[8] Their First Kiss

1.1K 108 12
                                    


Sudah setengah hari mereka menghabiskan waktunya dengan menonton TV. Rinaz mengarahkan matanya pada Keeran yang duduk santai memegang remote tv, bertumpang kaki. Rinaz meneguk ludahnya sendiri melihat kaki mulus Keeran yang tak terbalut apapun, hanya sebuah kemeja putih longgar yang memperseksi tampilannya. "Apa kita hanya akan menghabiskan waktu dengan menonton tv sementara udara dingin seperti ini?" Nada suara Rinaz ditekan, jelas naluri lelakinya protes.

Keeran menjatuhkan tatapan mautnya. "Jangan macam-macam." Gadis itu memperingatkan, membawa sebuah bantal sofa kepangkuannya untuk menutupi bagian pahanya yang sedari tadi dipelototi mata lapar Rinaz.

"Oh ayolah, kita harus bersenang-senang." Rinaz berkedip nakal. "Oh ya, aku masih penasaran dengan sesuatu."

Keeran mendelik sebal. "Apa?" Tanyanya.

"Are you serious that you're still virgin?"

"Tentu saja." Keeran mendengus, meskipun pipinya memerah saat menjawabnya. Rasanya ia baru saja ditelanjangi oleh kenyataan kalau lelaki didepannya ini menertawainya. "Apa itu lucu? Kami kaum falks baru akan terikat dengan mate saat kami mendapatkan siklus kewanitaan dan kami menjaga kehormatan kami hanya untuk mate kami." Tandasnya.

How lucky your future mate is. Rinaz menatap nanar lantai, ia bisa saja memangsa Keeran seperti gadis-gadis club yang ia bawa ke apartementnya, tapi mendengar penuturan Keeran barusan, ia seperti ditendang ke bawah tebing. "Lalu apakah kau sudah memiliki calon untuk menjadi mate mu?"

"Kau pernah dengar mungkin tentang mate untuk kaum srigala di dalam cerita-cerita novel fiksi, kami juga seperti itu, kami tidak memilihnya, takdir yang membuat ikatan itu." Jawab Keeran. "Tapi, ada tanda seperti gelenyar listrik saat kami bersentuhan dan ada aroma tubuh yang tercium yang menarik perhatian kami."

Rinaz mengangguk-anggukan kepalanya. "Dan apa kau pernah merasakan perasaan seperti itu pada lawan jenismu?" Nada parau keluar dari bibir Rinaz, seperti bercampur dengan asamnya perasaan cemburu.

Belum pernah, tapi ada seseorang yang membuatku menginginkannya menjadi mate-ku. Dave. Keeran diam membeku, jawaban itu harus ia simpan sendiri dikubur oleh perasaan bencinya pada kenyataan kalau lelaki itu membantu ayahnya untuk mengusirnya dari Sognare.

Keeran tidak menjawab pertanyaanku, berarti ia punya seseorang didalam pikirannya, aku akan mencari tahu soal itu. Tangan Rinaz mengepal diatas tempurung lututnya. Dan Rinaz sadar betul kalau Keeran akan menyembunyikan identitas falks yang ada dipikirannya. Rinaz berdiri, hanya ada satu cara untuk mengetahuinya, ia berjalan ke kulkas dan mengambil beberapa kaleng bir keluar dari dalamnya.

Ini bisa sedikit menghangatkan suasana. Rinaz menyeringai nakal.

---

"Your Majesty..." Dave membungkuk didepan King Dawn Adalrich-Ayahnya.

"Ada apa ?"

Dave menghela nafasnya, ia yakin King Dawn bisa melihat perasaan tersiksanya. "Aku kesini sebagai anakmu." Ucapnya lemah.

King Dawn berdiri dari singgasananya, mendekati anaknya yang sedang membungkuk didepannya, menepuk bahunya penuh simpati. "Jadi ada apa? Kau bisa menceritakannya padaku." Suara rendahnya benar-benar penuh nada mengintimidasi.

"Aku merindukan Princess Keeran. Besok malam adalah purnama pertamanya di Bumi. Dan aku ingin melihatnya, menjemputnya kembali ke sini."

Iris mata King Dawn berkilatan merah, menyipit. "Tidak." Ia menggelengkan kepalanya tegas. "Dia harus membuktikan dirinya terlebih dahulu. Dan besok malam adalah ujian pertamanya. Dia hanya akan kembali setelah mengalami siklus kewanitaannya dan tentu saja setelah dia lulus dari ujian yang aku berikan." Dave mendongak, dan ia bersumpah, itu seringaian paling mengerikan yang pernah dilihatnya dari ayahnya.

Mr. DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang