The Black Hole

54.1K 723 9
                                    

Aku berbaring di pelukan Mr. Oliver, di atas sofa nya yang begitu nyaman.

"Gina," panggil Mr Oliver.

"Ya," jawabku perlahan. Aku memang teramat lelah atas permainan kami beberapa saat lalu.

"Aku membutuhkanmu. Untuk sebuah tugas. Aku dan Board of Director membutuhkanmu, sayang."

Aku mendongak, menatap ke arah Mr. Oliver. "Maksudnya?"

"Meeting bersama Tanawira. Seperti aku bilang, kamu akan ikut. Ada tugas penting yang harus kamu lakukan demi Perusahaan ini. Jika kamu berhasil, bahkan Board of Director sudah memutuskan untuk memberimu bonus. Bukan bonus biasa, Gina. Tapi, sebuah apartemen mewah beserta isinya dan mobil, tentunya. Ah, apa aku lupa menyebutkan bahwa kenaikan gaji 3 kali lipat akan menjadi hadiah tetapmu."

Aku cukup terkejut mendengarnya.

Apa aku tak salah dengar?

Tapi, tugas apa ini sebenarnya? Mendengar ucapan Mr. Oliver tak pelak membuatku teringat Ka Rena. Kalau aku sukses, berarti Ka Rena tak perlu lagi mengorbankan dirinya untukku. Dia bisa memiliki hidupnya sendiri, bersama suami dan anak-anaknya kelak. Tak perlu lagi menomorsatukan aku.

Aku menghela napas.

"Tugas yang dimaksud... tugas apakah itu?" ucapku perlahan. Tiba-tiba aku merasa detak jantungku semakin cepat. Kenapa aku merasa bahwa ini terdengar berbahaya?

Mr. Oliver memelukku erat.

"Gina, kamu tahu kan kalau Tanawira adalah saingan bisnis kita?"

Aku mengangguk.

"Tapi, apa kamu tahu kalau CEO kita adalah saudara dari sang pemilik Tanawira?"

Aku menggeleng karena jelas aku tidak tahu hal tersebut.

"Ya, Gina. Mr. Sam masih bersaudara dengan Abraham Tanawira. Masa kecil dan remaja hingga dewasa yang cukup kompleks antara mereka. Tapi, mereka tetap berhubungan baik, meskipun... ya, meskipun our CEO kita itu sebenarnya begitu dendam dan menunggu saat yang tepat untuk menghancurkannya."

Aku tercekat.

politik usaha. Ya, aku pernah mendengar hal-hal semacam ini dari Ka Rena.

"Jadi, apa hubungannya denganku?"

"Good question," kata Mr. Oliver. "Kamu akan bertugas untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya informasi penting yang kami perlukan."

Aku terdiam. Masih belum memahami maksud perkataan Mr. Oliver.

"Belum lama ini, Abraham Tanawira menyerahkan tampuk kepemimpinannya pada anak lelaki satu-satunya. Keputusan bodoh karena usia anaknya itu itu masih sangat muda untuk urusan sepenting Perusahaan Tanawira. 32 tahun. Bayangkan, usia semuda itu dengan tampuk jabatan CEO sebuah Perusahaan senilai lebih dari 900 juta dollar. Abraham Tanawira sudah bertindak gegabah."

"Jadi, apa sebenarnya tugas yang dimaksud itu?" kataku, mulai merasa tidak sabar.

"Kami mau kamu mendekati sang CEO baru. Kamu akan ikut pada setiap meeting Perusahaan kita dan Tanawira. Dengan begitu, kamu bisa mengenal sang CEO. Tapi, tentunya jika hanya sebatas itu, kamu tidak akan bisa meraih kepercayaannya."

"Jadi...?"

"Di pertengahan, kami akan merekomendasikanmu kepada sang Putera Mahkota. Tentunya, setelah kami singkirkan Sekretarisnya. Ya, kamulah yang kelak harus menjadi Sekretarisnya. Orang yang bisa dia percaya."

"Singkirkan?"

"Ya,  staff hijacking. Its easy with some big cash."

"Mr. Oliver... aku tak tahu apa aku mampu..."

Mr Oliver terdiam lalu melepaskan pelukannya di tubuhku. Dia beranjak bangun dan meraih kemejanya.

"Tidak ada pilihan lain, Gina." katanya sambil memakai kembali kemejanya.

Mr. Oliver berbalik dan menatapku. "Apa kamu tahu pengaruh yang kami miliki? Dengan 1 panggilan telepon pada Naomi Hadiprata, Atasan kakakmu, aku bisa jamin, seorang Rena Nata akan kehilangan pekerjaannya dan mendapat black list di seluruh perusahaan di Indonesia."

Aku terkejut bukan main. 

Nada suara Mr Oliver terdengar santun dan sopan, tetapi sudah jelas bahwa dia mengancamku!

Aku menunduk dengan perasaan berkecamuk.

"Kedatanganmu di Perusahaan ini memang sungguh tepat dengan diangkatnya Kanarya Putera Tanawira sebagai CEO, sang Putera Mahkota. Begitu tepat, sehingga yang kami setujui adalah namamu. Inilah waktunya untuk menunjukkan kesetiaanmu. Pada Perusahaan ini. Juga pada Kakakmu."

Mr Oliver berjalan mendekatiku lalu menundukkan wajahnya ke arah wajahku. Dengan jemarinya, diangkatnya daguku hingga dengan jelas aku bisa kembali melihat raut wajahnya.

"2 bulan lebih permainan kita adalah caraku menguji kamu, Gina. Jangan sia-siakan kepercayaanku."

"Aku..."

"Jangan berdebat denganku. Lakukan saja tugas ini. Maka, aku jamin kamu akan mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik dari kehidupan kamu saat ini. Jangan sia-siakan ini, Gina, Jangan membuatku kecewa. Jangan membuatku kami kecewa. Mengerti?"

Dengan perlahan dan terpaksa, aku pun mengangguk. Menyetujui rencana kotor mereka yang harus aku jalankan sebagian perannya.

Aku tahu, sudah terlambat untuk keluar dari permainan kotor ini.

Sudah terlambat untukku berlari dan tak pernah kembali.

Sudah terlambat untuk tidak ikut menyeret Ka Rena dalam rencana licik ini.

Sudah terlambat.

Romantic Bittersweet Love Story - For 21yo Up Readers Only *** BITTERSWEET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang