His Fantasy Become His Command

62K 749 1
                                    

3 Hari Kemudian

"Welcome aboard, Miss Gina," ujar seorang lelaki sambil menjabat erat tanganku.

Aku tersenyum. "Terima kasih, Mr. Oliver."

Mr. Oliver adalah Boss-ku, seorang lelaki Perancis yang -menurut cerita Mba Anggun HRD-, sudah menetap di Indonesia sejak 5 tahun terakhir.  Jadi, Bahasa Indonesia-nya  sudah cukup fasih.

Usia Mr Oliver 38 tahun. Mba Anggun yang memberitahu di dalam briefingnya tadi pagi sebelum resmi membawaku ke ruangan kerja dan memperkenalkanku pada Mr.Oliver.

Lelaki yang sangat sangat tampan, kalau aku harus menjabarkannya dalam 5 kata. Meskipun, aku terkadang tidak terlalu menyukai lelaki yang sangat tampan sekali. You know, i do prefer the handsome one but more in to bad boys appearance. Mungkin, seperti Arya...

AH! aku mendengus dalam hati. Aku harus melupakan lelaki itu dan mulai fokus pada pekerjaanku.

work hard, play hard, right?

***

3 Bulan kemudian

"Gina, ada pekerjaan yang harus segera kamu follow up. Yaitu mengatur pertemuan dengan Perusahaan Tanawira. Data kontak sudah saya kirim melalui email dengan semua keperluan apa saja yang mesti kamu persiapkan, termasuk menyewa venue terbaik. Siang ini, kamu akan ikut meeting dengan para BOD dan CEO, untuk membahas hal tersebut."

"Baik, Pak. Tapi... bukankah Perusahaan Tanawira adalah saingan bisnis kita, Pak? Saat pengenalan perusahaan, ada penjelasan mengenai Perusahaan-perusahaan lain yang menjadi saingan bisnis. Salah satunya yang disebut adalah Perusahaan Tanawira."

Mr. Oliver mengangguk. "Ya, kamu benar. Semua orang di Kantor ini pasti tahu mengenai hal itu. Tapi,CEO kita juga para Board Director menginginkan kerjasama dengan mereka.Saat meeting nanti, jangan lagi bertanya tentang hal itu. Mr. Sam tidak suka banyak pertanyaan."

Aku mengangguk. "Baik, Mr. Oliver."

Sebelum aku melangkah keluar, Mr. Oliver sudah bangkit lebih dulu dari duduknya. Dia berjalan ke arahku dan menarik wajahku ke arah wajahnya.

"Aku bisa mengandalkanmu, kan?" bisiknya.

Aku mengangguk. "Tentu saja, Mr. Oliver."

Dia tersenyum. "Good girl," katanya sambil kemudian mencium bibirku, cukup lama tetapi perlahan.

"Sudah seminggu. Nanti kita lembur. Aku membutuhkanmu," bisiknya setelah dia melepaskan pagutan bibirnya itu.

Aku mengangguk. "Baiklah."

"Oh, ya... katakan padaku. Selama seminggu aku cuti, apakah sekretaris kesayanganku ini melakukan kesalahan?"

Aku tahu ini' permainannya'. Dan, selama 3 bulan menjadi Sekretarisnya, aku sadar jika aku tak cukup kuat untuk menolak keinginannya. 

"Iya," jawabku.

Mr. Oliver tersenyum dengan mata yang menatapku tajam. "Tonight will be a long night for you, Miss Gina."

Aku tak menjawab. Membiarkan Mr. Oliver lebur bersama fantasinya.

***

Aku memang sudah sepenuhnya terlepas dari malam-malam panjang dengan lelaki-lelaki asing.  Tapi, justru sekarang aku masuk dalam 'permainan' yang lebih gila lagi bersama Mr. Oliver.

Aku tak bisa berhenti.

Aku berusaha. Tapi, tak bisa.

Terlebih, dengan kenyataan bahwa, lelaki itu... Arya, tidak pernah datang kembali ke apartemenku, membuatku merasa sakit dan sedih dalam waktu bersamaan. 

Aku tahu, mana mungkin dia akan kembali mencariku. Bukankah aku hanya sekedar one night stand woman-nya saja?

Perasaan kecewa itu sedikit terobati dengan perhatian Mr. Oliver padaku. 

Semua itu bermula di minggu kedua aku bekerja. Berlanjut sampai saat ini. Aku menjadi boneka seks-nya, menjadi pelampiasan hasratnya dan terlebih menjadi wujud dari semua fantasinya.

Aku juga cukup lega, ketika Mba Anggun HRD mengundurkan diri karena akan ikut suaminya ke luar kota. Itu berarti, aku tidak perlu khawatir, kalau-kalau hubunganku dengan Mr.Oliver diketahui pihak lain di kantor. Bagaimanapun juga Mba Anggun kan kenal baik dengan Ka Rena.

Mungkin, belum saatnya aku bisa hidup normal, seperti wanita lain yang hanya bersama dengan 1 lelakinya saja.

Atau mungkin, memang takdirku selalu menjadi konsumsi para lelaki yang menginginkanku?

Ah, aku ralat. 

Menginginkan tubuhku, lebih tepatnya.

***

Suasana kantor sudah mulai sepi. Aku bergegas merapihkan dokumenku dan setelah staf terakhir pamit pulang, aku langsung bergegas menuju ruangan Mr. Oliver.

Aku mengetuk pintu ruangan yang cukup luas itu. Tiga kali ukuran ruanganku.

Mr. Oliver mempersilahkan aku masuk dan aku segera meraih gagang pintu untuk membuka pintu secara perlahan.

Aku berjalan memasuki ruangan dan menutupnya kembali.

Lalu, kulangkahkan kakiku menuju meja kayu jati yang ada di ruangan itu. Mr. Oliver bersandar di salah satu sudut meja-nya.

"Miss Gina. kamu tahu, kan... kenapa kita terpaksa lembur?"

Aku berdiri di dekat Mr. Oliver. "Ya," jawabku pelan.

Mr. Oliver berjalan mendekatiku. "Katakan, kesalahan apa yang sudah kamu perbuat selama aku cuti?" bisiknya. 

Aku menatapnya. "Aku... aku lupa mengirimkan email penting kepada klien kita, Mr. Oliver. Maafkan aku," jawabku. Tentu saja, kecerobohan itu tidak benar-benar terjadi. like i said, this is only a game. His fantasy become our habit. Our dark habit.

"Hm..." Mr. Oliver mendesah. "Hanya ada satu hukuman yang bisa aku lakukan untukmu. Dan aku rasa kamu juga sudah tahu, hukuman apa itu."

Aku mengangguk.

Mr. Oliver menggeser tubuhnya, memberi ruang bagiku untuk menumpukan tubuhku dengan kedua tanganku di sisi depan meja.

Aku mulai meletakkan kedua tanganku di atas meja dan aku bungkukkan tubuhku.

Mr. Oliver mendekatiku. Dia ikut membungkukkan tubuhnya hingga aku bisa merasakan napas beratnya di leherku.

"Ini akan sedikit sakit Miss Gina," bisiknya.

Dan... hukuman itupun dimulai.
Sekali, dua kali, tiga kali... hingga sepuluh kali aku mengerang menahan perih, sekaligus rasa geli yang mulai merambati.

Setelah 15 kali spanking, Mr Oliver berhenti lalu dengan sigap didorongnya pahaku agar terbuka.

"Mr. Oliver, stoop, i beg you." Ceracauku.

Tentu saja, Mr. Oliver tidak peduli. Dia semakin menggila. Aku tahu, malam ini akan menjadi malam yang panjang bagiku. Mr. Oliver tidak cepat menjadi puas.

Mungkin, setelah ini, dia akan kembali dengan posisi dan fantasinya yang lain.

Fantasinya padaku.

Romantic Bittersweet Love Story - For 21yo Up Readers Only *** BITTERSWEET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang