[12] Ketakutan

741 90 16
                                    


Rinaz melihat ke arah langit yang sudah berubah gelap, tangannya memegangi payung yang menjadi tempat berteduh diantara derasnya hujan.

     Rinaz melihat refleksi dirinya sendiri di genangan air yang diinjaknya, kakinya bergerak membuat riaknya semakin terlihat bergelombang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rinaz melihat refleksi dirinya sendiri di genangan air yang diinjaknya, kakinya bergerak membuat riaknya semakin terlihat bergelombang. Kata-kata Autumn saat ia pergi mencari Keeran ke kamarnya membuatnya berdiri didepan gedung apartemennya-menunggu gadis itu yang entah pergi kemana.

"Keeran akan pulang sebentar lagi. Kau tidak perlu khawatir." Itu yang Autumn katakan. Tapi bagaimana Rinaz bisa tidak khawatir sementara langit diluar sana membuatnya merinding, mungkin gadis itu sedang berada diluar dan kehujanan. Terlebih Keeran meninggalkan apartement sambil menangis, dan ia tak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan kesedihan gadis itu.

Tangan Rinaz mempererat genggamannya yang bergetar di pegangan payung. Dari dalam gelap malam, dua orang muncul tiba-tiba. Keeran dan lelaki yang belum dikenalnya-dengan tubuh basah kuyup.

Mata Rinaz memicing ke arah bahu Keeran yang dirangkul posesif oleh tangan kekar lelaki disampingnya. Saat itu juga Rinaz merasa sudah mengenal lelaki itu dari cara Keeran nyaman berada didekatnya. Dave. Batinnya meronta.

Keeran dan Dave mematung tepat satu langkah di depan Rinaz-mereka baru menyadari lelaki itu berdiri dihadapan mereka dengan tatapan bertanya dan terluka. Dengan berat, Dave melepaskan tangannya yang mengitari bahu Keeran.

"K-kau sedang apa berada diluar ?" Keeran bertanya sambil terbata.

"Menunggumu-aku khawatir karena kau pergi sambil menangis. Dan aku juga tidak tahu kemana harus mencarimu, jadi aku hanya menunggu disini." Suara Rinaz menghujam jantungnya. Keeran menatap hujan dan payung yang ada di genggaman Rinaz bergantian, tiba-tiba perasaan bersalah menyeruak kuat-lelaki itu berdiri ditengah hujan untuk menunggunya pulang.

"Kalian pasti kedinginan, sebaiknya kalian cepat masuk." Rinaz memiringkan tubuhnya seolah mempersilahkan Dave dan Keeran untuk melangkah. Keeran tak banyak berkata, selain menuruti Rinaz, dan Dave berjalan bersebelahan dengannya, meninggalkan Rinaz yang memandang nanar ke duanya.

Keeran menoleh ke belakang ketika tiba-tiba perutnya terasa berdenyut nyeri-ia mengkap Rinaz sedang mencoba menutup payungnya, karena tangannya yang terangkat membuat otot perutnya juga tertarik, dan bekas jahitannya yang belum sepenuhnya kering membuat lelaki itu mengerang lirih. Keeran sangat ingin membantunya, tapi ia tahu Rinaz takkan membiarkannya.

Mereka bertiga melangkah masuk ke apartement. Keeran bisa melihat wajah-wajah khawatir yang menunggu kepulangannya. Ada Summer yang sedang mondar-mandir bak strikaan yang sedang dipakai, ada Autumn yang menggigiti kukunya dan ada Maxime yang melipat-lipat bungkus cokelat kosong.

"Hei, putri. Kemana saja kau, sampai membuat kami semua khawatir." Cibir Summer kesal.

Maxime melirik pedas ke arah Summer. Lelaki itu benar-benar tidak menyukai sikap seorang gadis yang cerewet dan pemarah. "Kau tidak lihat Keeran basah kuyup, seharusnya kau tidak mengomel, dan menyuruhnya cepat berganti baju." Protes lelaki itu.

Mr. DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang