[11] Mate

636 83 17
                                    

Tik-tok-tik-tok

Hening. Suara jarum jam yang menggema ke sepenjuru apartement Rinaz, membuat lelaki itu berdecak kesal. Ditatapnya mahluk-mahluk yang berkumpul di huniannya, dua gadis cantik yang memandangnya kosong dan satu pria dengan tubuh atletis yang tak melepaskan matanya dari Keeran. Rinaz memijat pelipisnya sendiri. Ia benar-benar ingin mengangkat tangan-tak sanggup. "Oke. Aku butuh istirahat. Kita akan bicarakan semua kekacauan ini nanti."

Rinaz masuk ke kamarnya dengan langkah yang gontai, untuk sesaat Keeran ingin membantu lelaki itu, tapi lututnya sendiripun lemas, karena Dave tak pernah mengalihkan pandangannya darinya. Keeran rindu lelaki itu-sangat rindu.

Summer menyikut tangan Keeran, senyuman terbentuk di wajah kecil miliknya, alisnya terangkat naik turun. "Jadi kau satu rumah dengan lelaki tampan itu?" Telunjuk Summer mengarah ke pintu kamar Rinaz.

Keeran langsung melemparkan tatapan mematikan pada Summer, matanya melotot, dan tangannya bergerak cepat membekap mulut Summer. Meski sedang terlibat dalam perang dingin dengan Dave karena ambisi Ayahnya menjadi raja, tapi Keeran tetap tak mau Dave salah paham.

"Ayo, kita bicara dikamar." Ajak Keeran, matanya bergantian melihat Summer dan Autumn.

Keeran terpaksa setengah menggeret dua sahabatnya ke kamar yang langsung ia kunci dari dalam. Keeran melepaskan tangannya dari bibir Summer. Summer mendesis tak terima sambil mengatur nafasnya sendiri. "Kau gila, aku hampir mati." Dadanya naik turun-sesak.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" Sindir Autumn sambil mengulum senyumnya.

Summer mendekat, tangannya mengulur ke arah pergelangan tangan Keeran. "Kalau kau tak mau bercerita, aku akan menyiksamu dengan membaca memorimu." Bibirnya mengerucut lucu.

Membaca memori atau masa lalu hanya dengan melakukan kontak fisik adalah keahlian Summer, sementara Autumn bisa melihat kejadian yang belum terjadi atau masa depan seseorang-itu kelebihan mereka selain menjadi peri taman yang bertugas mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan tumbuhan di Sognare.

Keeran bergidik ngeri mendengar ancaman Summer. Keeran pernah melihat Summer membaca memori seseorang dan ia bersumpah itu mengerikan. Sang korban akan menjerit kesakitan, hingga mata mereka memerah hampir menggelinding dari tempatnya, kulit mereka akan sepucat mayat, dan urat-urat dileher mereka akan menonjol seperti akar yang hendak dicabut. Keeran buru-buru menggelengkan kepalanya. "Tidak. Kau tidak perlu melakukannya. Aku akan menceritakan semuanya."

Summer menaikan alisnya, puas dengan respon Keeran. Summer duduk bersebelahan dengan Autumn di ranjang Keeran.

Keeran mengintip dari jendela kamarnya yang langsung menuju ke ruang TV, dilihatnya Dave sudah tak berada di sana. "Aku tidak sengaja bertemu dengan Rinaz dan Maxime saat aku mendarat di Bumi, dan karena aku tidak mempunyai tempat tinggal, aku memaksa Rinaz menampungku disini." Jelasnya.

Summer melongok maju. "Maxime?" Keningnya berkerut. "Yang kau maksud pria kurus berlesung pipit yang kulitnya hampir seperti bangsa Vamvire?"

Keeran tergelak mendengar deskripsi Maxime dari mulut Summer. Summer memang tidak pernah berubah, apa yang ada diotaknya akan langsung dikatakannya. "Iya." Jawab Keeran.

"Pria itu menyebalkan." Summer mendengus.

Keeran harus setuju dengan pendapat Summer. "Benar sekali."

"Tapi jangan lupa bagian terpentingnya, dia tampan." Autumn tersenyum bodoh. Keeran dan Summer langsung bertukar pandang, mata mereka memutar bersamaan. "Oh ayolah." Kedua gadis itu kompak tidak setuju.

Autumn menggedikkan bahunya, tertawa pelan. "Lupakan soal Maxime, dan ceritakan lagi soal Rinaz." Desaknya.

"Apa saja yang sudah kau lakukan selama satu rumah dengannya?" Summer bertanya frontal.

Mr. DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang