berada ditempat ini sebelumnya.

Aku duduk disofa semula tadi kuberada. Ketiadaan sosoknya membuatku merinding, mungkin tadi itu hantu. Tapi mana mungkin sih, inikan bukan malam hari.

Kurasakan sebuah benda atau mungkin sebuah tangan menyentuh leher sebelah kananku. Bukan itu yang membuatku kaget. Tapi rasa  teramat dingin yang menjalar. Jantungku berdetak menggila. Aku yang sedang mematung mencoba memberanikan diri, dengan perlahan menoleh dan yang kulihat ada tangan pucat berada dileherku.

"AAAAAAARRRGHH!! HANTUU!!!"

Aku tutup rapat mataku, badanku rasanya gemetaran dan kurasa keringat dingin bercucuran. Tubuh ini sulit untuk digerakkan apalagi mau lari.

Yang kurasakan tangan tersebut sudah menyingkir. Namun diganti suara familier yang kukenal. Dengan tubuhku yang digoncang goncang.

"Hey.. Hey.. Buka mata lo! ini gue!"
"Dasar penakut" imbuhnya

Aku mengerjap ngerjapkan mataku yang mengabur karna sebuah air menghalangi pemandanganku.

Aku memeluknya. Menangis sesenggukkan, menumpahkan segala ketakutan yang mendera.

"Sudah, sudah jangan menangis ini gue kok"
Ucap dia disela sela tangannya yang mengusap lembut rambut panjangku.

Aku merasa nyaman dan hangat dalam dekapannya dengan durasi yang lama masih seperti ini. Mengendus bau mint yang menguar menyegarkan. Aromanya menenangkan sekaligus terasa damai. Sekali lagi aku mengeratkan pelukanku.

"Jangan gerak gerak nanti jatuh!"

Aku membuka mata. Tersadar karna tindakan bodohku, tanpa tau malu memeluknya. Buru buru aku melangkah mundur.

"Maaf"

"Itu mulut apa toa sih? Kalau telinga gue nanti bermasalah. Gue tuntut lo"

"Ya maaf, lo sih bikin gue kaget" lalu aku mendongak. Dan ternyata dia cuma pakai handuk, membuat pipiku memanas seketika.

"Lo darimana? Tadi gue cari kok nggak ada?" aku masih setia memandang perut indahnya, bagaikan roti sobek namun terlihat.. seksi?

"Pake nanya, ya dari mandilah! Dikamar gue lagi rusak"
"Gue tau kalau badan gue bagus, tapi gak usah ileran gitu jug.. Eh katanya mau pulang! Kok balik?"

"Itu, pintunya kok dikunci? kuncinya mana?" nah lo! Kicepkan kalau ada orangnya langsung.

"Halah, ikut gue!" perintahnya.

***

Ternyata dia membawaku kedapur.
"Karna melanggar, sebagai hukuman pertama! Masakin makanan gue laper. Cepet sana"

Dia memutar tubuhnya berjalan. Lalu menoleh kembali.

"Harus sudah masak kalau gue udah kesini"

Tanpa bicara aku menuju kulkas. Dapur ini, tempat yang tak pernah kujamah selain hari ini tentunya. Membukanya, dan aku terkejut tidak ada bahan makanan kecuali tiga butir telur, beberapa sayuran yang mulai layu, lima kaleng soda, roti tawar yang mulai kering karna berada terlalu lama dikulkas.

Aku bingung, kalau cuma sayuran dan telur mau diolah apa. Labelnya aja kaya, tapi beli kebutuhan pokok aja nggak mampu.

Tbc

Makasih buat yang bersedia baca cerita abal abalku. Kukira gak ada yang bakal baca. Aku seneng banget, karna ini pertama kalinya aku buat cerita.

Makasih juga buat yang vote+coment. Kalau kalian mau di rekomendasi ketemannya boleh banget kok malahan😊.

Sampai jumpa😘😘

Because You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang